All Chapters of Mantiko Sati - Kitab 1: Harimau Dewa: Chapter 91 - Chapter 100

217 Chapters

Simalakama

“Be—berarti,” Laluna menelan ludah. “Ka—kau, kau datang hendak membunuh abang tiriku?”Buyung Kacinduaan tersenyum. Itu pertanyaan yang sangat sulit untuk ia jawab begitu saja. Jikalau mengikut hati yang panas, jawabannya sudah jelas iya. Hanya saja, sepuluh tahun kebersamaannya dengan si Harimau Putih Bermata Biru itu, telah mengajarkan banyak hal bagi Buyung.Belas kasih, memaafkan, adalah di antara apa yang dipelajari Buyung dari segala tingkah laku si Harimau Dewa tersebut sebelumnya.“Kau bicara apa, Nak?” ujar Lamina. “Keluarga dia dibantai oleh Darna, bahkan… bahkan ibunya sedang hamil besar kala itu.”“Yaah,” Buyung tertunduk, tersenyum hambar. “Itu memang benar.”Laluna semakin terkesiap, ia tidak menyangka bahwa Darna Dalun akan sampai setega itu. Hanya saja, setelah menyaksikan bagaimana jasad sang ayah, Laluna tidak berpikir lebih baik lagi terhad
last updateLast Updated : 2021-12-28
Read more

Perkembangan Tak Terduga

‘Apakah ini sesuatu yang baik?’ pikir Buyung di dalam hati.Bukan tentang kerajaan yang harus dipimpin oleh seorang ratu—toh, kenyataannya masyarakat Minangkabau Kuno sudah menjalani praktek matrilineal—tapi, lebih kepada usia sang ratu itu sendiri yang masih terbilang sangat muda.‘Bukankah akan lebih cakap jika takhta dipegang oleh orang yang berpengalaman dalam memimpin?’“Apakah kau tahu, Buyung,” ucap Lamina, lagi. “Suamiku pernah bilang, bahwa semenjak takhta Minanga dipegang oleh Ratu Mudo, begitu orang-orang memberi gelar pada Puti Pandan Sahalai, kehidupan masyarakat Kerajaan Minanga di segala penjuru tidak pernah lagi sama.”“Ma—maksud Uni?” tanya Buyung dengan kening mengerut.“Apakah kau sudah bertemu dengan Wali Jorong pengganti ayahmu?”“Yaah,” Buyung Kacinduaan mengangguk cepat. “Dan dia, bukanlah jenis manusia yang bisa
last updateLast Updated : 2021-12-28
Read more

Tahanan Khusus

Pada sebuah lorong yang suram dengan penerangan dari pelita togok damar yang tersusun setiap 10 hasta di sepanjang dinding lorong itu sendiri, menuju ke penjara bawah tanah, Kerajaan Minanga, Batang Kuantan.Cukup banyak yang menjadi tahanan di penjara bawah tanah tersebut. Kesemuanya, adalah orang-orang yang dicap sebagai pengkhianat kerajaan. Orang-orang yang sebelumnya bekerja untuk kerajaan, namun dengan satu dua kesalahan, mereka akhirnya berakhir di sana.Tapi itu sudah lebih bagus daripada mendapatkan hukuman mati sekeluarga.Seorang gadis yang memiliki kecantikan begitu memikat hati, menyusuri lorong itu. Ia mengenakan pakaian khusus bernama Baju Batabue[1] dari kain beledu tipis berwarna dasar hitam. Pakaian serupa baju kurung itu memiliki corak putih dengan sulaman benang emas, sepadan dengan Kain Lambak[2] yang membalut bagian bawah tubuhnya.Sang gadis tidak mengenakan selendang penutup kepala yang biasan
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

Tangis Tersembunyi

“Kau—” sang ratu seolah tercekat sendiri sembari menunjuk-nunjuk pada sosok di sudut kiri dalam penjara.“Sudahlah,” ujar sang tahanan. “Tidak ada gunanya. Lebih baik kau urus saja takhtamu itu, untuk apa kau menghabiskan air liur, mengumbar kemarahan terhadapku? Mubazir, sangat mubazir.”“Keparat kau!” sang ratu benar-benar geram, bahkan kedua tangan yang menggenggam batangan besi dari jeruji-jeruji itu bergetar hebat. Dua tapapan laksana pedang kembar yang terhunus, lalu ditebaskan ke leher pria di dalam penjara itu.“Paduko…”“Kubilang diam…!” lagi, sang ratu meneriakkan titahnya pada pria berkelumun jubah. “Sekali lagi kau ikut campur, kupatahkan kedua kakimu!”“Maaf,” si pria berjubah membungkukkan badannya, lalu tegak dan hening seperti patung batu.“Dan kau!” tunjuk sang ratu pada pria di dalam penjara. &ldqu
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

Mengawasi Sebelum Beraksi

Hari ini, Buyung Kacinduaan terbangun ketika mendengar kokok ayam jantan yang sangat panjang seolah dalam tarikan satu napas saja. Pemuda itu terbangun di atas sebuah pohon rindang.Kembali kokok panjang itu terdengar dari satu titik kelebatan hutan, kokok panjang menyambut pagi. Buyung tersenyum, mau saja rasanya ia mencari ke asal suara dan menangkap ayam hutan yang ia yakin sebagai ayam kinantan itu sebab dari kokoknya yang panjang seolah tak berjeda.‘Dibakar, pasti terasa lebih sedap!’ Sang pemuda terkekeh sendiri dengan pemikirannya itu. Ia melompat turun dengan ringannya, lalu menggeliat beberapa kali.Suara gemuruh perutnya membuat sang pemuda kembali tersenyum. Seharian kemarin, ia hanya makan dari buah-buah hutan yang ia temui saja.Memang, sepanjang perjalanannya kemarin itu, Buyung sempat melewati dua tiga lapau, hanya saja, pemuda gagah itu tidak memiliki sekeping uang pun untuk bisa ia tukarkan menjadi makanan ya
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

Saatnya Beraksi

Lima perampok langsung mengurung tiga orang itu di tengah-tengah. Ada yang membawa kapak bermata satu sebagai senjatanya, ada pula yang membawa golok, ada juga yang menggunakan pedang.“Menyerah sajalah!” ujar seorang perampok yang berpostur lebih tinggi dan besar, dialah yang tadi berhasil menghantamkan telapak tangannya ke dada si pria 40 tahun. “Toh, kalian bisa meminta lagi jatah dari kerajaan bukan?”Empat perampok yang lain sama tertawa-tawa mendengar itu.“Apa kau tidak sayang nyawamu?”“Kalian!” dengus si gadis. “Bajingan-bajingan tak bermoral! Selamanya hanya akan menjadi sampah kehidupan!”“Mulutmu pedas juga ternyata,” sahut satu perampok lainnya.Entah hanya sebagai gaya saja, atau mungkin ada maksud lainnya, tapi yang jelas yang satu ini menggunakan bagian deta di kepalanya secara terbalik sehingga bagian ujung segitiga deta tersebut menutupi sebelah matanya
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

Tinju Pualam vs Tinju Harimau Mengaum

Semua gerakan melindungi si pria 40 tahun dan mematahkan serangan demi serangan perampok itu dilakukan oleh Buyung dengan sangat cepat. Dan terakhir, dua tangannya menyilang ketika seorang perampok yang tersisa di sebelah kanan si pria 40 tahun mengayunkan kapaknya.Kapak terhenti kurang dari tiga jari di depan wajah Buyung, tertahan dua tangannya yang menyilang.Sang perampok mengerahkan seluruh tenaganya untuk menekan kapaknya tersebut demi bisa melukai wajah lawannya, bahkan Buyung sampai berlutut satu kaki ke tanah demi menahan tekanan tersebut.Disebabkan si perampok masih ingin menambah lagi kekuatannya, seolah mengabaikan bahwa serangannya itu bisa dimanfaatkan orang, ia terus memaksa.Buyung menyeringai, mengerahkan kekuatannya, dan memutar kapak yang terjepit oleh kedua tangannya itu ke sisi kanan, diputar terus sedemikian rupa, lalu dua telapak menderu ke arah dada si perampok, dari bentuk telapak, dengan cepat berubah ke bentuk serangan punggun
last updateLast Updated : 2021-12-29
Read more

Auman Penggetar Rimba

Si pemimpin perampok menatap garang pada Buyung Kacinduaan, ia mengusap lelehan darah di mulutnya.“Kau…” ujarnya. “Tidak kusangka, kau masih sangat muda tapi memiliki tenaga dalam yang sangat hebat. Sebutkan nama dan gelarmu, anak muda!”“Kau masih ingin meneruskan semua ini?” tanya Buyung Kacinduaan seraya bangkit berdiri.“Tentu saja,” si pemimpin perampok itu menyeringai dalam posisi yang masih berlutut satu kaki di tanah. “Kau atau aku yang harus mati! Agar tidak ada rasa penasaran di dalam diri. Aku, pemimpin dari keempat pria ini.”“Yaah, aku bisa melihat itu.”“Namaku,” ia bangkit berdiri, lalu menghentakkan dua tangannya sedemikian rupa dalam bentuk kepalan tinju demi menetralisir energi yang berkecamuk di dalam dirinya. “Karyam si Tinju Pualam.”“Baiklah,” sahut Buyung dan memasang kuda-kuda silatnya, juga dalam jurus
last updateLast Updated : 2021-12-30
Read more

Nama Baru

“Kau sepertinya terluka, Sati,” ujar si wanita yang menampakkan kecemasan di wajahnya, terlebih lagi ketika ia menyadari warna hitam di kedua kepalan tangan pemuda tersebut. “Ayah,” ujarnya pada si pria 40 tahun. “Adakah sesuatu yang bisa membantu pemuda gagah ini?”Sang ayah menggeleng lemah. “Sayangnya,” ujarnya, “kita tidak sedang membawa ramuan itu.”“Tidak,” sahut Mantiko Sati. “Tidak mengapa, aku baik-baik saja.”“Tapi sepertinya kau keracunan, Sati,” kata si wanita ia bahkan mengusap-usap wajah pemuda itu dengan kain bajunya di ujung tangan.Mantiko Sati sedikit merasa risih dengan perlakuan tersebut, sebab jelas suami wanita berdiri di depannya.Si pria muda terkekeh. “Jangan kau khawatir, Sati,” ujarnya. “Aku tidak akan cemburu hanya karena istriku menyeka keringat di wajahmu itu. Kuakui, kau memang sangat tampan dan menawan.&r
last updateLast Updated : 2021-12-30
Read more

Berpisah Jalan

“Ayo, Sati,” ujar si pria 40 tahun. “Saatnya kita mengisi perut.”Mantiko Sati yang sesungguhnya memang sudah kelaparan semenjak kemarin hanya bisa mengangguk saja. Toh, bukankah menolak rezeki itu adalah sesuatu yang tidak baik?Sang pemuda tersenyum-senyum sendiri sembari menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.Makan bersama di tengah padang terbuka di saat sang surya sudah tergelincir di titik sepertiga terakhirnya, memanglah sesuatu yang sangat mengesankan. Pasangan suami-istri muda itu telah menghidangkan sebuah ubi dan sepotong daging bakar untuk tiap-tiap orang, hidangan itu disajikan di atas selembar daun keladi yang mereka dapatkan di sekitar.“Daging?” tanya Mantiko Sati dengan kening mengernyit.Si pria 40 tahun tertawa-tawa. “Daging pelanduk, Sati. Kau suka?”“Tidak, bukan itu maksud saya,” ucap Mantiko Sati. Ada yang salah di sini, pikirnya.“Tenang saja,&
last updateLast Updated : 2021-12-30
Read more
PREV
1
...
89101112
...
22
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status