Home / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Legenda Kitab Surgawi: Chapter 61 - Chapter 70

343 Chapters

Pertarungan Dengan Ming Huo

Teriakan Gongli bahkan terdengar cukup keras, akan tetapi sedikitpun Ming Huo tidak memperdulikan hal tersebut. Ketika itu, Gongli masih dapat menahan serangan yang diberikan oleh Lengkukup terhadapnya.Namun tidak begitu lama, ketika dirinya sibuk mencari cara untuk meloloskan diri, dengan cepat Lengkukup menebas lehernya, dan membuat kepala tersebut berguling di tanah. Andai saja Ming Huo berniat membantu mungkin Gongli tidak akan bernasib seburuk itu.Ketika pembunuhan pasukan Ming Huo serta Gongli yang menjadi wakilnya, Leng kembali menatap dengan dingin Ming Huo dari kejauhan. Pandangan mereka bertemu, ketika Ming Huo membalas sorot mata yang diberikan oleh Lengkukup.“Tidak Ku sangka makhluk ini memiliki nafsu membunuh yang begitu tinggi,” gumam Ming Huo.“Apa kau sudah selesai dengan urusan mu? Kalau sudah, lebih baik kita tidak mengulur  waktu,” ucap Ming Huo.Ketika dirinya selesai berucap, bahkan Lengkukup tidak
Read more

Kekuatan Ming Huo

Dalam beberapa pertukaran jurus, Lengkukup akhirnya berhasil memberikan luka yang cukup berarti di tubuh Ming Huo. Meski luka tersebut tidak akan membunuhnya, akan tetapi luka tersebut akan menunjukkan jika perbedaan kekuatan diantara mereka berdua, sangat jelas terlihat.Pada saat itu, Lengkukup sedikit menjilati pedang yang telah berlumuran darah Ming Huo sembari menatapnya kembali. Namun, belum juga beberapa saat Lengkukup melakukan aksi tersebut, tiba-tiba Ming Huo menghilang dari pandangan.Di saat yang hampir bersamaan, angin yang tiba-tiba menderu dari segala arah, sempat membuat Lengkukup tidak bisa membaca pergerakkan Ming Huo. Di saat itu, terdengar juga, suara gelak tawa Ming Huo yang merasa dirinya diatas angin, meski luka itu telah tergores di tubuhnya, akan tetapi sedikitpun Ming Huo tidak merasakan ketakutan.“Ku akui kau memang hebat! Bahkan kau orang kedua yang berhasil melukai tubuhku,” ucap Ming Huo.Di satu sisi Lengkukup b
Read more

Keterkejutan Ming Huo

Pada saat itu, Lengkukup menjadi sangat waspada, ketika mendapati Ming Huo yang menghilangkan dari pandangan mata. Belum pula berfikir terlalu jauh, tiba-tiba tubuhnya di hantam sangat keras dari arah belakang, memang serangan itu tidak melukainya, akan tetapi dari serangan tersebut dirinya dapat menebak, jika kekuatan Ming Huo meningkat dengan pesat. "Tidak ku sangka tua bangka ini memiliki sesuatu yang lain," gumam Lengkukup. Namun, lagi-lagi Ming Huo kembali menyerang Lengkukup dari arah yang tidak dapat di tebaknya, sehingga kali ini Lengkukup harus menerima serangan itu, dan membuatnya sedikit terluka di bagian tangan. Sedikitpun Lengkukup tidak menyangka, jika hal itu dapat dilakukan oleh Ming Huo, terlebih saat ini, Ming Huo merasa dirinya diatas angin ketika dapat melukai tubuh Lengkukup. "Menyerahlah! Hahha..." ucap Ming Huo dengan diikuti gelak tawa. Tidak sampai disitu, Ming Huo bahkan tidak ber
Read more

Sebuah Pilihan

Ming Huo tidak sempat melanjutkan kata-katanya, karena saat ini, dirinya teringat akan kisah seorang anak yang sempat membuat geger sebuah sekte, yang tidak begitu jauh dari tempat mereka sekarang.Sekte Aur Duri, tempat tinggal Lengkukup dahulu. Keberadaan Lengkukup sempat membuat kabur buruk terjadi di berbagai pihak, bukan hanya cerdik, akan tetapi dirinya juga pandai meniru berbagai jurus yang seharusnya tidak boleh di lakukan. Hal itu menimbulkan perdebatan di antara banyak pihak, ada yang berpendapat tindakan tersebut merupakan pelanggaran di dalam dunia persilatan, karena di anggap mencuri sumber daya. Namun tidak sedikit yang membenarkan tindakan itu, sebagai mahakarya yang harus di jaga karena di anggap sebagai anak jenius. Pada akhirnya berita itupun ikut menghilang, karena di kabarkan anak jenius itu telah mati bersama kedua orang tuanya. Bahkan pengejaran dan pencarian mereka telah di hentikan secara utuh oleh pi
Read more

Desa Sudong

Lama waktu berlalu, kini tiba saatnya sang surya menampakkan diri, hingga menyinari pagi. Bahkan burung-burung kian bernyanyi dengan merdu ketika ia mulai naik kepermukaan. Tidak jauh halnya dengan dedaunan yang ikut menari-nari, ketika tertipu oleh angin sehingga ia tampak begitu menggoda, seolah ingin dipeluk oleh tanah. Sinar itu, bahkan menembus rindangnya pepohonan, sehingga dirinya membangunkan Lengkukup kecil, yang masih ingin terlelap lebih lama. "Mungkin aku harus segera pergi dari sini," batinnya. Lengkukup merasa ada sesuatu yang salah, karena sedikitpun ia tidak mendengar, kegaduhan yang mungkin akan di sebabkan oleh orang-orang dari kelompok aliran hitam. Bahkan semalaman telah berlalu, tidak ada keributan baru yang terjadi di tempat itu, akan tetapi dirinya tidak begitu ingin tau dan menganggap hal tersebut sebagai keberuntungan baginya. Karena, jika ia memaksa ingin tau lebih jauh, maka bisa
Read more

Menuju Sudong

Lengkukup sedikit mengangguk pelan, seolah dirinya mengerti apa yang diutarakan pria tersebut. Namun, sebenarnya Lengkukup tidak tau letak pastinya desa tersebut. Di kekaisaran Wei, banyak sekali desa serta kota yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Meski dulu, ayahnya pernah menceritakan sebagian desa yang ia ketahui, akan tetapi itu semua hanya sebagian kecil, sedangkan sekte nya sendiri hanya merupakan sekte kecil yang ada di kekaisaran. "Mungkin aku akan singgah sebentar kesana," gumam Lengkukup. "Kalian tau desa Suban?" tanya Lengkukup kepada salah satu pria itu. "Kami mengetahuinya, letaknya tidak jauh setelah melewati kota," jawabnya. "Pas sekali, aku juga ingin ke kota terlebih dahulu," timpal Lengkukup seraya melirik pakaiannya. Sontak hal tersebut langsung memancing beberapa pasang mata, untuk melihat kearah yang sama. Ketika itu, pria tersebut mengaku, jika awalnya mereka hanya mengangg
Read more

Menuju Kota

Namun pria itu justru mengabaikan permintaan Lengkukup. Ia beralasan, jika teh yang mereka miliki sangatlah enak, terlebih ia mengatakan, jika tidak baik menolak pemberian orang lain.Pada akhirnya, Lengkukup hanya bisa menuruti keinginan pria itu. Hampir beberapa menit berlalu, ketika pria itu masuk ke dalam rumahnya untuk membuat teh, dari luar Lengkukup sempat mendengar suara batuk-batuk dari dalam rumah.Ia beranggapan, jika suara tersebut merupakan suara dari ibunya yang sedang menderita sakit tertentu sesuai penuturannya, beberapa waktu yang lalu. "Maaf membuat tuan muda menunggu! Silahkan di minum tuan," ungkapnya ketika menemui Lengkukup. "Tidak apa-apa," timpal Lengkukup sembari menenggak teh bagiannya. Ketika itu, Lengkukup sempat merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Sungguh tersebut merupakan teh terbaik yang pernah ia minum, di dunia persilatan teh merupakan minuman yang sangat di nantikan, ketika sedang beris
Read more

Daya Tarik

Dalam perjalanannya menuju kota di Sudong, Lengkukup sedikit berharap jika tidak akan menemukan masalah yang lain, seperti yang di alaminya hari itu. Namun, tentu saja tidak ada jaminan, jika semua akan berjalan dengan sempurna, meski telah mengaturnya sedemikian rupa.  Kencana, bahkan pernah mengatakan kepada Lengkukup, jika semua telah diatur sedemikian rupa oleh sang pencipta, dan manusia hanya menjalankan cerita kehidupannya masing-masing.  "Aku masih mengingatnya," gumam Lengkukup sembari terus melanjutkan langkah.  Ketika itu, Lengkukup akhirnya tiba di tempat tujuannya, tempat itu merupakan salah satu tempat teramai yang pernah ia kunjungi, bahkan dirinya sangat merindukan suasana tersebut.  Tetapi, belum pula ia bisa bernafas dengan lega, tiba-tiba dari satu arah, terdapat keributan yang di sebabkan oleh berita tentang kematian kelompok aliran hitam ya
Read more

Penginapan Sedap Malam

Akibat perbuatan tersebut, akhirnya malah membuat ia semakin di kerumi banyak orang, terlebih para pengemis yang segera berdatangan. Namun, dengan cepat Lengkukup mengakhirinya dan berlalu begitu saja. Tentu para pengemis tidak tinggal diam, karena belum mendapatkan bagiannya. Mereka sempat mengejar keberadaan Lengkukup, akan tetapi belum juga menemukan hasil ketika beberapa saat mengejarnya.  "Sukurlah mereka tidak tau aku berada disini," batin Lengkukup.  Ketika itu, Lengkukup sempat menerobos beberapa orang yang ada di depannya dan bersembunyi disalah satu gerobak buah, sehingga membuat para pengemis tersebut kehilangan jejaknya.  Selang beberapa saat, Lengkukup akhirnya keluar dari tempat itu, karena merasa telah aman. Pada akhirnya Lengkukup masih sedikit kesusahan, akibat tindakannya sendiri yang menyebabkan hal tersebut.  Belum pula
Read more

Kedatangan Perampok

Namun, belum sempat Lengkukup melangkahkan kaki, pria tersebut kemudian menyuruhnya berhenti, hal tersebut tentu menarik perhatian Lengkukup, sehingga ia menghentikan langkahnya.Lengkukup menaikkan alisnya ketika mendapati pria tersebut menatapnya tajam, seolah ingin mengetahui lebih pasti maksud dan tujuan pria itu."Tunggu sebentar! jika aku boleh tau, tuan muda berasal dari mana?" tanya pria itu kemudian. "Bukankah tidak baik, jika kau bertanya demikian pada orang yang baru saja kau temui?" timpal Lengkukup. "Aku benar-benar minta maaf! hanya saja, aku sedikit penasaran," jawab pria itu."Perkenalkan, aku Xiacun!" tambahnya seraya mengulurkan tangan. "Kau bisa memanggil namaku Leng," jawab Lengkukup singkat sambil melipat kedua tangannya kebelakang.Pria itu hanya tersenyum malu kemudian menarik tangannya, karena Lengkukup sama sekali tidak peduli dengan tindakan yang ia lakukan.Ia ba
Read more
PREV
1
...
56789
...
35
DMCA.com Protection Status