Home / Romansa / Belenggu Asmara Tukang Kebun / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Belenggu Asmara Tukang Kebun: Chapter 11 - Chapter 20

61 Chapters

11

Malam itu Yusuf duduk sendiri di batu besar di pinggir sungai, tempat ia biasa nongkrong sendiri, merenungi jalan hidupnya. Awan mendung di langit sesekali melontar cahaya kilat bergemuruh. Namun Yusuf, bersikukuh menghabiskan sebatang lagi rokoknya. Dihisapnya dalam-dalam lalu asap rokok dihembuskannya perlahan sembari teringat pada sosok Lilis.Sudah enam bulan berlalu, gadis itu ternyata berubah semakin cantik dan jelita. Tubuhnya berlekuk-lekuk indah, tinggi semampai dimahkotai rambut hitam lebat yang tergerai panjang, memikat. Kulitnya bening bersinar dan mulus seperti gelas kaca.Yusuf takut tak bisa mengendalikan sikapnya seperti dulu, yang terlalu jelas terlihat menyukai gadis itu. Ternyata, masih tersisa rasa rendah diri di hatinya. Tentulah karena hinaan yang pernah terlontar dari bibir manis milik Lilis, anak semata wayang Pak Jajang.Yusuf harus jujur, ia gagal menghapus bayang-bayang Lilis di benaknya. Selama ini ia terus dipenuhi perasaan galau tak
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

12

Malam itu, di atas tempat tidurnya, Lilis tengkurap dengan kepala tegak menghadap layar ponsel. Bola matanya naik turun melihat slide demi slide kehidupan orang di berbagai tempat di belahan dunia. Dan seperti biasa, setelah Lilis lelah berselancar di dunia maya, Lilis akan merutuk pada dirinya sendiri bahwa betapa nahas kehidupannya.Terpenjara di sebuah desa, jauh dari pusat hiburan dan perbelanjaan membelenggu batin Lilis tiga tahun lamanya. Ada sebuntal hasrat yang tak mampu ia salurkan, dan rasanya setiap malam sebelum menutup mata, hasrat di dadanya semakin membuncah bak air bendungan yang sudah melebihi kapasitas dan bisa jebol kapan saja. Lilis tak menyadari, bahkan desa yang ia anggap sebagai penjara itu adalah surga yang dimimpikan banyak orang.Tap!Jempol Lilis berhenti mengusap layar ponsel, tertahan oleh sebuah video yang menampilkan seorang gadis cantik tengah berurai air mata. Kemudian datang seorang lelaki tampan, mengusap pipi
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

13

Trekking dimulai setelah Pak Herman memarkir mobil sport putihnya di sebuah lapangan kecil, khusus parkir wisatawan. Saat itu hari mulai terang dan aroma embun segera menyergap indera penciuman mereka.“Jadi, kamu di Indonesia untuk liburan?” tanya Lilis pada Rio. Di mobil, di sepanjang jalan menuju kawasan hutan, Lilis dan Rio banyak berbincang. Rio yang supel membuat mereka cepat akrab.“Ya, hanya satu bulan aku di Indonesia. Selanjutnya aku harus pergi lagi ke London,” jawab Rio sembari melakukan gerakan-gerakan stretching.“Wow… bagaimana rasanya tinggal di kota besar itu? Pasti menyenangkan sekali,” ucap Lilis.“Ya. Menyenangkan bisa main ke beberapa spot wisata favorit dunia dan berjumpa banyak orang dari berbagai macam latar belakang. But, sometimes I feel bad, saat banyak sekali tugas kuliah dan… saat kangen suasana kampung seperti ini,” tutur Rio ser
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

14

Good Morning, Loulia!Kau belum bangun?Lilis meraih ponselnya segera setelah ia membuka mata. Sebuah pesan masuk, pukul 07.00, dua jam yang lalu. Lilis mengerutkan kening demi membaca pesan tersebut saat kelopak matanya masih dipenuhi serpihan benda putih.“Rio?” gumam Lilis. Lilis bergegas bangkit dari tidurnya ketika mengetahui pesan itu dari pemuda yang ia kenal kemarin.Ya. Kemarin hari yang sangat melelahkan… dan badanku masih terasa sakit.Lilis menarik bantal ke atas pangkuannya. Ia kini bersandar di tepi tempat tidur. Kemudian dimulailah ritual harian Lilis, yaitu berselancar di dunia maya, mengintip kemajuan orang lain saat dirinya masih nyaman rebahan.No. I thought yesterday was awesome. Bagaimana aku bisa pergi dari surga seindah itu, dan… bidadari secantik kamu.Rio cepat membalas pesan.“Ish.” Alis Lilis terangkat sebelah. Ternyata kuli
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

15

“Hiiiy... Ucup belewuk!” teriak Lilis histeris. Segera diraihnya handuk yang tersimpan di atas batu. “Sedang apa kau di situ?” Lilis tergesa menutupi tubuhnya.“A-a-anu, aku tadi…” Tiba-tiba gagap Yusuf kumat lagi. Belum selesai ia menjawab Lilis kembali meneriakinya.“Jangan bilang sedari tadi kau mengintip! Hiy, dasar cabul!” cerca Lilis.“Ti-ti-tidak, aku hendak membetulkan selang air,” sergah Yusuf terbata.“Mengapa masih berdiri di situ? Cepat pergi!” usir Lilis sambil menampar air.“I-i-iya.” Yusuf segera berbalik dengan gemetar di sekujur tubuh. Baru selangkah, Yusuf kembali memutar tubuhnya. “Tapi kau tidak apa-apa sendirian?”“Apa?” Teriak Lilis tak percaya Yusuf bertanya seperti itu.“Kau tidak tahu?” tanya Yusuf dan Lilis semakin tak mengerti. “Di jam-jam segini, si Ikok sering muncul di sekit
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

16

Jantung Yusuf berdegup dalam tempo yang rapat, ramai seolah ada pesta di ruang hati. Mereka menari, menyalakan kembang api dan berkelakar ke sana-sini. Gadis pujaannya, mengembuskan angin segar pada jiwa yang semula gersang kering kerontang. Meski Yusuf tak tahu perasaan gadis itu, tapi dirinya teramat bahagia mengetahui Lilis tak lagi risih berdekatan dengannya.Dua jam Lilis menguntit Yusuf seperti ekor kucing. Kemana Yusuf berpindah, ia pun akan turut sambil mulutnya tak henti berceracau. Cocok sekali dengan karakter Yusuf yang kebanyakan diam, sehingga Lilis seakan punya tempat baru untuk meluapkan segala hal. Lilis bicara tentang jenuhnya hidup di desa, keinginannya jalan-jalan ke kota besar di dunia, mimpi menjadi artis terkenal, dan… apa tadi? casting? Kepala Yusuf berdenging mendengar kata asing itu.“Casting? Ke Jakarta?” tanya Yusuf mengulang ucapan Lilis.“Ya. Sudah lama aku menantikan kesempatan ini.”
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

17

Tiga tahun lebih bekerja sebagai tukang kebun, Yusuf paham bahkan daun kering pun akan jatuh sendiri ke tanah. Tangkai-tangkai stroberi yang tua dan layu harus dipangkas demi siklus pertumbuhan yang sehat. Begitu pula manusia, Tuhan mengganti manusia yang tua dengan yang muda. Karena itulah peradaban demi peradaban  tercipta.Yusuf menatap nanar pada dua bola mata milik neneknya. Yusuf tak sanggup meski sekadar membayangkan. Yusuf tak ingin neneknya pergi. Nenek yang selama ini merawatnya saat ia kehilangan ibu bapak sedari kecil. Selain neneknya, Yusuf tak punya siapa-siapa. Di usianya yang ke dua puluh dua, Yusuf juga merasa masih jauh dari memiliki seorang istri, pendamping atau teman hidup.“Ni, sebaiknya Nini tidak usah bekerja lagi. Nini sudah sepuh. Nini istirahat wae di bumi keun usup nu gawe,” tutur Yusuf pada neneknya yang tengah terbaring di atas dipan kayu di ruang tamu.Ni Cicah menarik napas hendak membuka suara tetapi ter
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

18

Kelopak mata Lilis mendanau sebab terharu oleh pemandangan memukau di hadapannya. Sungguh ia tak menyangka, di belakang rumah Yusuf yang sederhana, terdapat keindahan bernilai tinggi melebihi apa yang ada di sekitar rumahnya.Sebenarnya di sana hanyalah kebun singkong dan pepaya, lalu apa yang membuat Lilis takjub? Ternyata, di sebelah pagar kebun singkong Lilis mendapati banyak tanaman stroberi, ditata di atas rak bambu yang memanjang dan bertingkat tiga. Tanaman stroberi itu berbuah lebat, sedang merah-merahnya.“Ini bukan stroberi biasa. Cantik sekali…” gumam Lilis.Tak lama Yusuf datang sambil memanggul dua ember berisi air sambil bertelanjang dada. Lilis terpesona, tetapi buru-buru ia tepis pandangannya dari tubuh pemuda itu. “Bagaimana?” Lilis langsung melempar Yusuf dengan pertanyaan saat ia sudah mendekat.Yusuf meletakkan ember lalu satu persatu menumpahkan airnya ke dalam gentong plastik besar di depan
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

19

Jejak langkah Lilis tercetak di tanah becek bekas hujan. Kakinya yang ramping nan mulus tak acuh saat cipratan lumpur menodai. Sesekali Lilis berjalan terseok sebab jalanan licin atau saat melewati lumpur yang cukup dalam semata kaki. Lilis marah. Sebab itu ia bernafsu menerabas jalan pulang menuju rumahnya.Lilis mendongak ke langit. Awan mendung… semendung hatinya sekarang, sesuram masa depannya setelah tahu Yusuf menolak permintaanya. Padahal menurut Lilis, Yusuf satu-satunya orang yang mungkin bisa membantu.“Argh…!” bentak Lilis pada ranting pohon jambu yang menghalangi jalannya. Sebenarnya Lilis ingin menjerit sekencang-kencangnya, tetapi ia masih punya rasa malu.Beberapa kali Lilis berpapasan dengan pekerja kebun teh yang pulang bekerja. Tanpa bertegur sapa dengan mereka, Lilis malah menampakkan wajah masam bercampur kesal yang membuatnya harus mendengar selentingan tak menyenangkan.“Ih, tingali anak Pak J
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

20

“They say that time’s supposed to heal yeah…but she ain’t done much healing.”Eh?Lilis tercekat napasnya mendengar potongan kalimat berbahasa Inggris yang baru saja meluncur dari bibir Yusuf. “Aa bilang apa barusan?”Yusuf melirik gadis cantik yang duduk di sampingnya, bersandar pada bantalan kursi bus angkutan antar kota, Bogor-Jakarta. “Tidak… itu hanyalah penggalan lirik lagu dari Adele yang berjudul Hello.”Lilis terdiam, bingung.“Tak usah heran. Di kelas kursus bahasa Inggris, kami diharuskan mendengar banyak lagu berbahasa Inggris,” ujar Yusuf.“Maksudku, kenapa tiba-tiba Aa Yusuf mengucapkan itu?”“Ya. Orang sering bilang bahwa waktu akan menyembuhkan luka. Namun itu tak berlaku  bagi Iceu. Bahkan mungkin bagi sebagian besar orang di dunia,” terang Yusuf.Lilis tertegun.“Kacang
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status