Yusuf kembali sambil membawa air di telapak tangannya, tepatnya di daun lebar yang ia lipat menjadi sebuah wadah. Tatkala mendengar raungan Loulia ia mempercepat langkahnya dan itu membuatnya tergelincir, hampir saja Yusuf tercebur kalau ia tak reflek berpegangan pada batu besar di pinggir sungai. Alhasil, air yang ia bawa tinggal setengah, sisanya tumpah sebelum berhasil mencapai bibir gadis yang pucat seperti mayat. Saat Yusuf memberikan air itu, Loulia tertegun dengan tatapan ragu. “Tak apa, minumlah! Air yang diambil langsung dari sumber mata air pegunungan akan menyegarkan tubuh.” Gadis itu menggeleng, bukan karena enggan minum air sungai, bukan itu maksudnya. Loulia memicingkan mata ke arah betis kirinya sambil merintih kesakitan, “Sakit sekali….” Yusuf terhenyak dibuatnya. Betis Loulia yang semula kemerahan kini membengkak dan berangsur membiru. Seperti yang lumrah dialami orang saat berada dalam keadaan panik, Yusuf pun menunjukkan gelagat yang sama :
Terakhir Diperbarui : 2022-03-09 Baca selengkapnya