Home / Fantasi / Solomon Legacy / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Solomon Legacy: Chapter 31 - Chapter 40

56 Chapters

Bab 31 Kesurupan

Pak Ardi menghentikan cerita karena mendengar suara ketukan. Cassey mempersilahkan yang mengetuk masuk. Tampak Diana sudah membawakan tiga cangkir kopi yang mengepul-ngepul. Harum kopi sampai tercium, membuat Teddy harus mengakui bahwa mesin pembuat kopi tersebut berhasil menunjukkan keunggulannya. Tiga cangkir kopi diletakkan di atas meja tamu. Cassey mendapat jatah satu cangkir kopi di atas mejanya.“Silahkan kopinya Pak,” tawar Cassey sambil mengendus wangi kopi. Dia bangga bahwa mesin kopi itu bekerja sebagaimana mestinya.“Terimakasih.” Ucap Pak Ardi. Laki-laki setengah baya itu mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya. Dia menyeka wajahnya yang mulai penuh peluh.“Silahkan lanjutkan lagi ceritanya pak.” Ucap Teddy.“Ah ya, terimakasih. Jadi setelah itu, sekembalinya istri saya ke kamar rawat anak saya, kelakukan anak saya sudah berubah. Tertawa cekikikan sendiri, meracau dan menunjuk nunjuk. Awalnya istri
Read more

Bab 32 Berpindah

Anak itu berdiri, tubuhnya lunglai seperti berdirinya para zombie. Tangannya yang terikat menahan tubuhnya untuk maju lebih jauh. Lalu gadis itu terkekeh.“Lha ngopo aku kudu metu cuk (kenapa saya harus keluar berengsek)! “ucapnya dengan nada yang kasar, bahasa yang tersembur tampak berantakan.“ Jenengan ngerti sopo aku? kulo niki bangsawan seko tanah jowo, keturunan mojopahit, kulo niki urip luwih suwe seko sampean ratusan taun! (Tau kamu siapa saya?Saya ini adalah bangsawan dari tanah jawa, keturunan kerajaan Majapahit. Saya hidup lebih lama dari kamu ratusan tahun!)”Teddy mendekat, tanpa rasa gentar. Lalu tangannya segera merenggut kepala gadis itu, tangannya menekan kuat. Gadis itu berontak, tangannya menarik tali yang mengikatnya, berupaya menaikkan tangan tersebut untuk menepis tangan Teddy yang tetap mengenggam ubun-ubunnya.“Lepas, cuk! Lepas!!” serunya dengan bahasa jawa kasar.T
Read more

Bab 33 Ayah dan Anak yang Luar Biasa

Tarun mendesah. Matanya memandang langit yang mendung. Musim hujan sudah mulai menghampiri, walau hujan belum sungguh sungguh turun, namun cuaca mulai terasa dingin dan sejuk. Tegallega mulai ramai kembali oleh banyak orang yang datang untuk berlari di sore hari. Rain duduk disebelah Tarun, memakan roti yang tadi dibelikan oleh Razel. Roti itu adalah roti ketiga yang masuk dalam suapan Rain. Gadis itu merasa luar biasa lapar. Menciptakan dimensi membuatnya merasa kehabisan tenaga.Lalu suara telepon memutus keheningan diantara keduanya. Handphone Tarun berbunyi dari balik saku celananya. Tarun mengambil HPnya dan mengangkatnya. Dia mendengar suara Cassey, rekan kerja ayahnya. Mereka berdua terlibat pembicaraan singkat. Rain masih mengigit potongan roti terakhir dan sedang mencari air minum kemasan yang tersembunyi di punggungnya. Tarun menutup percakapan ditelepon, wajahnya terlihat pucat.“Maaf Rain. Aku harus pergi. Ada kondisi darurat.” Ucap Tarun sambil
Read more

Bab 34 Informasi Baru

“Apa maksudmu tentang warisan Solomon?” Ulang Tarun kembali.“Tidak ada! Tidak ada!”“Makluk laknat. Kamu berkilah!”“Ampun tuan. Tuan yang berbudi baik. Ampuni hamba…” kini erangan Teddy menjadi menghiba. Membuat perasaan Tarun teriris. Bagaimana pun Teddy adalah ayahnya, dan rasanya dia telah menyiksa ayahnya teramat perih.“Jangan lemah!!” bentak Teddy Pada Tarun. pada dasarnya kesadaran Teddy tidak hilang, dia paham dirinya tengah ditunggangi jin lain, dia menyadari dalam kesamaran, bahwa jin tersebut menumpang pada mulutnya untuk berbicara.“Tapi…”“Apa kau tidak mengasihani ayahmu ini Ru…..” Suara Teddy berubah melemah, seolah merayu. “Apa kau lupa pada semua yang ayah ajarkan padamu. Tentang kamu yang dari panti dahulu…kalau ayah tidak membawamu keluar dari sana, maka kamu akan berakhir di rumah sakit jiwa nak&hel
Read more

Bab 35 Jejak Solomon Legacy

Kantor Millenium tampak lengang, hanya tersisa satpam dan sekretaris yang tetap tinggal di kantor. Menunggu Cassey sang bos kembali. Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 sore. Langit berwarna kuning merona, membungkus langit dan dunia. Mobil Cassey masuk ke dalam teras setelah satpam membuka pintu pagar. Di sisi teras tampak motor Tarun sudah terparkir.Cassey memapah Teddy yang masih terlihat sempoyongan. Di bagian resepsionis Tarun menunggu. Cassey memberi isyarat pada Tarun yang kemudian berdiri untuk membantu memapah ayahnya, sedang Cassey berjalan mendahului keduanya menuju ruang miliknya.Tarun membantu ayahnya untuk duduk di sofa dan mengatur posisi agar merasa nyaman. Cassey melambai memanggil Diana dan meminta dibuatkan teh, kopi dan air putih.“Kalian mau makan? Ted? Ru?”“Ya. Aku butuh energi.” Jawab Teddy.“Aku juga.”“Mau apa? Pizza? Baso? Masakan padang?”“Yang cepet saja
Read more

Bab 36 Kepanikan

“Lalu?”“Nah, itulah anehnya.” Ucap Teddy.“Aneh dimana Bro? Mereka kan memang suka menumpang dan merasuki manusia.”“Tidak begitu. Dasarnya, dunia kita ada makhluk seperti mereka itu wajar. Namun, biasanya makhluk itu masuk ke dunia kita setelah menyamakan frekwensi sehingga mereka memiliki tubuh nyata bagi diri mereka. Tubuh itu tidak bisa kita lihat, kita raba, namun tubuh itu sudah mereka sesuaikan energinya.Mereka ada, namun tidak bisa kita sentuh atau kita lihat tanpa kemampuan vidos. Tapi, ada beberapa makhluk yang berpindah ke dunia manusia dengan tidak sempurna. Akibatnya mereka membutuhkan wadah lain. Hal ini merugikan makhluk itu sendiri dan jarang dilakukan, karena kalau mereka terus bersarang dalam tubuh manusia, daya hidup mereka pun akan terkuras karena inang yang diinapi kehabisan energi karena harus berbagi energi. Akibatnya tubuh inang sakit, ringkih bahkan cenderung bisa membawa kegilaan bagi m
Read more

Bab 37 Palsu

Tarun melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 21.14. lima menit sebelumnya dia sudah menelepon Rain, mengabarkan dirinya menunggu Rain di luar rumahnya.Tarun sebenarnya hendak menjemput Rain ke rumahnya, namun Rain mengatakan bahwa itu tidak diperlukan. Tarun tidak perlu menjemput, namun Rain lah yang akan menemui Tarun. setelah pembicaraan tersebut, Tarun pun memilih menunggu dipersimpangan. Dia pun sedang menimbang nimbang apakah pilihannya saat ini tepat untuk memberitahu sesuatu pada Rain. Hari sudah menjelang malam, dan besok waktu mereka untuk ke sekolah.Tarun pun tidak bisa memastikan apakah dia akan memilih untuk absen ke sekolah lagi seperti yang dilakukannya hari ini. Semua yang terjadi baru baru ini terasa tumpang tindih dengan kecepatan seperti roller coaster.Tidak perlu menunggu lebih lama lagi, kali ini Tarun melihat siluet perempuan berjalan ke arahnya. Dari lampu yang menerangi jalanan, Tarun mengenali sosok tersebut seba
Read more

Bab 38 Penanda

“Di mana Rain?” Tarun bertanya dengan gusar.Alih alih menjawab pertanyaan Tarun, Rain palsu segera memutar badannya, dirinya bergegas berusaha keluar dari ruangan. Bahkan karena terburu buru, tubuh Rain menyenggol Cassey yang berdiri membelakangi pintu. Tarun bergerak cepat, dia melompat ke samping berusaha menghadang lari Rain, menarik tangan gadis tersebut.“Dia jin Ru!” seru Teddy.Ketika tangan Rain palsu berhasil dipengangnya, Tarun mengeluarkan vidosnya. Energi bewarna orange membuncah dari pergelangan tangannya dan penuh mengikat antara tangan Rain dan Tarun.Lalu, makhluk yang menyaru tubuh Rain itu seperti meleleh, wujud kasarnya mulai terlihat. Jelek, tinggi kurus dengan telinga keledai dan bulu bulu berwarna merah marun memenuhi keseluruhan tubuhnya.“Brengsek!” Tarun tidak bisa menahan dirinya untuk memaki. Dengan sepenuh tenaga tangan makhluk tersebut yang berhasil diikat dengan vidos miliknya seger
Read more

Bab 39 Okta

Tarun mendesak Aji untuk bisa menemui orang yang memiliki vidos istimewa tersebut. awalnya Aji sebenarnya enggan untuk menghubungi orang tersebut di waktu malam, tapi Tarun terus mendesak dan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki waktu senggang sampai harus menunggu esok pagi. Jadi, dengan terpaksa, Aji pun menghubungi orang yang dimaksud. Dan beruntungnya mereka, orang tersebut bersedia.Tarun dan Aji keluar dari rumah di komplek dan berjalan membelah malam yang larut dan semakin dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 12.04 artinya sudah lewat tengah malam. Lepas sebelum keduanya pergi, Ayah Tarun menelepon untuk memastikan posisi putra semata wayangnya dan mengabarkan bahwa Ayahnya tetap ada di studio bila dia membutuhkan bantuan. Kabar itu tentu melegakan Tarun dan remaja itu berjanji akan menghubungi ayahnya segera ketika mendengar kabar baik.Aji merapatkan jaketnya lebih dalam lagi karena hembusan angin di motor membuatnya mengigil. Udara malam yang lembab dan basa
Read more

Bab 40 Vidos Perjanjian

“Gadis itu. sudah tidak ada di dunia ini….” Ucap Okta dalam kondisi mata terpejam. Ucapan okta membuat Tarun terhenyak.“Apa..apa maksudnya…” Tarun terbata bata bertanya, dalam pikirannya berkelebatan pikiran buruk.Okta masih terpejam, suaranya datar dan seolah bergema. “Gadis tersebut ada di dunia lain.”“Mungkin maksudnya, gadis itu ada di dunia jin.” bisik Aji menenangkan Tarun.“Lokasi tepatnya?” tanya Tarun.Okta diam sejenak, lalu berkata lagi dengan kondisi seperti setengah sadar, “lokasinya di sebuah tempat yang penuh dengan hutan dengan pohon yang tinggi tinggi. Namun lokasi tepatnya keberadaan gadis yang dicari sepertinya ada di pepohonan  yang paling tinggi.”Suasana hening. Tanpa keduanya sadari, benang benang yang keluar dari tubuh Okta semakin memendek dan kembali ke dalam tubuh Okta, terhisap begitu masuk ke dalam tubuh gadis tersebut.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status