Home / Romansa / Menantu Penguasa / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Menantu Penguasa: Chapter 21 - Chapter 30

232 Chapters

Chapter 21

Sepasang netra berwarna cokelat itu menatap tajam wajah pria yang ada di hadapannya tanpa berkedip. Kedua tangannya mengepal erat, menandakan titik emosi membuncah dalam dada. Namun, dia masih berusaha untuk menahan dan tidak bertindak gegabah."Sejak awal aku sudah curiga dengan pernikahan kalian. Aku merasa ada sesuatu yang janggal, dan ternyata itu benar!" ujar Yogi sambil tersenyum simpul ke arah Zidane.Yogi mengalihkan tatapannya ke arah Annisa yang masih bergeming di samping suaminya."Sayang, apa pria ini sudah mengancammu? Katakan semuanya kepadaku, akan kuberi dia pelajaran yang setimpal karena telah berani memanfaatkanmu," ucap Yogi lagi dengan nada penuh penekanan di setiap kata-katanya menyindir Zidane.Setelah berbicara dengan Annisa, Yogi pun mendekat ke arah Zidane, lalu menarik kerah kemeja pria itu dengan kasar."Brengsek! Berapa jumlah uang yang kamu minta kepada Annisa, hah?! Aku akan membayarnya dua kali lipat! Tapi kamu harus
Read more

Chapter 22

"Zidane, kenapa kamu belum tidur?" tanya Annisa. Dia beranjak bangun dan melihat jam yang menempel di dinding menunjukan sudah pukul dua dini hari. Namun, suaminya nampak masih sibuk membaca file-file yang diberikan Reza. "Aku sedang mempelajari file penting perusahaan. Kenapa kamu bangun, Nona? Apa aku mengganggumu?" jawab Zidane. Dia merasa tidak enak hati karena telah mengganggu tidur Annisa dengan tidak mematikan lampu di kamarnya. "Tidak. Aku terbangun karena tenggorokanku terasa kering," ucap Annisa sembali menurunkan kakinya dari ranjang. "Oh. Tunggu sebentar, biar aku ambilkan minum untukmu." Zidane bersiap untuk pergi mengambilkan air minum untuk sang istri. Namun, niatnya tertahan karena Annisa mencegahnya. "Tidak perlu. Aku bisa mengambilnya sendiri di dapur. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu," ucap Annisa sambil beranjak berdiri dan bersiap untuk pergi. Zidane hanya mengangguk membiarkan istrinya pergi ke dapur, lalu dia mela
Read more

Chapter 23

Sinar matahari pagi menyeruak masuk melalui celah-celah kaca jendela kamar, menerpa wajah cantik yang masih bergelung dalam selimut. Menyilaukan sekaligus menghangatkan.Gadis itu menggeliat merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, lalu menguap hingga sudut matanya mengeluarkan cairan bening karena masih mengantuk.Waktu menunjukkan sudah pukul 7.30 lewat beberapa detik. Annisa beranjak bangun dan turun dari tempat tidurnya, berniat untuk membereskan mukena dan sajadah yang dia pakai untuk salat subuh tadi. Namun, niatnya diurungkan karena ternyata seseorang sudah membereskannya lebih dulu."Pasti Zidane yang melakukannya," gumam Annisa. Seulas senyum tipis terukir di bibirnya.Ingatannya berputar pada percakapan tadi malam mengenai kejelasan hubungannya dengan Zidane. Dan mereka sudah sepakat akan memulai semuanya dari persahabatan. Setidaknya, sekarang mereka tidak akan merasa canggung satu sama lain saat sedang berdekatan."Sudah bangu
Read more

Chapter 24

"Bagaimana menurutmu? Apa kamu sudah paham semuanya?" tanya Annisa. Zidane terdiam sambil mengusap dagunya dengan pandangan tertuju pada file terakhir yang dia baca. Tak lama kemudian, kepala pria itu mengangguk-angguk pelan. "Ya, aku sudah mengerti." Annisa mengernyitkan alisnya merasa tidak yakin dengan jawaban Zidane karena pria itu berucap dengan ekspresi yang bertolak belakang dengan perkataannya. "Tapi kenapa aku merasa tidak yakin denganmu?" tanya Annisa, serius. Pria beralis tebal itu mengusap tengkuknya yang tidak gatal. "Apa yang membuatmu ragu, Nona?" "Ekspresi wajahmu menjelaskan bahwa kamu sedang ragu," sahut Annisa ketus. Zidane menyeringai, bersikap seolah tak melakukan dosa. "Entah kenapa, tiba-tiba saja jantungku berdebar hebat? Aku takut tidak bisa menjaga amanah ini, Nona." Nampak terlihat sorot kecemasan tersirat pada mata pria itu saat menatap istrinya. Ada gundah yang tak bisa dijel
Read more

Chapter25

Suara dering beserta getaran ponsel yang beradu dengan meja berhasil memecah keheningan yang tercipta di antara pasangan suami istri yang sedang terhanyut dalam pikiran masing-masing.Tersadar akan jarak yang begitu dekat, membuat keduanya refleks saling menjauh. Yang satu menarik kursi tempat duduknya semula, lalu meminum minuman yang dibawakan oleh pelayan tadi.Sementara yang lainnya segera meraih ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja untuk menjawab panggilan dari seseorang yang menghubunginya.Annisa berdehem pelan sebelum menggeser icon berwarna hijau untuk menetralkan suasana hatinya yang sedari tadi menjadi tidak karuan akibat ulah sang suami."Halo, asalamualaikum," sapanya kepada seseorang yang ada di seberang panggilan."Ya, ada apa Papa menghubungiku?" tanyanya.Rupanya Reza lah orang yang sedang berbicara dengan Annisa melalui sambungan telepon. Awalnya, Zidane tidak tertarik mencari tahu apa yang sedang istri dan mertuany
Read more

Chapter 26

"Syukurlah kalau begitu. Papa lega mendengarnya," ucap Reza sambil mengangguk-anggukkan kepala.Tak lama kemudian pria paruh baya itu beranjak berdiri sambil membenarkan jas yang dikenakannya."Sarah, Maudy, mari kita pulang sekarang!" titah Reza pada istri dan anak tirinya yang langsung disambut riang oleh kedua wanita berbeda usia itu. Mereka memang sudah tidak betah berlama-lama diam di rumah kumuh dan sempit itu."Jadi, Papa ke sini hanya untuk ini saja?" tanya Annisa, tak percaya. Senyum simpul terukir di bibir tipisnya. Setelah itu, dia pun ikut beranjak dari duduknya diikuti oleh Zidane."Terima kasih karena Papa sudah mau berkunjung ke rumah kami," ucap Zidane sopan, yang dibalas anggukkan ringan oleh Reza.Pria paruh baya itu menepuk dan sedikit mencengkram sebelah pundak menantunya sambil menatapnya dalam."Kamu sudah siap untuk besok?" tanyanya.Zidane tersenyum tipis, kemudian mengangguk yakin."InsyaAllah, saya sia
Read more

Chapter 27

Seluruh jajaran dewan direksi perusahaan sudah berkumpul di dalam ruang meeting. Sesuai informasi yang mereka dengar beberapa hari yang lalu bahwa hari ini akan diumumkan pergantian CEO lama dengan yang baru."Kamu sudah siap?" tanya Annisa kepada Zidane.Gadis berhijab itu menghentikan langkahnya sejenak di depan pintu ruang meeting. Memastikan bahwa suaminya sudah benar-benar bersiap, baik fisik atau pun mental.Zidane membalas tatapan istrinya dengan senyum manis merekah di bibirnya."Aku sudah siap, Nona."Annisa mengangguk, puas. Dia menghela napas panjang sebelum memegang gagang pintu untuk membukanya."Tunggu, Nona!""Apa?" tanya Annisa heran."Apa sekarang aku sudah terlihat pantas bersanding denganmu?" Zidane merapikan dasi dan jas yang dikenakannya.Mata Annisa menyipit, menatap tajam wajah suaminya yang akhir-akhir ini selalu bersikap menyebalkan."Ya, dan walau tidak berpenampilan seperti ini, kau teta
Read more

Chapter 28

[Kamu di mana, Nona?][Aku sedang di perjalanan menuju ke kantor. Ada apa?]Zidane tersenyum begitu membaca pesan balasan dari Annisa. Dengan cepat dia mengetikkan pesan untuk istrinya lagi.[Sudah jam istirahat. Mau makan siang bersama denganku, Nona?][Baiklah. Kita bertemu di restoran dekat kantor.]Lagi-lagi, Zidane tersenyum membaca balasan pesan dari istrinya. Dia langsung mematikan laptop yang masih menyala dan memasukkan ponsel ke dalan saku jas, kemudian bergegas pergi menuju ke restoran untuk menemui Annisa.Derap langkah Zidane tak lepas dari perhatian para karyawan yang masih ada di kubikel-nya. Mereka terpesona dengan ketampanan wajah CEO baru yang masih sangat muda."Lihat, lihat. Ternyata benar kata teman-teman, CEO kita masih muda dan sangat tampan," ucap salah satu gadis berambut sebahu kepada teman yang ada di sebelah kubikel-nya."Iya, dia memang sangat tampan dan mempesona," ucap gadis lainnya sambil menatap
Read more

Chapter 29

Setelah makan siang, Zidane kembali ke kantor bersama Annisa. Kehadiran mereka yang datang bersama-sama menyita perhatian para karyawan yang sudah berada di kubikel-nya masing-masing.Berbagai macam tatapan tersirat di mata para karyawan itu, mengekspresikan pikiran mereka. Ada yang terpesona dengan keserasian atasannya itu, ada juga yang iri dan cemburu, juga pikiran-pikiran lainnya.Meski bisikan-bisikan tersebut terdengar di telinga Zidane dan Annisa, tetapi mereka tak mengacuhkannya."Terima kasih sudah mengantarkan hingga ke ruanganku," ucap Annisa.Seulas senyum manis terukir di bibirnya."Sama-sama, Nona. Aku akan melakukan ini setiap harinya," jawab Zidane."Selesai bekerja, kita pulang sama-sama." Zidane menyambung perkataannya.Annisa mengangguk mengiakan. Kemudian, tanpa aba-aba pria tampan itu mengusap puncak kepala yang berbalut hijab itu dengan lembut."Aku pergi dulu," pamitnya.Annisa tak menjawab. Dia te
Read more

Chapter 30

"Jadi, ini rumah baru kita?""Ya. Bagaimana menurutmu?" Zidane balik bertanya kepada Annisa.Dia menatap wajah istrinya dari samping sambil tersenyum tipis."Aku suka," jawab Annisa.Gadis itu berjalan mendahului Zidane untuk memeriksa bangunan berukuran minimalis yang akan menjadi rumah barunya.Ya, setidaknya ini lebih layak dari pada tempat tinggalnya yang lama. Walau namanya apartemen, tetapi lebih pas disebut rumah kontrakan kecil.Rumah itu memang tidak sebesar rumah Reza yang mewah. Bangunan ini lebih kecil, memiliki satu kamar utama yang ada di lantai dua dan satu kamar tamu di lantai bawah, dapur, dan ruang tamu, dan ruang TV.Saat gadis itu sedang melihat-kihat seluruh ruangan, tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu.Dari mana suaminya mendapatkan banyak uang untuk membeli rumah?Annisa menoleh ke belakang, ke arah Zidane yang berdiri di belakangnya."Zidane, kamu mendapatkan uang dari mana untuk membe
Read more
PREV
123456
...
24
DMCA.com Protection Status