"Pembantu itu, Ma?"Mama mengangguk, kemudian berdiri. Dia mengusap dahi, melangkah ke ruang tamu. Rumah kacau sekali, lampu mati semua, sepertinya sengaja, agar tidak kelihatan di CCTV. "Perhiasan Mama diambil semua, Ndre. Pokoknya, kamu harus beliin Mama perhiasan lagi.""Gimana caranya mau beliin, Ma? Uang yang Andre simpan di lemari ikut hilang. Banya benda berharga dicuri. Gara-gara Mama gak benar jaga rumah, sih. Jadi gini."Aku memijat kening. Mataku berbinar, setidaknya masih ada sertifikat rumah dan tanah. Bisa bahaya, kalau surat penting ini diambil juga. Habis sudah hartaku. Semua simpanan di dalam lemari ikut diambil. Televisi, beberapa ponsel, perhiasan Mama juga. Ah, ini semua gara-gara Mama. "Mana Rea? Kamu ini gimana, sih? Lama banget perginya, sampai rumah kemalingan. Ternyata, sampai rumah gak bawa Rea. Aduh, gimana sih.""Udah, Ma. Aku capek." Aku mengembuskan napas lelah, menyenderkan punggung. "Heh, kamu itu gak boleh kasih Rea ke wanita itu. Dia itu gak waras
Baca selengkapnya