Share

18

Author: Mala Anggi
last update Last Updated: 2022-01-17 10:15:46

Kelopak mata Lilis mendanau sebab terharu oleh pemandangan memukau di hadapannya. Sungguh ia tak menyangka, di belakang rumah Yusuf yang sederhana, terdapat keindahan bernilai tinggi melebihi apa yang ada di sekitar rumahnya.

Sebenarnya di sana hanyalah kebun singkong dan pepaya, lalu apa yang membuat Lilis takjub? Ternyata, di sebelah pagar kebun singkong Lilis mendapati banyak tanaman stroberi, ditata di atas rak bambu yang memanjang dan bertingkat tiga. Tanaman stroberi itu berbuah lebat, sedang merah-merahnya.

“Ini bukan stroberi biasa. Cantik sekali…” gumam Lilis.

Tak lama Yusuf datang sambil memanggul dua ember berisi air sambil bertelanjang dada. 

Lilis terpesona, tetapi buru-buru ia tepis pandangannya dari tubuh pemuda itu. “Bagaimana?” Lilis langsung melempar Yusuf dengan pertanyaan saat ia sudah mendekat.

Yusuf meletakkan ember lalu satu persatu menumpahkan airnya ke dalam gentong plastik besar di depan

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   19

    Jejak langkah Lilis tercetak di tanah becek bekas hujan. Kakinya yang ramping nan mulus tak acuh saat cipratan lumpur menodai. Sesekali Lilis berjalan terseok sebab jalanan licin atau saat melewati lumpur yang cukup dalam semata kaki. Lilis marah. Sebab itu ia bernafsu menerabas jalan pulang menuju rumahnya.Lilis mendongak ke langit. Awan mendung… semendung hatinya sekarang, sesuram masa depannya setelah tahu Yusuf menolak permintaanya. Padahal menurut Lilis, Yusuf satu-satunya orang yang mungkin bisa membantu.“Argh…!” bentak Lilis pada ranting pohon jambu yang menghalangi jalannya. Sebenarnya Lilis ingin menjerit sekencang-kencangnya, tetapi ia masih punya rasa malu.Beberapa kali Lilis berpapasan dengan pekerja kebun teh yang pulang bekerja. Tanpa bertegur sapa dengan mereka, Lilis malah menampakkan wajah masam bercampur kesal yang membuatnya harus mendengar selentingan tak menyenangkan.“Ih, tingali anak Pak J

    Last Updated : 2022-01-17
  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   20

    “They say that time’s supposed to heal yeah…but she ain’t done much healing.”Eh?Lilis tercekat napasnya mendengar potongan kalimat berbahasa Inggris yang baru saja meluncur dari bibir Yusuf. “Aa bilang apa barusan?”Yusuf melirik gadis cantik yang duduk di sampingnya, bersandar pada bantalan kursi bus angkutan antar kota, Bogor-Jakarta. “Tidak… itu hanyalah penggalan lirik lagu dari Adele yang berjudul Hello.”Lilis terdiam, bingung.“Tak usah heran. Di kelas kursus bahasa Inggris, kami diharuskan mendengar banyak lagu berbahasa Inggris,” ujar Yusuf.“Maksudku, kenapa tiba-tiba Aa Yusuf mengucapkan itu?”“Ya. Orang sering bilang bahwa waktu akan menyembuhkan luka. Namun itu tak berlaku bagi Iceu. Bahkan mungkin bagi sebagian besar orang di dunia,” terang Yusuf.Lilis tertegun.“Kacang

    Last Updated : 2022-01-17
  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   21

    Secantik bungaSeindah kenanganSepahit perpisahanPercayakah bahwa tak perlu filosofi untuk tahu sesuatu berarti“It’s so beautifull,” gumam Yusuf. Di sebuah toko bunga pinggir jalan Yusuf berdiri terpana pada rangkaian bunga yang terpajang di sana. Bunga yang terdiri dari dua puluh tangkai bunga mawar warna merah dan tiga kuntum bunga casablanca itu tampak mencolok dalam pandangan Yusuf.“Tangan ajaib siapa yang sudah menyulap kembang wahangan (sungai) jadi secantik ini,” Yusuf berdecak kagum. Kembang wahangan yang dimaksudnya adalah bunga daisy kuning, terselip di ruang kosong pada rangkaian bunga itu. Saking kagumnya, mata Yusuf sampai berkaca-kaca.Sepuluh menit yang lalu, Lilis memintanya menunggu di pinggir jalan sementara Lilis membeli minuman ke sebuah mini market. Ketika melihat jajaran buket bunga di toko itu, Yusuf merasa sayang jika hanya memandangnya dar

    Last Updated : 2022-01-18
  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   22

    Isi pesan singkat dari Alena melemaskan syaraf-syaraf otot Lilis.“Orchid Gold Village, Jalan Merpati No.30, RT 04 RW 02, Jakarta Timur?” nada pertanyaan di akhir kalimatnya itu bukan karena ia tak tahu alamat, sebab dengan adanya peta dan taksi online, mencari alamat tidak sesulit jaman dulu. Nada itu semata untuk mengekspresikan kekecewaannya. Artinya, ia dipaksa bersabar satu hari lagi.Masalahnya, Lilis hanya diijinkan satu hari di Kota Jakarta. Bapaknya berpesan, malam bahkan sore Lilis dan Yusuf harus sudah tiba kembali di rumah. Dan kecemasannya itu semakin diperjelas oleh Yusuf.“Kita harus pulang,” ucap Yusuf sambil merapikan kotak nasi, bekal makan siang dari Ibu Lilis.“Yah, aku tahu,” jawab Lilis lesu.“Lalu, apa yang Neng pikirkan?” tanya Yusuf. Sejak di dalam bus, Yusuf kini sering menyapa Lilis dengan sebutan ‘Neng’ dan menyebut dirinya sendiri ‘Aa’.

    Last Updated : 2022-01-18
  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   23

    Seutas senyum di bibirnya mendadak berubah menjadi seringai mengerikan. Matanya melotot, tangannya bergetar. Gelas berisi jus tomat jatuh dari genggamannya. Cairan merah dengan segera membasahi lantai, serpihan kaca terpelanting dan berserakan.Alena, baru saja mendapat kabar. Devano Arza –rekannya sesama bintang film- malam itu diciduk polisi atas kasus penyalahgunaan narkoba. Penangkapannya hanya berselang tiga hari setelah Zain Deff, seorang aktor juga ditangkap polisi atas kasus yang sama.Pukul dua dini hari. Saat itu Alena tengah rehat di kamar apartemennya setelah aktifitas syuting yang sangat melelahkan. Sebelum membersihkan diri, ia ingin menikmati segelas jus tomat sambil mengecek isi kotak ajaibnya yang belum sempat tersentuh. Lalu berita itu muncul, menjadi trending topik di berbagai media sosial. Berita itu menghebohkan jagat hiburan tanah air sebab sang aktor tertangkap di tengah karirnya yang sedang melejit naik daun.Alena gusar, terancam o

    Last Updated : 2022-01-23
  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   24

    Loulia menatap wajahnya di hadapan cermin setengah badan di atas wastafel. Ia berdiri lama di situ, di toilet kamar tamu milik keluarga Rio Wijayanto. Lalu ia mulai melakukan gerakan senam wajah, dan mengatur napas. “Jadi ini… alasan loe ninggalin gue. Tega kamu Jod, tega!” Loulia membentak, marah dengan wajah memerah. “Buk… minta Buk…” Sejenak kemudian wajah Loulia berganti pilu. “Hahahaha… Kupastikan wanita itu tewas setelah menenggak kopi beracun.” Loulia terbahak dengan sorot mata tajam mengerikan. “Aku… juga mencintaimu, A. Setiap malam, hanya wajah Aa Yusuf yang.... Eh?” Loulia tercekat begitu menyebut nama pemuda itu. Loulia buru-buru menyeka wajahnya dengan air. Loulia berjalan tergesa ke luar toilet. Ia segera memburu remot AC kamar, mendadak tubuhnya menggigil kedinginan. Diraihnya selimut di atas kasur. Loulia salah tingkah, padahal barusan itu ia hanya latihan. “Dia sedang apa yah? Apakah sudah tidur?” Loulia resah.

    Last Updated : 2022-02-01
  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   25

    Bagi Alena, detik waktu yang bergulir terasa bagai kepakan sayap burung patah, lambat dan lemah. Seandainya waktu bisa diatur, ia ingin malam ini berlalu secepat kedipan mata. Bahkan kalau bisa ia ingin melewatkannya saja. Ia tak tahan menanggung derita yang entah bagaimana mengakhirinya. Di balik gorden jendela kamar yang tersingkap sedikit Alena termangu. Pikirannya jauh menerawang ke surga dunia yang belum pernah ia jejaki. Rasanya ia ingin terbang bebas, menghirup aroma sejuk pedesaan. Alena menggigit bibir sendiri seraya mengintip lampu taman yang berkedip-kedip. Dilihatnya dua orang lelaki berpakaian hitam dengan tubuh tinggi kekar berdiri di sana. Penjara yang sempurna, batin Alena. Alena paham dirinya hanya korban, tetapi sulit baginya membuat sebuah pengakuan bahwa ia telah diperdaya seorang lelaki yang dengan licik merekam adegan suami istri yang ia lakukan. Video itu kini menjadi senjata yang kerap ditodongkan padanya jika ia mencoba menolak hasrat liar le

    Last Updated : 2022-02-02
  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   26

    “Biar kuantar kalian ke sana,” ucap Rio sambil berlari kecil menuju garasi mobil. Baru beberapa langkah ia berlari Loulia buru-buru mencegahnya. “Tidak usah, terima kasih. Kami sudah banyak merepotkan.” “No… tidak merepotkan sama sekali malah menyenangkan. Biar kuantar-” “Tidak usah!” Cegah Loulia lagi, sedikit menyentak. Yusuf melongo melihat sikap Loulia. Loulia juga kaget dengan sikap spontannya barusan. Buru-buru ia menyambung kalimat, “Aku sudah memesan taksi online, sebentar lagi taksinya akan tiba,” ucap Loulia seraya menarik lengan Yusuf menuju pintu gerbang rumah keluarga Rio. Sedikit terseret Yusuf berjalan sebab Loulia menariknya keras seperti emak-emak menjemput anaknya yang seharian main di sawah. Meski begitu Yusuf tak lupa mengucap terima kasih pada Rio, “Terima kasih banyak ya. Assalamu’alaikum!” Rio yang dibuat terpatung oleh sikap Loulia segera membalas, “W*’alikumsalam. Hati-hati yah… Go

    Last Updated : 2022-02-05

Latest chapter

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   61

    “Selamat pagi!”“Pagi!”“Semangat!”“Semangat! Yes! Yes! Yes!”Sorak sorai penuh semangat membaur dengan cuitan burung-burung yang telah keluar dari sarang. Rona gembira menyibak kabut liar, elemen terbaik milik alam Cihejo di pagi hari. Mereka, gerombolan wisatawan dari kota, tujuh orang banyaknya, empat laki-laki dan tiga perempuan nampak begitu antusias menjajal wahana permainan air yang disebut river tubing. Di tepi sungai Harerang, setiap intruksi yang diberikan oleh pemandu mereka simak dengan baik, walaupun ada sebagian yang lebih asik bercanda dengan menggodai temannya.“Selamat datang di Harerang River Tubing!” Lilis sudah mengenakan pakaian sport muslimahnya saat menyambut mereka. Menjadi pemandu wisata air adalah pekerjaannya selain mengelola kebun wisata stroberi. Berkat tangan dinginnya, gadis itu berhasil menarik lebih banyak wisatawan dengan menawarkan beberapa paket wisata, river tubing ini salah satunya. Lima tahun lalu, Sungai Harerang hanyalah sungai alami milik w

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   60

    Seringkali Loulia membayangkan betapa suatu hari ia akan menjadi seorang bintang, melenggang anggun melintasi red carpet di tengah keranuman tatapan kagum. Pada saat itulah ia akan merasakan percikan lampu kamera menjadi lebih hangat dari ciuman pertama, dan keredap cahaya yang memantul dari gaun berwarna peraknya liar memikat selera semua mata hingga hanya tertuju padanya.“Sungguh, A! Aku selalu membayangkan hari yang ajaib itu datang mengetuk jendela kamarku, bersama kabut dan dingin yang saling berebut cahaya. Pada saat itulah ketika aku membuka jendela, seketika aku menjelma seorang bintang…” Loulia berbicara sembari memandang pada lembah yang terjamah basah. “Kemudian orang-orang berebut untuk berfoto bersamaku.”Yusuf yang mendengarnya, hanya tertawa. “Kalau Aa punya keinginan seperti kamu, Aa pasti memilih menjadi kabut.”“Kenapa?”“Biar Aa bisa dicumbui kamu persis saat kamu menyesap aroma kabut sampai matamu merem melek. Biar Aa bisa menyusup ke rongga paru-parumu, mendekam

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   59

    Desing suara mesin mobil pengangkut sayur yang beradu dengan gemeretak batu-batu kerikil yang digilas ban di halaman rumah berhasil mengalihkan pikiran Lilis sejenak dari ruwet pikirannya yang seperti benang kusut itu. Ia segera menyerbu pintu, persis anak kecil yang telah menunggu lama sang ayah pulang dari bekerja.Seorang laki-laki 40 tahunan turun dari mobil. Sambil mengelap peluh di wajahnya dengan handuk yang tersangkut di leher laki-laki itu berjalan menghampiri Lilis. Dari pintu mobil yang lain melompat seorang pemuda jangkung lagi kerempeng. Pemuda itu langsung menyalakan sebatang rokok setelah menemukan pojok yang pas untuk berjongkok.“Macet lagi, Pak?” tanya Lilis sambil menerima beberapa lembar nota dan kunci mobil yang disodorkan laki-laki itu.“Iya, Neng. Biasalah, kalau lewat pas lagi bubar karyawan pabrik pasti macet.”“Pak Asep, saya bikinin kopi ya,” seru Buk Martinah yang tergopoh-gopoh dari dalam rumah.“Nggak usah, Buk. Saya mau langsung pulang saja. Sudah kemale

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   58

    Tak! Tuk! Tak! Tuk!Bagi Farhan jarum jam yang berdetak di ruang pemeriksaan tak sekadar berjalan meniti waktu, namun terasa begitu tajam menusuk tempurung kepalanya. Dokter muda itu mengerjapkan mata berulang kali, juga mengatur napasnya yang kacau namun semampunya ia sembunyikan. Farhan tak ingin efek yang terjadi pada tubuhnya sebagai seorang lelaki dewasa normal disadari oleh gadis itu. Bahkan saat pasiennya itu melepas pakaian atasnya hingga terpampang nyata dua benda bulat berharga miliknya, Farhan masih bisa bersikap tenang.“Oke,” gumam Farhan setelah mengamati dua bukit kembar milik Erna. Lalu kembali menambahkan catatan di kertas yang ditopang papan dada. Seolah sedang melakukan pemeriksaan biasa, Farhan tak menampakkan reaksi berarti. Sikap datarnya itu justru memancing rasa penasaran Erna.“Apakah baik-baik saja, Dok?” Erna sengaja melembutkan suaranya seiring dengan sorot matanya yang mendalam pada dokter muda itu.&ld

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   57

    “Silakan…” Gadis itu masuk ke ruang pemeriksaan diikuti Farhan yang berjalan setengah gusar. Rupanya Farhan tak lupa pada sebuah batasan yang ia buat sendiri, sesuatu yang ia pegang demi menjaga kredibilitasnya sebagai dokter muda. Ia tak boleh menerima pasien perempuan di luar jam kerja, apalagi seorang diri tanpa ditemani perawat. Keputusan spontan yang ia ambil beberapa menit yang lalu kini mengganggu pikirannya. Entah mengapa ia tak kuasa menolak gadis itu, yang jika dilihat sekilas tak nampak kesakitan atau menderita cedera serius yang harus segera ditangani. Ketika gadis itu melewatinya, Farhan kembali mencium aroma memabukkan itu. Seketika darahnya berdesir, beruntung ia mampu menguasai diri sebelum gadis itu menoleh ke arahnya. “Silakan duduk.” “Terima kasih.” “Dengan Mbak siapa?” Farhan menarik pulpen dan mulai mencatat di atas secarik kertas. “Erna.” “Baik. Mbak Erna, kalau tidak salah siang tadi kita bertemu di… supermarket?” “Iya betul, Dok. Saya karyawannya calon i

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   56

    Melihat mulut Lilis terkatup rapat, dan serat-serat kelopak matanya terangkat, Buk Martinah tahu kalau anaknya tengah menanggung beban pikiran yang sangat berat. Sejumput sesal kemudian menghentak dada Buk Martinah. Bila saja ia bisa menyimpan pesan itu, paling tidak sampai suasana hati Lilis kembali riang seperti biasa, itu akan lebih baik mengingat gadis semata wayangnya akan menikah dalam waktu dekat. Tapi hati siapa yang tak terganggu dengan keluh dari seorang perempuan renta, yang siang tadi tetiba mengetuk pintu rumah Buk Martinah. Perempuan itu sudah sangat sepuh namun bersikukuh ingin menukar peluh dengan beberapa lembar uang, sayur, buah atau apa pun itu yang dapat menyambung hidupnya.Lilis yang duduk persis di samping Buk Martinah sejak sepuluh menit lalu terus memeluk gelas berisi teh manis hangat dengan telapak tangannya. Pandangannya mengambang setengah putus asa. Di teras rumah, suara jangkrik dan tonggeret mengiringi kesenduan batinnya; mengisi keheningan yang

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   55

    “Lilis!” Gelagat salah tingkah masih melekat, namun Farhan berusaha menyapunya dengan buru-buru merespon panggilan Lilis. “Aku sedang memilih baju malam yang cantik untukmu.”Ucapan Farhan bagai suara lalat terbang, hampir tak dapat ditangkap oleh gendang telinga Lilis. Itu karena perempuan di samping Farhan lebih menarik perhatiannya. Perempuan itu tersenyum begitu menyadari kedatangan Lilis.“Kamu…” Lilis mengingat-ingat.“Aku Erna, Teh,” sambung perempuan itu segera.“Oh iya, kamu yang baru seminggu kerja di Kebun Wisata Cihejo, kan? Aku hampir lupa.”“Iya, betul. Hee…”“Lalu…” Lilis menggantung kalimatnya, pandangannya beralih ke baju-baju malam yang bergelantung rapi, lalu sekilas ke arah Farhan.“Erna sedang mencari gaun malam, kado untuk saudara yang akan menikah.” Erna menjawab raut wajah penuh tanya itu, Lilis

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   54

    “Permisi, boleh saya lihat?” “Hmmh?” Gadis itu tak langsung menjawab. Ia sedikit terhenyak lalu tertegun beberapa saat ketika sekelumit pikiran berkutat di kepalanya. Mereka saling tarik menarik, antara mempertahankan aurat atau menuruti permintaan dokter muda itu. Lilis lupa, kondisinya yang mulai terbiasa menjaga permukaan tubuh dari pandangan orang lain bukan berarti tertutup pula bagi dokter. Bukankah ia sengaja datang untuk memeriksakan diri atas luka yang tetiba kambuh setelah empat tahun sembuh. Tiba-tiba saja, Lilis merasa bodoh. Apa yang kupikirkan, maki Lilis pada diri sendiri. “Emh… iya, tentu saja.” Lilis menyingkap bagian bawah roknya; memperlihatkan sebelah kiri bagian betisnya. Dokter muda itu membungkuk sampai berlutut sebelah kaki. Sejenak setelah mengamati betis jenjang nan mulus itu, ia melirik ke arah Lilis. “Terlihat baik-baik saja, bukan? Tapi sungguh, belakangan ini sering terasa sakit. Apalagi saat mandi di pagi hari, saat terk

  • Belenggu Asmara Tukang Kebun   53

    “Siapa yang melakukan ini?”Bibir Lilis bergetar dengan sinar kemarahan di matanya. Mendapati bangkai kucing dengan torehan luka yang ganjil sungguh membuat panas kepala Lilis. Makhluk kecil menggemaskan yang sering hilir mudik di sekitar kebunnya itu teronggok kaku di bawah meja kompor. Darah merah mengering di helai-helai bulu lebatnya yang seputih kapas, terlebih di bagian leher yang diduga kuat menjadi sebab kucing itu mati.“Ini bukan ulah ular atau binatang buas lainnya,” gumam Lilis ketika melihat luka memanjang di bagian leher. “Ada yang menyembelihnya.”“Hiiiy… Orang macam apa yang tega membunuh makhluk kesayangan Nabi?” Buk Martinah bergidik ngeri di sudut pintu dapur. Ia tak berani mendekat. Butuh waktu bagi Buk Martinah mengatur debaran di dada setelah melihat bangkai kucing itu.Lilis tertegun. Entah apa itu, seperti ada yang menyinggung logikanya ketika Lilis mendengar pertanyaan ibunya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status