Svaha tidak punya waktu untuk mendeskripsikan semua pemandangan yang ada di depannya. Tentang bagaimana keadaan rumah Cantra ketika ia memasuki ruang tamu, hiasan dinding, minuman apa saja yang disajikan, cemilan apa yang paling menggugah selera. Atau, mengklasifikasikan siapa saja yang diundang pada pesta prematur ini. Semuanya diundang. Kecuali dirinya. Dan, Svaha benci ketika mendengar orang-orang mulai bergunjing tentang pakaiannya yang kurang pantas untuk pesta ini, bagaimana mungkin Cantra memilih seseorang sepertinya. Terlebih, Svaha benci mengakui kalau apa yang dikatakan Laung padanya adalah benar. Tapi, ini pesta Cantra, mengundang siapa pun adalah haknya. Sambil membelah kerumunan tamu Svaha memusatkan pikirannya hanya pada perempuan itu saja. Cantra. Ia berjalan ke arah Svaha. Senyum ia pasang sewajar mungkin. Dikiranya itu masih mempan pada kekasihnya. “Svaha.” Cantra menyapa. Svaha susah payah berusaha untuk tidak terbujuk oleh gau
Read more