Semua Bab Belenggu Asmara Tukang Kebun: Bab 41 - Bab 50

61 Bab

41

Yusuf berlari menentang kepayahan tubuhnya begitu mendengar suara benturan yang amat keras. Tanpa lama mencari, mata Yusuf langsung menangkap sebuntal karung di antara tanaman liar, teronggok bagai sampah yang jikalau orang melihatnya tentu tak akan menyangka bahwa ada seorang perempuan terperangkap di sana. Begitu menemukannya, Yusuf terkejut bukan main. Benaknya spontan membenarkan bahwa karung yang terperenyak itu adalah Loulia.Dengan gerak terburu-buru Yusuf menerjang semak belukar. Lengannya berdarah tergores ranting-ranting tanaman liar tapi tak sedikit pun menjangkau syaraf nyeri di kulitnya. Itu karena perasaan was-was yang telah melingkupi seluruh jiwa dan raganya ketika dari arah karung itu terdengar oleh Yusuf erangan suara perempuan. Suara kesakitan yang luar biasa.Tiba-tiba, Yusuf merasa mendapatkan tenaga yang meletup di dadanya. Dia bergerak cepat: tubuhnya membungkuk, tangannya terulur demi membuka tali yang mengikat karung itu, “Aa di sini, say
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-04
Baca selengkapnya

42

“Hmmh…” Untuk kesekian kalinya Loulia merintih sambil menggigil. Karung yang semula meringkusnya ia gunakan untuk menyelimuti badan, tapi tidak cukup menghalau suhu dingin di pegunungan. Ia beringsut dari posisinya yang menindih Yusuf, namun yang terjadi Loulia menjerit kesakitan lagi. “Wuaaaa…!”Yusuf segera bangkit dan mendekap gadis itu. Diusap-usapnya rambut Loulia yang sudah lengket dan awut-awutan. “Kau pasti kuat. Kita akan melewati ini. Kita pasti pulang. Kau percaya, kan?”Loulia tak menjawab. Bibirnya terkatup gemetar menahan sakit dengan air mata yang terus membanjiri wajah. Ia menarik kepalanya dari dekapan Yusuf, lalu menatap pemuda itu lekat-lekat dengan tatapan nanar.Mendadak jantung Yusuf berdegup lebih cepat ditatap seperti itu oleh Loulia. Apalagi gadis itu kini menyentuhkan jemari lentiknya ke wajah Yusuf, perlahan dan lembut. Ia jadi takut, takut kalau gadis itu mencium aroma kegugupannya yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

43

Yusuf kembali sambil membawa air di telapak tangannya, tepatnya di daun lebar yang ia lipat menjadi sebuah wadah. Tatkala mendengar raungan Loulia ia mempercepat langkahnya dan itu membuatnya tergelincir, hampir saja Yusuf tercebur kalau ia tak reflek berpegangan pada batu besar di pinggir sungai. Alhasil, air yang ia bawa tinggal setengah, sisanya tumpah sebelum berhasil mencapai bibir gadis yang pucat seperti mayat. Saat Yusuf memberikan air itu, Loulia tertegun dengan tatapan ragu. “Tak apa, minumlah! Air yang diambil langsung dari sumber mata air pegunungan akan menyegarkan tubuh.” Gadis itu menggeleng, bukan karena enggan minum air sungai, bukan itu maksudnya. Loulia memicingkan mata ke arah betis kirinya sambil merintih kesakitan, “Sakit sekali….” Yusuf terhenyak dibuatnya. Betis Loulia yang semula kemerahan kini membengkak dan berangsur membiru. Seperti yang lumrah dialami orang saat berada dalam keadaan panik, Yusuf pun menunjukkan gelagat yang sama :
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-09
Baca selengkapnya

44

Loulia menyembunyikan wajah di balik telapak tangan. Ia baru berhenti menjerit setelah lama tak mendapat respon apa pun dari perempuan itu. Kini perasaan takut menjelma rasa penasaran. Dari sela-sela jarinya yang perlahan mekar, Loulia mengintip keadaan sekitar. Dan ketika lehernya berputar ke samping kanan, sudut matanya langsung menangkap sosok perempuan itu yang kini telah benar-benar berada di dekatnya. Sebuah sentuhan mendarat di bahu Loulia. Ia pun kembali menjerit.“Hwaaaa….hwaaaaa….!”“Neng! Neng! Neng Lilis!”Mendengar suara Yusuf, Loulia langsung membuka matanya. Ia spontan menarik lengan Yusuf seraya mengadu bagai anak kecil habis dijahili temannya. “Perempuan ini, A. Di-dia…dia… menakutiku…”Loulia hanya mendelik ke arah perempuan itu, ia tak berani melihatnya secara langsung. Kemudian terdengar suara lemah dan kaku, “Maaf tos ngareureuwas (maaf sudah mengage
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-10
Baca selengkapnya

45

“Maneh ngangon (kau menggembala)? Seorang perempuan? Sendirian?”Rentetan pertanyaan tak dapat Yusuf bendung setelah mendengar cerita Rani, perempuan misterius yang bertemu dengannya di hutan belantara, lalu menolong ia dan Loulia. Rani tak enggan menjawab pertanyaan Yusuf meskipun dengan kalimat-kalimat berbahasa daerah yang kaku. Bahasa Sunda yang Rani gunakan terdengar berbeda, baik aksen maupun dialeknya, tidak seperti bahasa Sunda yang sehari-hari Yusuf gunakan di Desa Cihejo. Namun, terlepas dari itu setidaknya Yusuf tahu kalau hutan yang tengah ia jejaki masih berada di kawasan Jawa Barat.“Ya. Itu memang pekerjaanku. Tapi belakangan ini, domba-dombaku sering hilang.” Rani menyibak ranting pohon yang menjuntai lalu menahannya. Sampai Yusuf dan Loulia melewatinya, ia hempaskan kembali ranting itu. Rani kemudian berlari kecil menyalip Yusuf dan Loulia. Ia harus berada di depan karena ia yang menuntun jalan menuju kampung tempat tin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-13
Baca selengkapnya

46

Langkah demi langkah yang Yusuf tempuh terasa sangat melelahkan. Pijakannya mulai goyah. Otot-otot betisnya sudah teramat tegang seperti karet yang ditarik sampai titik puncak elastisitasnya. Memilah jalan dari akar-akaran dan dari tanah basah yang licin membuat tenaganya terkuras drastis. Sementara itu di punggungnya bertonggok tubuh seorang gadis dengan kepala terangguk-angguk seirama langkah kakinya. Di beberapa kesempatan, pikiran Yusuf terpusat pada dua benda bulat kenyal yang mengganjal dada gadis itu, tapi perasaan letih yang parah telah sangat berjasa mengempas imajinasi nakalnya.Kini matahari sudah tergelincir dari puncak-puncak pohon, bergerak perlahan menuju sisi langit bagian barat. Yusuf mulai menyadari, perjalanan ini begitu jauh. Tak terhitung sudah berapa kali mereka beristirahat. Di mana sebenarnya letak kampung perempuan ini? Jangan-jangan… benar apa yang dikatakan Loulia, perempuan ini hanyalah jelmaan dari siluman yang berbahaya, pikir Yusuf.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-16
Baca selengkapnya

47

“Aa… firasatku semakin tak enak.” Kalimat yang dilontarkan Loulia seperti busur panah yang dilesatkan ke dada Yusuf, meruntuhkan benteng keyakinannya akan sebuah pertolongan. Semula Yusuf percaya keajaiban itu benar adanya ketika perlahan ia membuka mata dan melihat garis lembut cahaya pagi menyelusup celah dedaunan. Kemudian ia menemukan gadis pujaannya selamat. Itu adalah anugerah tak ternilai. Yusuf berjanji, apa pun yang terjadi ia akan berjuang melanjutkan kisah ini. Yusuf tak menampik, perasaan Loulia sangatlah wajar. Setelah kepergian Rani -gadis yang menjanjikan sebuah pertolongan-, berbagai keganjilan teraba dengan jelas. Ditambah                                                  lagi dengan kenyataan di depan mata kin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-20
Baca selengkapnya

48

Lambat laun kecurigaan Yusuf menguat setelah mendapati kejanggalan demi keganggalan di kampung itu. Saat ia hendak berwudhu di pancuran samping mushola, Yusuf dibuat terhenyak dengan keadaan bak penampungan airnya, begitu kotor: penuh jentik nyamuk, kotoran yang mengerak dan lumut-lumut tebal yang membuatnya urung meski sekadar mencuci tangan.Saat dengan ragu kakinya melangkah ke dalam mushola, Yusuf merasakan hawa yang berbeda di tempat itu dengan keremangan mencekam. Cahaya senja yang masuk hanya menyinari sisi kanan dinding lewat jendela usang berhias jaring laba-laba dan tanaman merambat. Jantungnya pun berpacu cepat melihat tumpukan mukena yang teronggok awut-awutan di dalam lemari kayu yang terbuka. Tadinya, Yusuf hendak mengambil mukena itu untuk dipakai Loulia yang pasti akan tersiksa di malam hari karena dingin. Tapi, begitu Yusuf mengambilnya sehelai, sekelompok kecoa segera berlarian, beberapa di antaranya mengarah ke kaki Yusuf yang berjinjit-jinjit karena takut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-22
Baca selengkapnya

49

Malam itu beruntung rembulan sedang bersinar terang meski separuh badannya tertutup gumpalan awan. Yusuf dan Loulia jadi bisa melihat jalan meski dalam jarak yang sangat terbatas, setidaknya mereka bisa memilah semak yang paling aman untuk Loulia buang air kecil.“Aa aku takut.”“Tak apa. Aa akan berjaga di sini.”“Aw! Aw…ih…” Loulia meringis saat perlahan berjongkok dibantu Yusuf. Kaki sebelah kirinya yang cedera tetap dalam posisi lurus. Loulia sangat kesulitan melakukan itu. Tubuhnya sampai gemetaran menahan nyeri. “Emh… Tidak bisa, A.”“Ayo cobalah lagi. Pelan-pelan saja.” Yusuf tak tega melihat Loulia begitu tersiksa, tapi ia sendiri kehabisan akal untuk membantu gadis itu. Untuk berjongkok saja susah, belum membuka celananya, aduh… bagaimana, Yusuf bingung bukan main. Loulia tak mampu melakukan itu sendirian, terpaksa harus dipegangi Yusuf.Meski dalam gel
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-23
Baca selengkapnya

50

“Aaaaa!!!” “Tolong!” “Tolong!” Siang ini, tepat saat matahari sedang berada di puncaknya, suara lolongan panjang bergaung bersahutan. Suara yang langsung menggemparkan semua orang di Kebun Wisata Stroberi Cihejo itu terdengar begitu mengerikan. Baik para pengunjung maupun para pekerja yang ada di kebun seketika menghentikan aktivitas mereka kemudian berbondong-bondong berlari menuju satu tempat. Spontan mata mereka terbelalak saat menyaksikannya, ada yang menjerit histeris, ada yang terkulai lemas, ada pula yang sama sekali tidak berani melihat namun mulutnya tak henti bertanya-tanya. Bagaimana tidak, seorang bocah perempuan berumur sekitar delapan tahun tengah terkapar di atas rumput hijau yang memerah oleh darah. Bocah itu mengalami benturan cukup keras di bagian kepalanya setelah terjatuh dari ketinggian tujuh meter, dari atas menara pohon wahana permainan flying fox. Sepasang suami istri, orangtua sang bocah segera memeluk bocah malang it
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status