Share

Bab 4. AKAD NIKAH

Penulis: Vanessa_nesa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tapi itu tak mungkin, Bimo. Karena mereka terlalu sibuk dengan hidup mereka." Luna berusaha menyakinkan Bimo. 

Mata Bimo yang tajam seperti mata elang itu, menatap dalam-dalam kedua mata indah Luna. Membuat Luna salah tingkah, ada desiran lembut seperti menghinggapi peredaran darahnya.

"Kalau begitu, saya akan lakukan ini semua demi Mbak dan bayi Mbak!" ujarnya mantap.

"Jangan lagi panggil aku, Mbak!" Mata indahnya membesar. Membuat wajahnya terlihat lucu namun menggemaskan.

Bimo tak tahan menatapnya, ingin ia sentuh hidung bangir itu. 

"Bimo, kau hanya lelaki yang disewa untuk menutupi aib gadis ini. Jadi berhentilah berpikir macam-macam!" Ada seruan dalam hatinya.

"Bimo, aku janji, aku tidak akan merusak hidupmu dengan pernikahan ini. Aku tetaplah Luna yang bukan istrimu, dan kamu adalah Bimo yang bukan suamiku. Setelah anakku lahir, pergilah sesukamu dan raihlah mimpimu. Mungkin kamu ingin sekolah tinggi atau apapun itu, dan aku akan menyiapkan biaya untuk itu semua." Jemarinya mengibas-ngibas lembut daun-daun kering yang berjatuhan di rambut Bimo.

Wajah cantik itu kian dekat. Napasnya terasa hangat menerpa wajah Bimo. Bimo mulai merasakan indahnya kebersamaan itu, di balik senja yang kian menghilang.

Tatapan Bimo lekat menghujam ke wajah cantik Luna. 

*"*

Gerimis tak kunjung henti membasahi kawasan puncak pagi itu.

Villa mewah milik keluarga Bramasta terlihat ramai. Mobil-mobil mewah tampak berjejer di sekitar halamannya yang luas itu.

Luna kian cantik dalam balutan kebaya modern berwarna putih, dan jarik batik tulis bernuansa coklat. Rambut indah Luna disanggul modern pula. Body gitar Spanyol nya membayang jelas. 

Jemari lentiknya ia mainkan. Sebentar lagi akan berlangsung akad nikahnya dengan Bimo. 

Sedang Bimo sedang di rias di salah satu kamar villa, di villa sebelahnya, yang juga milik keluarga pengusaha kaya raya itu.

"Nah, sekarang sudah kelihatan ganteng, Mas Bimo! Kalian memang pasangan yang serasi sekali. Mas Bimo ganteng, dan Mbak Luna sangat cantik. Pasti kalian berkenalan saat di Amerika, ya?" Seorang pria yang terlihat kemayu sedang membubuhkan sedikit pemerah bibir di bibir Bimo.

Bimo risih dengan hal itu, tapi ia menurut saja.

"Ih, pasti anak-anak kalian nanti lucu-lucu, seperti Mami Papinya!" suara nyinyir lelaki kemayu itu membuat telinga Bimo pekak.

Bimo akhirnya dapat bernapas lega, saat lelaki kemayu itu selesai mendandaninya.

"Nah, sekarang sudah selesai!" Lelaki kemayu bernama Loly itu tak sungkan cipika cipiki pada Bimo. 

Ups, Bimo mencoba menepisnya, namun terlambat. 

"Loly, udah selesai calon pengantin prianya didandani?!" Tiba-tiba suara serak-serak basah terdengar dari pintu utama villa itu. Seorang wanita cantik mengenakan dress selutut berwarna merah muncul, dan mendekat pada mereka.

"Baru juga selesai, Mami!" Loly dengan penuh percaya diri memamerkan wajah Bimo, dengan menyentuh dagu lelaki itu.

"Woow, amazing, Loly! Nggak nyangka kamu bisa sepintar itu merias, padahal baru juga beberapa hari kamu belajar merias pengantin dengan Mami." Suara serak-serak basah wanita yang dipanggil mami oleh Loly itu, kembali terdengar. Sepertinya ia senang sekali melihat hasil kerja Loly, asistennya yang kemayu itu.

"Siapa dulu Maminya, gitu loh!" Dengan gaya centilnya Loly mengarahkan jari telunjuknya kepada sang Mami.

"Mami Vanessa!" suara keduanya terdengar hampir bersamaan. Lalu diiringi tawa centil yang berbarengan keluar dari mulut keduanya.

Bimo yang dari tadi diam saja melihat tingkah aneh keduanya, langsung meninggalkan mereka keluar. Membuat keduanya seperti kebakaran jenggot, berteriak-teriak memanggil nama Bimo.

"Mas Bimo, tunggu!" suara Loly memekik tak karuan.

"Mas Bimo ganteng, biar kami yang antar ke tempat acara akad nikahnya! Kalau Mas berjalan sendirian ke sana, bisa-bisa kami diomelin sama Mbak Luna! Dan upah kerja kami nggak dibayar sama Mbak Luna!" Mami Vanessa dengan Heelsnya berlari mengejar Bimo.

Mendengar itu, Bimo diam tanpa menoleh pada keduanya.

"Nah gitu dong, Mas Bimo!" Mami Vanessa langsung menggandeng tangan kanan lelaki itu, sedang Loly tak mau ketinggalan, ia menggandeng tangan kirinya.

Kini Bimo diapit oleh keduanya menuju villa sebelah, tempat akan diselenggarakannya akad nikahnya dengan Luna.

Gerimis masih terlihat menguyur kawasan puncak itu. Hamparan pohon teh terlihat basah karenanya.

Udara dingin semakin kian terasa menusuk ke persendian. Bimo mengatupkan bibirnya, seolah ingin melawan rasa dingin itu. Sedang hatinya semakin dilanda gelisah dengan perkawinannya yang sebentar lagi akan berlangsung. Status suami sewaan atau suami bayaran, akan segera disandangnya nanti. Meski hanya ia dan Luna saja yang tahu.

***

Plok … plok … plok …

Suara riuh tepukan tangan terdengar di ruangan megah villa itu. Setelah para saksi nikah menyatakan ijab kabul yang diucapkan mempekai pria, adalah sah.

Kedua mempelai saling berjabat tangan. Lalu dengan mesra yang dibuat-buat, Bimo mengecup mesra kening mulus Luna. Hal itu seperti yang diminta Luna sesaat sebelum ijab kabul akan dimulai, "agar kita seperti layaknya sepasang pengantin sungguhan," bisik Luna di telinga Bimo.

Bab terkait

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 5. MALAM PERTAMA

    Semua para tamu yang hadir kembali bertepuk tangan. Semua seperti ikut terhanyut dalam kebahagiaan kedua mempelai. Malamnya, villa itu kembali hening. Hanya tinggal Luna dan Bimo, serta beberapa orang asisten villa saja yang ada di sana. Di kamar pengantin, Luna menghapus riasan di wajahnya, dan mencopot sanggulnya. Bimo duduk diam di sisi ranjang. Kasur empuk ranjang yang ia duduki seharusnya membuatnya nyaman, tapi ternyata saat ini tidak. Bimo hanya mampu menatap langit-langit kamar itu, seolah sedang mencari sesuatu. Dari balik cermin hias yang ada di hadapannya, Luna dengan jelas melihat kegelisahan itu. Dan jantung Luna pun tiba-tiba berdegup lebih kencang, saat ia menyadari ini adalah malam pengantinnya, malam pertama yang seharusnya indah. Malam pertama yang mampu menghangatkan dinginnya udara malam ini. Namun Luna berusaha mencampakka

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 6. INGIN DEKAT DENGANMU

    Luna hanya diam. Seolah ia mengiyakan pertanyaan Bimo. Bimo kian berani menyentuh tiap inci tubuh putih mulus Luna yang seperti mutiara. Selanjutnya, kedua nya menikmati malam pertama mereka dengan gelora yang baru saja dimulai. Sampai akhirnya mereka tersadar itu tidak boleh terjadi. *** "Minumlah teh hangat ini, Bimo! Tehnya nikmat sekali. Teh asli dari kebun di sini." Luna meletakkan dua gelas teh hangat di atas meja yang berada tepat di hadapan Bimo. "Terima kasih, My Lovely," ucapnya tanpa kaku, dan kali ini terdengar mesra di telinga Luna. "Bimo, maafkan aku menolakmu tadi malam." Luna menunduk memainkan sendok di dalam gelas tehnya. "Saya yang seharusnya minta maaf. Karena lancang menginginkan itu. Saya lupa kalau saya hanya seorang suami sewaan." Bimo tertunduk malu.

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 7. HADIRNYA PERI KECIL YANG CANTIK

    Namun dengan cepat Luna meraih tangan kekar Bimo. "Sebaik Bimo Pratama, Ayahnya." Luna akhirnya menegaskan bahwa Bimo-lah ayah bayinya. Meski jelas-jelas benih Marcel yang ada dalam kandungan Luna, dan Bimo tak pernah terlalu jauh menjamah tubuh Luna. Tapi setidaknya Luna ingin memberi suatu penghargaan pada Bimo yang telah bersusah payah merawat dirinya dan kehamilannya. Bimo memang pantas mendapatkan gelar itu, gelar ayah bagi bayinya. Bimo masih saja diam. Meski wajah dan satu tangannya kini menempel di perut buncit Luna. "Bimo ada usulan nama untuk bayiku?" "Bayi kita!" sela Bimo tajam. "Ya, bayi kita!" Luna memantapkan ucapan Bimo. "Ada, aku ingin bayi kita, kita beri nama Deandra Putri Bimo Pratama, itu kalau kamu tidak keberatan. Deandra artinya bunga, Luna." "Aku suka nama itu, Bimo." Luna menyen

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 8. MENGHILANG

    Entah untuk yang keberapa kali Bimo mendaratkan bibirnya ke wajah sang bayi. Sampai seorang perawat mengambil alih sang bayi dari tangan Bimo. *** Selama tiga hari Luna berada di rumah sakit mewah itu, tapi tak ada satu orang keluarga pun yang ia beri tahu. Ia memang sengaja menyembunyikan kelahiran putri pertamanya itu pada siapapun. Karena ia tak ingin Marcel tahu kalau ia sudah melahirkan. Hanya Bimo yang tahu tentang kehamilan di luar nikahnya, karena Luna menutup rapat-rapat tentang kehamilannya, apalagi kelahiran bayinya saat ini. Kesibukan kedua orang tuanya di luar negeri, membuat keduanya tidak terlalu peduli oleh kehidupan pernikahan Luna. Apalagi ibu Luna bukanlah ibu kandungnya, melainkan hanya ibu sambung saja, karena ibu kandungnya sudah meninggal sejak Luna berusia 10 tahun. Saat kembali lagi ke villanya bersama Bimo dan Deandra, membuat Luna seperti memulai kehi

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 9. SEPUCUK SURAT UNTUK LUNA

    "Hm, ya, tadi Bibi melihat Pak Bimo, sekitar sejam yang lalu. Tapi sekarang ia sudah pergi, dan menitipkan ini pada saya, untuk Ibu." Dengan sopan wanita itu menyerahkan selembar kertas putih pada Luna. Dengan tangan sedikit bergetar Luna lekas menyambar kertas itu. Luna pun langsung membuka lipatan kertas itu, dan dengan cepat membacanya. "Dear My Lovely, Luna istriku yang cantik. Maaf aku harus pergi. Bukannya aku lancang tak berpamitan padamu, tapi ini kulakukan karena aku tak ingin menangis di depanmu. Tapi aku sudah berpamitan tadi dengan Deandra, bunga kecilku. My Lovely, aku ingat janji kita, tentang pernikahan kita yang hanya sementara saja. Tapi aku mohon, biarkan suatu saat aku kembali menemui kalian berdua. Saat dimana aku sudah meraih apa yang aku impikan selama ini, dan pastinya akan kupersembahkan seutuhnya untukmu dan Deandra. Aku tak ingin membuatmu

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 10. MENEMUI AYAH

    "Ayah! Ayah …!" Bimo lantas masuk sambil berteriak-teriak keras memanggil ayahnya. Semenit kemudian, seorang gadis berparas manis keluar dari kamar ayahnya. "Kak Bimo?!" Gadis itu menghampiri Bimo, dan sempat menyebutkan namanya. Bimo tahu kalau gadis manis dengan rambut hitam panjang terurai ini, adalah seorang perawat yang waktu itu di minta Luna untuk merawat ayahnya, sebelum ia dan Luna menikah dulu. "Hm, siapa nama kamu Dik?" Bimo mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa nama gadis yang usianya mungkin terpaut beberapa tahun lebih muda dari usianya. "Anggita, Kak Bimo," jawabnya sopan sekali. Suaranya terdengar lembut, dan cara berpakaiannya terlihat jelas, kalau Anggita adalah gadis yang menjaga sekali kehormatannya. Saat itu, tubuh tinggi semampainya di balut kemeja putih dan jeans denim berwarna Biru Dongker yang tidak memamerkan lekuk

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 11. MENINGGALKAN SEBUAH PENDERITAAN

    Mendengar suara ketukan pintu dari luar, Anggita bergegas keluar kamar dan segera menuju pintu. Sebuah wajah yang tak asing, tiba-tiba muncul, saat ia baru saja membukakan pintu. "Nak Gita, memangnya siapa yang datang? Kok tumben-tumbenan ada mobil mewah di halaman rumah Pak Sunaryo? Bimo, ya, yang pulang, dan mobil itu adalah mobil majikannya?" Anggita malas untuk menjawab. Tetangga yang satu ini memang suka sok tahu. Anggita hanya mengangguk, dan memohon maaf pada tetangganya yang biasa ia panggil dengan sebutan Mpok Lilis itu, ia katakan jika ia sedang banyak pekerjaan. Mpok Lilis langsung manyun. Padahal ia sudah bersemangat untuk ngobrol bersama Anggita. Tapi rencananya itu harus buyar, saat Anggita menolaknya secara halus. "Ya, sudah kalau begitu. Nanti aja Mpok ke sini lagi!" ujarnya kesal, sambil membenarkan sarung yang ia kenakan, ia pun pergi me

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 12. SEANGGUN BIDADARI

    Meski Bimo sudah menunduk, namun tetap saja ia dapat melihat bayangan seseorang dari balik kaca mobilnya yang gelap. "Luna," bisiknya lirih. Selanjutnya, Bimo menginjakkan pedal gas mobilnya dalam-dalam. Mobil pun melesat cepat seperti kilat yang ingin meninggalkan bayang-bayang seseorang yang begitu anggun di mata Bimo, seanggun bidadari. Empat puluh lima menit kemudian, akhirnya sampai juga mereka di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ternyata ini pengalaman pertama ketiganya menginjakkan kaki di tempat itu. Sebelum keluar dari mobil, Bimo sempat menelepon seseorang. "Jerry, kamu sudah di mana? Aku sudah sampai di bandara. Apa kamu sudah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk dokumen penting, agar aku dan dua anggota keluargaku yang lain bisa terbang ke tempat yang menjadi tujuanku saat ini?" suara Bimo jelas sekali terdengar oleh dua ora

Bab terbaru

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 15. SEBUAH RENCANA GILA

    Bimo bersama Anggita mengitari Harvard University, ada perasaan campur aduk di hati mereka. Dengan mobil sport keluaran terbarunya, Bimo dan Anggita mengitari universitas yang menjadi salah satu universitas terbaik di dunia itu. "Aku tak menyangka bisa menginjakkan kaki di sini, Kak!" Anggita dengan mata berbinarnya memuji keindahan universitas itu. "Sama seperti aku, Gita. Tapi memang seperti itulah hidup. Hidup seperti sebuah misteri. Baru kemarin kita berada di gubuk reyot, sekarang kita sudah berada di sini." Bimo tak kalah takjubnya memandang gedung yang berdiri gagah di hadapan mereka. Dalam kekaguman mereka, sebenarnya ada sebersit luka di hati keduanya. "Coba seandainya ada Luna dan Deandra-ku sayang, pastinya aku akan merasa lebih bahagia." Bimo menunduk menyapu rerumputan yang ia injak. "Hei, Kak

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 14. MASSACHUSETTS

    "Bu Luna?! Bu Luna kenapa?" Bi Asih yang baru saja masuk ke dalam kamarnya, mengguncang tubuh Luna yang berteriak-teriak histeris memanggil-manggil nama kekasih hatinya itu. "Sabar Bu. Percayalah suatu hari nanti Pak Bimo pasti akan kembali," ujar Bi Asih berusaha menghibur hati sang majikan. Tapi Luna terus saja berteriak-teriak, hingga Bi Asih harus mendekapnya kencang sekali, sambil berbisik, "percayalah ada Tuhan yang akan menjaga kita, Bu!" Mendengar itu, Luna seketika terdiam. Ia ingat, Bimo pernah mengatakan itu padanya, saat ingin menenangkan dirinya dari rasa kecewa terhadap Marcel. Bi Asih senang melihat sang majikan sudah tenang. Ia pun kemudian melepas dekapannya. "Bu Luna sekarang harus makan!" "Saya tidak berselera makan, Bi!" Luna memalingkan wajahnya. "Tapi harus dipaksakan, Bu, biar nggak saki

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 13. SEPERTI KISAH DALAM DONGENG

    Dengan tangannya yang mulai gemetar, Jerry menggesek layar ponselnya untuk menjawab panggilan itu. "Halo, Jer! Apa kamu sudah dapat informasi tentang suamiku?" lirih terdengar suara Luna, sepertinya ia habis menangis. Tentu saja itu membuat Jerry tak tega mendengarnya. Ia seperti berada dalam suatu dilema. "Eeemm, belum Bu!" jawab Jerry ragu. Ia usap-usap wajahnya dengan kasar menggunakan sapu tangannya, karena tiba-tiba keringat mengucur deras dari dahinya. "Kamu di mana sekarang?" Luna seperti kecewa mendengar jawaban dari orang kepercayaannya yang satu ini. "Sa-ya lagi di jalan, Bu. Seharian saya mencari keberadaan Pak Bimo." ucap Jerry dengan kebohongannya. Seperti ada beban berat yang menghimpit dadanya saat ini. Namun susah payah Jerry untuk mencampakkannya. "Ya sudah, kalau begitu," suara Luna terdengar menggantung. Lalu samb

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 12. SEANGGUN BIDADARI

    Meski Bimo sudah menunduk, namun tetap saja ia dapat melihat bayangan seseorang dari balik kaca mobilnya yang gelap. "Luna," bisiknya lirih. Selanjutnya, Bimo menginjakkan pedal gas mobilnya dalam-dalam. Mobil pun melesat cepat seperti kilat yang ingin meninggalkan bayang-bayang seseorang yang begitu anggun di mata Bimo, seanggun bidadari. Empat puluh lima menit kemudian, akhirnya sampai juga mereka di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ternyata ini pengalaman pertama ketiganya menginjakkan kaki di tempat itu. Sebelum keluar dari mobil, Bimo sempat menelepon seseorang. "Jerry, kamu sudah di mana? Aku sudah sampai di bandara. Apa kamu sudah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk dokumen penting, agar aku dan dua anggota keluargaku yang lain bisa terbang ke tempat yang menjadi tujuanku saat ini?" suara Bimo jelas sekali terdengar oleh dua ora

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 11. MENINGGALKAN SEBUAH PENDERITAAN

    Mendengar suara ketukan pintu dari luar, Anggita bergegas keluar kamar dan segera menuju pintu. Sebuah wajah yang tak asing, tiba-tiba muncul, saat ia baru saja membukakan pintu. "Nak Gita, memangnya siapa yang datang? Kok tumben-tumbenan ada mobil mewah di halaman rumah Pak Sunaryo? Bimo, ya, yang pulang, dan mobil itu adalah mobil majikannya?" Anggita malas untuk menjawab. Tetangga yang satu ini memang suka sok tahu. Anggita hanya mengangguk, dan memohon maaf pada tetangganya yang biasa ia panggil dengan sebutan Mpok Lilis itu, ia katakan jika ia sedang banyak pekerjaan. Mpok Lilis langsung manyun. Padahal ia sudah bersemangat untuk ngobrol bersama Anggita. Tapi rencananya itu harus buyar, saat Anggita menolaknya secara halus. "Ya, sudah kalau begitu. Nanti aja Mpok ke sini lagi!" ujarnya kesal, sambil membenarkan sarung yang ia kenakan, ia pun pergi me

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 10. MENEMUI AYAH

    "Ayah! Ayah …!" Bimo lantas masuk sambil berteriak-teriak keras memanggil ayahnya. Semenit kemudian, seorang gadis berparas manis keluar dari kamar ayahnya. "Kak Bimo?!" Gadis itu menghampiri Bimo, dan sempat menyebutkan namanya. Bimo tahu kalau gadis manis dengan rambut hitam panjang terurai ini, adalah seorang perawat yang waktu itu di minta Luna untuk merawat ayahnya, sebelum ia dan Luna menikah dulu. "Hm, siapa nama kamu Dik?" Bimo mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa nama gadis yang usianya mungkin terpaut beberapa tahun lebih muda dari usianya. "Anggita, Kak Bimo," jawabnya sopan sekali. Suaranya terdengar lembut, dan cara berpakaiannya terlihat jelas, kalau Anggita adalah gadis yang menjaga sekali kehormatannya. Saat itu, tubuh tinggi semampainya di balut kemeja putih dan jeans denim berwarna Biru Dongker yang tidak memamerkan lekuk

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 9. SEPUCUK SURAT UNTUK LUNA

    "Hm, ya, tadi Bibi melihat Pak Bimo, sekitar sejam yang lalu. Tapi sekarang ia sudah pergi, dan menitipkan ini pada saya, untuk Ibu." Dengan sopan wanita itu menyerahkan selembar kertas putih pada Luna. Dengan tangan sedikit bergetar Luna lekas menyambar kertas itu. Luna pun langsung membuka lipatan kertas itu, dan dengan cepat membacanya. "Dear My Lovely, Luna istriku yang cantik. Maaf aku harus pergi. Bukannya aku lancang tak berpamitan padamu, tapi ini kulakukan karena aku tak ingin menangis di depanmu. Tapi aku sudah berpamitan tadi dengan Deandra, bunga kecilku. My Lovely, aku ingat janji kita, tentang pernikahan kita yang hanya sementara saja. Tapi aku mohon, biarkan suatu saat aku kembali menemui kalian berdua. Saat dimana aku sudah meraih apa yang aku impikan selama ini, dan pastinya akan kupersembahkan seutuhnya untukmu dan Deandra. Aku tak ingin membuatmu

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 8. MENGHILANG

    Entah untuk yang keberapa kali Bimo mendaratkan bibirnya ke wajah sang bayi. Sampai seorang perawat mengambil alih sang bayi dari tangan Bimo. *** Selama tiga hari Luna berada di rumah sakit mewah itu, tapi tak ada satu orang keluarga pun yang ia beri tahu. Ia memang sengaja menyembunyikan kelahiran putri pertamanya itu pada siapapun. Karena ia tak ingin Marcel tahu kalau ia sudah melahirkan. Hanya Bimo yang tahu tentang kehamilan di luar nikahnya, karena Luna menutup rapat-rapat tentang kehamilannya, apalagi kelahiran bayinya saat ini. Kesibukan kedua orang tuanya di luar negeri, membuat keduanya tidak terlalu peduli oleh kehidupan pernikahan Luna. Apalagi ibu Luna bukanlah ibu kandungnya, melainkan hanya ibu sambung saja, karena ibu kandungnya sudah meninggal sejak Luna berusia 10 tahun. Saat kembali lagi ke villanya bersama Bimo dan Deandra, membuat Luna seperti memulai kehi

  • SUPIRKU ADALAH SUAMIKU, TAPI BUKAN AYAH ANAKKU   Bab 7. HADIRNYA PERI KECIL YANG CANTIK

    Namun dengan cepat Luna meraih tangan kekar Bimo. "Sebaik Bimo Pratama, Ayahnya." Luna akhirnya menegaskan bahwa Bimo-lah ayah bayinya. Meski jelas-jelas benih Marcel yang ada dalam kandungan Luna, dan Bimo tak pernah terlalu jauh menjamah tubuh Luna. Tapi setidaknya Luna ingin memberi suatu penghargaan pada Bimo yang telah bersusah payah merawat dirinya dan kehamilannya. Bimo memang pantas mendapatkan gelar itu, gelar ayah bagi bayinya. Bimo masih saja diam. Meski wajah dan satu tangannya kini menempel di perut buncit Luna. "Bimo ada usulan nama untuk bayiku?" "Bayi kita!" sela Bimo tajam. "Ya, bayi kita!" Luna memantapkan ucapan Bimo. "Ada, aku ingin bayi kita, kita beri nama Deandra Putri Bimo Pratama, itu kalau kamu tidak keberatan. Deandra artinya bunga, Luna." "Aku suka nama itu, Bimo." Luna menyen

DMCA.com Protection Status