Tarun mendesak Aji untuk bisa menemui orang yang memiliki vidos istimewa tersebut. awalnya Aji sebenarnya enggan untuk menghubungi orang tersebut di waktu malam, tapi Tarun terus mendesak dan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki waktu senggang sampai harus menunggu esok pagi. Jadi, dengan terpaksa, Aji pun menghubungi orang yang dimaksud. Dan beruntungnya mereka, orang tersebut bersedia.
Tarun dan Aji keluar dari rumah di komplek dan berjalan membelah malam yang larut dan semakin dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 12.04 artinya sudah lewat tengah malam. Lepas sebelum keduanya pergi, Ayah Tarun menelepon untuk memastikan posisi putra semata wayangnya dan mengabarkan bahwa Ayahnya tetap ada di studio bila dia membutuhkan bantuan. Kabar itu tentu melegakan Tarun dan remaja itu berjanji akan menghubungi ayahnya segera ketika mendengar kabar baik.
Aji merapatkan jaketnya lebih dalam lagi karena hembusan angin di motor membuatnya mengigil. Udara malam yang lembab dan basa
“Gadis itu. sudah tidak ada di dunia ini….” Ucap Okta dalam kondisi mata terpejam. Ucapan okta membuat Tarun terhenyak.“Apa..apa maksudnya…” Tarun terbata bata bertanya, dalam pikirannya berkelebatan pikiran buruk.Okta masih terpejam, suaranya datar dan seolah bergema. “Gadis tersebut ada di dunia lain.”“Mungkin maksudnya, gadis itu ada di dunia jin.” bisik Aji menenangkan Tarun.“Lokasi tepatnya?” tanya Tarun.Okta diam sejenak, lalu berkata lagi dengan kondisi seperti setengah sadar, “lokasinya di sebuah tempat yang penuh dengan hutan dengan pohon yang tinggi tinggi. Namun lokasi tepatnya keberadaan gadis yang dicari sepertinya ada di pepohonan yang paling tinggi.”Suasana hening. Tanpa keduanya sadari, benang benang yang keluar dari tubuh Okta semakin memendek dan kembali ke dalam tubuh Okta, terhisap begitu masuk ke dalam tubuh gadis tersebut.
“Jangan khawatir. Waktu aku mencarinya dan menemukan vidosnya, aku memperkirakan dia bisa bertahan dua sampai tiga hari disana. Sebelum vidosnya kosong total.”“Tampaknya Rain itu memiliki vidos yang cukup kuat.”Tarun mengangguk, “Dia mampu membuat dimensi sendiri dengan vidosnya.”“Wow, dia sampai bisa membuat dimensi sendiri. Aku jadi bertanya, sebesar apa vidosnya. Jangan jangan waktu aku merasakan vidosnya, itu belum semuanya.”“Kamu—selain mencari, kamu bisa merasakan dan mengukur vidos orang?”“Ya, begitulah.”“Boleh aku Tanya, pernahkah kamu mencari sebuah vidos dengan warna aura merah seperti warna darah dan berkobar seperti api?”Aji tampak terkejut, “Apa maksudmu Ru?”“Enggak, aku hanya ingin tahu saja. Itu, warna vidos beraura merah setahuku hanya dimiliki Langit.”Okta diam, tiba tiba tubuhnya ge
“Kalian bisa melihatnya, ya?” kata Abah sambil tersenyum senyum. “Yang di sini hanya ada tiga, sisa empat lainnya sedang berkeliling. Mereka memang selalu begitu. Sudah abah suruh pulang ke tempat mereka, masih saja disini. Tapi, tidak apa-apa. Mereka anak manis, tidak menganggu. Mereka sudah berjanji, sampai keinginan mereka terpenuhi mereka akan tetap disini.”“Bagaimana Abah yakin mereka tidak mengganggu?” Tanya Tarun, “Padahal kebanyakan dari mereka akan berusaha mengambil tubuh manusia untuk melakukan penyebrangan.”“Mereka akan menyeberang, kelak. Hanya sedang menunggu saja.” Abah tersenyum.“Maksud Abah mereka akan menyeberang bagaimana?”“Ya. banyak sekali orang menginginkan sesuatu. Dan jin juga memiliki keinginan. Setiap mereka dan manusia yang memiliki keinginan dan bertemu, mereka akan saling mengisi. Misalnya, ada orang yang ingin kaya, dan jin tersebut dapat memban
Tarun memandang tangannya. Bentuknya jelek, panjang seperti ranting pohon tua yang rapuh. Jarinya pun tidak lengkap sepuluh, hanya ada tiga dengan kuku kuku yang panjang. Kakinya pun tidak kalah anehnya.Bentuknya panjang, lalu di bagian engsel lutut menekuk seperti kaki kuda, bentuk jari jari kakinya pun mirip seperti tapal kuda. Pertukaran yang sangat merugikan. Membayangkan dirinya dengan bentuk tubuh seperti itu membuatnya merasa malu, apalagi bila Rain melihatnya.Sosok kerennya dengan kacamata lapis silver hilang dan berganti rupa sosok jin yang jauh dari kesan manusia. Namun, tubuh jin yang dipakainya ini luar biasa ringan. Dengan kakinya yang menekuk seperti kuda malah membuatnya bisa berlari kencang. Tangan berjari tiga ini pun memiliki kemampuan cengkram yang kuat.“Haduh, demi meringankan pertukaran perjanjian, kita tidak bisa dapat tubuh jin yang lebih keren.” Keluh Aji sambil membuka dan menutup tangannya yang besar seperti bongkol
“Kali ini Nyi Roro kidul.”Tarun terpekur. Mencoba menganalisis situasi. Ditengah rimba hutan tersebut, telah muncul para jin dari dua tempat yang berbeda, dan mereka berada pada tempat terjauh dari lokasi hutan tersebut. Rombongan mereka terlihat begitu resmi. Tempat yang lebih padat dari terakhir dia datang. Situasi seolah sedang ada pasar malam. Petunjuk itu membuatnya berpikir pada satu titik.“Apa ada pertemuan antar kerajaan jin?” Tanya tarun, masih dengan suara berbisik.“Kemungkinan memang hanya itu.”“Waktu kita tidak tepat ya.”“Aku juga merasa begitu Ru. Rasanya mengigil membayangkan ada beberapa kekuasaan besar di sini.” Aji tersenyum kecut. Kalau saja wujudnya seperti manusia, pasti senyuman laki-laki gemuk itu terlihat manis, namun dengan wujud yang mirip kodok itu, seringainya tampak mengerikan.“Kita terus Ru?” Tanya Aji.Tarun berbalik menatap Aji
Tarun merengut, merasa kesal karena penundaan berarti tujuannya akan semakin menjauh.“Harus ada penjelasan khusus kenapa abang menyuruh aku berhenti.”“Tentu saja ada tujuh alasan yang bisa aku katakan. Tapi pertama tama, kita harus berkepala dingin dulu Ru!”“Kalau kita terus, para anjing penjaga akan menghilang dari penglihatan!”“Apa kau yakin itu Rain?”“Aku yakin!”“Mengejar mereka, lalu apa?”“Kita harus mendahului para anjing. Kalau Rain tertangkap, dia akan dicabik cabik para anjing raksasa itu!”“Ada cara yang lebih efektif bukan? Daripada kita mengejar sesuatu yang tidak jelas tersebut.”“cara efektif?”“Ya. Kita kembali ke dunia kita. Kita minta bantuan Okta, jangan lupa dia adalah vidos menanda. Pikirkan begini Ru, Rain tidak akan selamanya bisa bertahan di dunia jin bila dia masih berwuju
Aji dan Langit terlambat untuk bertindak. Langit mengeram ketika retakan itu hilang, tangannya dihajarkan pada ruangan kosong dan Aji hanya menutup kepalanya dengan kedua tangannya dengan perasaan menyesal yang luar biasa.Melewati retakan dimensi bukan tanpa cidera, Tarun merasa kepalanya sakit sekali, dan bahu yang tadi ditarik oleh tangan berkuku kuning tersebut pegal luar biasa. Tarun sempat khawatir engsel bahunya bergeser akibat hisapan luar biasa dari retakan dimensi. Baru kali ini Tarun masuk dalam retakan dimensi dengan waktu sesingkat itu.“Sudah saya bilang, kamu menariknya terlalu kasar. Bagaimana kalau dia cidera!” terdengar suara seseorang di dekat Tarun. Suaranya terdengar kesal dan di telinga Tarun suara itu familiar.“Apa boleh buat Rain, di sana ada pengguna vidos merah yang menyeramkan.”“Tetap saja, saya tidak ingin Tarun cidera.”“Iya, iya. Kamu dari sejak tadi ribut masalah itu!”
“Nah, itulah masalahnya. Kamu akan terkejut mendengar ini Ru.” Ucap Rain.“Coba saja. Hari ini aku sudah dibuat banyak terkejut, apalagi yang bisa membuat aku lebih terkejut lagi.”“Kami sudah mempelajari peta, tempat keberadaan warisan solomon itu. Dan tempatnya bisa dibilang, sulit dijangkau, bahkan mungkin mustahil.”“Ohya, memang dimana tempatnya.”“Benda itu, berada di dasar laut terdalam. Di indonesia ini. Kamu tahu kan, palung jawa.”“Tidak tahu. Maaf, pelajara geografi kita belum sampai ke sana.”“Palung jawa, merupakan salah satu palung terdalam di dunia. Bentuknya mirip huruf V” Rain mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf “V” dan menunjukkannya pada Tarun. “Bayangkan bentuk seperti ini di dalam laut, dengan kedalaman ribuan meter. Dan, disinilah benda itu berada.” Rain memasukkan satu jarinya ke dalam jari lainnya yang ma
“Apa saya harus menagih pada si tukang tidur itu lagi?” tanya Rain pada Amelia.“Ya, kamu kan bendahara kelas ini.” Jawab Amelia tersenyum. Dia selalu merasa geli kalau mendengar omongan Rain yang terlihat paling enggan berhadapan dengan si tukang tidur, Tarun.“Kamu saja deh Mel.” Ucap Rain enggan.“Apaan sih, bulan lalu kamu kan nagih sendiri, malah kelihatannya setelah itu kalian jadi dekat.”“Saya? Dekat sama tukang tidur itu?….ooow, please deh.”“Oh, jadi salah ya? Padahal bulan lalu ada yang ngasih bocoran kamu jalan pulang sekolah bareng Tarun dan tampak akrab. Sering juga aku lihat dia curi curi pandang ke arahmu lho.”“Kapan?! Jangan ngarang ya Mel. Udah, deh daripada dengerin halukamu, mending saya ke sana, nagih tukang tidur itu.” Rain segera beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah meja Tarun. Gadis itu menolak untuk m
Langit membuka tangannya, sinar berwarna merah menyala dan kemudian melesat ke arah jin ifrit, jin tersebut langsung menghilang dan berpindah pada sisi lainnya. Tangan jin tersebut yang melar ditariknya kembali dan digunakan untuk menyerang Langit dengan cara meliuk dan berubah menjadi tajam dalam sekejap. Laki-laki tersebut langsung membuat tameng dimensi untuk menangkis lengan runcing tersebut. Terdengar suara benda beradu yang dasyat.Aji segera mengambil posisi berdiri, dan kemudian berlari. Diikuti Tarun dari belakang. Jin ifrit melihat keduanya berlari, tampak tidak senang, lalu mengulurkan satu tangannya lain yang bebas. Tangan tersebut menyentak, kemudian melar dan bergerak sangat cepat mengejar punggung Tarun.Langit segera membuka tangannya dengan cepat. Sebuah benda merah terlontar dari ujung telapak tangan Langit dan menyelubungi Tarun, Aji dan Rain tepat sebelum tangan runcing tersebut menyentuh punggung Tarun. Ketiganya terkurung dalam membran merah milik
“Apa tuan menginginkan kedua orang ini dibunuh?” tanya Razel sambil mendekat ke arah jin tersebut.“Apakah kau menginginkan mereka mati?” mahkluk tersebut bertanya kembali pada Razel.“Buatku, mereka sudah tidak berguna.”“Begitukah? Kalau begitu kau pun sama Nak.” Mendadak makhluk tersebut menusuk perut Razel. Razel mendelik, antara tidak percaya, dan rasa sakit. Tangannya mendekap perutnya yang ditusuk oleh makhluk tersebut. “Bagiku, kau pun sudah tidak diperlukan lagi.”Razel terjatuh sambil mengerang, wujudnya berubah perlahan. Dari atas kepalanya muncul tanduk yang panjang seperti tanduk rusa. Cuping hidungnya membesar. Lalu, kedua kakinya berubah menjadi seperti kaki kuda. Dalam keadaan kesakitan, razel tidak bisa mempertahankan bentuk penyamarannya dan memperlihatkan bentuk aslinya.“Sudah aku katakan Nak, hidup selama ribuan tahun akan membuatmu lebih bijaksana. Tidak mungkin
“Ah, ternyata diantara kalian bertiga masih ada yang tetap jernih.” Jin raksasa tersebut menyahuti.“Bocah, jangan pengaruhi Rain. dia harus menyelesaikan ini sesuai rencana!” Razel menghardik Tarun dengan kesal.Rain memandang ke arah Tarun, Tarun menggeleng. Lalu, dipandangnya Razel yang memberi isyarat untuk segera melakukan sesuai yang dikatakan jin raksasa tersebut. Hati gadis tersebut ditimpa keraguan.“Saya pikir ucapan Tarun ada benarnya,” ujar Rain perlahan. “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi bila mahkluk sebesar itu dilepaskan ke permukaan. Pasti ada alasan tersendiri mengapa mahkluk tersebut dikurung di sini, bukan?”“Rain. kita sudah sejauh ini, tidak ada jalan mundur kembali!”“Selalu ada!” sentak Tarun, “Pilihan untuk mundur selalu ada, dan Rain berhak memutuskan untuk itu!”Razel mengeram marah, lalu kemudian dia melompat dan memukul Tarun.
“Tapi penjelasanmu tidak menjawab pertanyaanku?”“Sedikit banyak sudah terjawab wahai gadis manusia. Namun, memang kenyataan bahwa aku terkurung disini bukan karena kehendakku pribadi. Nah, cukup penjelasannya dari pertanyaanmu, sekarang kau jelaskan yang kau sebut smartphone itu.”“Baiklah,” ucap Rain mengalah. Dia memandang ke arah Tarun dan berbisik. “Ru, pinjamkah saya Hp.”Tarun membalas bisikannya, “Bukannya kamu punya?”“Ketinggalan di rumah.”Tarun kemudian mengeluarkan hanphone dari tas ranselnya dan menyerahkannya pada Rain. Rain mengambil handphone tersebut dan menaikkan tangannya sambil memperlihatkan handphone tersebut.”Kau lihat ini,” tunjuk Rain sambil mengacungkan hanphone milik Tarun. Dari balik jeruji, satu tangan jin tersebut menjulur, dengan kuku jarinya yang besar makhluk tersebut mengambil handphone yang disodorkan oleh Rain.&ld
Tarun dan Rain memandang dengan terperangah. Sekitar jarak lima meter, Razel memunggungi mereka. Dihadapan razel, dan juga mereka terdapat sebuah jeruji besi raksasa. Tinggi jeruji itu hampir sebesar gerbang yang mereka masuki.“Itu apa? Jeruji besi?”“Seperti itulah.” Sahut Razel ketika dia mendengar suara Rain dari belakang.“Sebesar itu?” Tarun tidak bisa menahan diri untuk bertanya.“Ya. Bayangkan, jeruji sebesar ini, kira kira apa yang dikurung di dalamnya?” ucap Razel masih dalam kondisi memunggungi kedua remaja tersebut.“Apa ini yang kita cari? Bom yang kalian bilang itu?”“Aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa ini yang akan kita temukan.” Komentar Rain.“Benar, kita tidak bisa membayangkannya. Tapi apapun itu, itulah warisan ribuan tahun yang sedang kita cari.” Jawab Razel.Mendadak sebuah tangan besar bergerak menyentuh jeruji besi
“Ayo kita masuk Rain!” ucap Razel sambil mengamit tangan Rain. Membran yang menyelimuti keduanya bergerak maju menuju pintu gerbang.“Sebentar, kita cari Tarun dulu!” Sergah Rain, karena mengkhawatirkan teman satu kelasnya itu.Rain menggerakkan tangannya. Lalu dari gelombang yang berputar putar di sekitar pintu, membran yang menyelimuti tubuh Tarun muncul. Rain langsung menarik membran tersebut mendekat, lalu menyatukan dengan membran miliknya.Tarun mengusap kepalanya yang terasa sakit, ketika Rain menyergapnya dengan pelukan lega.“Syukurlah, kamu selamat Ru! Saya cemas pas pintu gerbang tersebut terbuka dan kamu terlempar dari lubang kunci itu.” seru Rain. kecemasan yang semula membuncah hilang ketika mendapati Tarun selamat.Tarun kembali teringat, ketika jaring terakhir menghilang, dan pintu raksasa itu bergerak membuka, tubuhnya terpelanting karena hentakan pintu dan ikut terbawa pusaran di sekitar pintu.
Tarun berhasil mendekati asal cahaya tersebut dan juga menemukan Rain dan Razel berdiri pada sesuatu yang bersinar. Itulah asal cahaya tersebut. Dihadapan ketiganya sebuah gerbang raksasa dengan pendar cahaya berwarna emas. Gerbang itu berdiri kokoh tanpa penyangga.Rain menengok ke arah Tarun, lalu kemudian tangannya digerakkan. Perlahan membran yang menyelimuti ketiganya menyatu pelan pelan dan kini ketiganya berada dalam satu membran yang sama.“Apa itu?” tanya Tarun ketika ketiganya sudah terkumpul dalam satu membran sehingga bisa berkomunikasi.“Sepertinya gerbang.”“Bukan hanya sepertinya Rain, itu memang gerbang. Gerbang suci.” Sahut Razel, masih memandangi gerbang di hadapan mereka.“Untuk ukuran gerbang, itu sangat besar.” Ucap Tarun.“Kira kira tingginya 10 meter.” Sahut Rain.“Seperti yang disebutkan dalam buku. Gerbang suci, gerbang antara dunia jin dan duni
Rain memasukan perbekalan mereka ke dalam ransel yang dibeli Razel (atau dicuri). Makanan, hanphone, senter, tabung oksigen kecil dan robekan buku kuno tentang peta lokasi solomon legacy.Mereka memiliki benda tersebut setelah Tarun mengusulkan agar Razel membelanjakan beberapa barang persiapan sebelum mereka melakukan perjalanan. Saat itu, Tarun sudah tidak mau ambil pusing dari mana barang itu akan tersedia, saat ini mereka tidak memiliki banyak pilihan.“Kita berangkat?” tanya Rain.“Kamu siap Rain? kondisimu.”“Yang terbaik saat ini.”“Konsentrasi pada tujuan kita. Ini seperti membuka ruang kosong dan melakukan pindah dimensi secara cepat. Jangan lupa, lapisi dimensi supaya bisa tahan tekanan air, karena yang kita hadapi adalah tekanan bawah laut.”Rain menutup matanya. Lalu, dari seluruh tubuhnya keluar bentuk asap berwarna hijau, asap itu bergerak dinamis, semakin besar dan semakin meluas