Semua Bab Menikahi CEO Philophobia: Bab 71 - Bab 80

82 Bab

Gilbert Menemui Ara (2)

"Astaga aku yakin sekali, dia adalah Arabella anakku. Kalau tidak, kenapa dia malah mematikan panggilan ku? Siapa tadi? Apakah itu suami Arabella, jadi Gavin Narendra Tama adalah suami anakku?" Gilbert mengurut kening, dia mulai gelagapan dan tak menyangka bahwa dia akan dipertemukan dengan Arabella. Dia sempat mencari-cari keberadaan Arabella, tapi keduanya pindah dari rumah yang tadinya ditinggali mereka. Dari informasi yang didapatkan oleh Gilbert. Arabella menjadi wanita panggilan, tapi Gilbert tak percaya, mana mungkin mantan istrinya membiarkan Arabella tumbuh menjadi perempuan murahan. Tak mau sampai kehilangan jejak lagi. Malam itu juga Gilbert mengutus orang kepercayaannya untuk mencari tau tempat tinggal Arabella. Dia ingin bertemu, apalagi dia mendengar informasi bahwa Arabella sudah memiliki seorang putri yang masih kecil. Gilbert ingin sekali memiliki cucu, dia pun kepikiran untuk membawa Ara pulang bersamanya bagaimana pun caranya. Arabel
Baca selengkapnya

Gilbert Menemui Ara (3)

"Jadi kau sudah memastikan bahwa yang ada di rumah itu benar Arabella Camelia, putri dari Amartha?" Amartha adalah nama ibu Arabella yang merupakan pemberian orang tua Gilbert. Mendiang ibu Gilbert sangat menyukai Amartha, mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Tapi sayang, sikap dan karakter Gilbert sama sekali berbeda dengan ibunya. Gilbert memanfaatkan pernikahan dengan Amartha hanya untuk mendapatkan keturunan yaitu Arabella. Setelah ibunya meninggal dunia, Gilbert menelantarkan ibu Ara dan juga Ara yang masih kecil. Meninggalkan mereka begitu saja di sebuah rumah yang sangat sederhana, bisa dibilang malah kurang layak untuk ditinggali anak istrinya."Ya, Tuan. Saya pastikan itu benar kediaman mereka. Rumah itu dibeli atas nama Gavin Narendra Tama, suami Arabella."Ditangan Ara sekarang ada selembar kertas yang barusan dia baca ulang. Dia membaca berulang kali bagian di mana ibunya menjelaskan bahwa dia masih memiliki ayah, dan ayahnya itu telah me
Baca selengkapnya

Cerita Evelyn

"Ara, ini gelang Aelly lucu sekali? Apa kau membelinya di toko perhiasan?" Arabella menggeleng. "Tidak, aku tidak membelinya di toko perhiasan. Itu pemberian ibuku, dia bilang itu gelang milikku sewaktu kecil, pemberian nenekku."Evelyn terkesan, menurutnya gelang itu sangat unik dan memiliki model yang antik. "Ah, lucu sekali. Aku baru saja mengira kau memesan itu di toko perhiasan. Aku ingin tau, dan aku ingin membeli yang sama dengan milik anakmu, Ara.""Aku juga merasa gelang ini sangat indah. Waktu gelang ini dihadiahkan Nenek untukku, aku sama sekali belum mengerti, atau mungkin aku masih seumuran Aelly juga." "Nenekmu pasti sangat sayang padamu." "Ya, kurasa begitu. Seandainya dia berumur lebih panjang lagi. Mungkin, hubungan ku dengan..." Ara memutuskan kata-kata itu, urung melanjutkan. "Ah, tidak, bukan apa-apa.""Ara, apa kamu sedang rindu dengan ibumu?"Arabella tersenyum. "Ya, tentu aku sangat ri
Baca selengkapnya

Ancaman Gilbert

Kedatangan Evelyn ke rumahnya membuat Arabella kepikiran. Jadi, rupanya sosok Gilbert bukan hanya menyebalkan, dan jahat di matanya saja, melainkan di depan anak dan menantunya? "Ah, aku lupa, dia adalah ayahku." Ara berdesis sebelum akhirnya dia duduk di depan meja kerjanya. "Jadi, dia juga mengucilkan Evelyn karena Evelyn belum punya anak?" Ara teringat waktu Evelyn berkata, dia dikucilkan. Sebab selama berumah tangga kurang lebih sepuluh tahun, dia belum juga dikaruniai keturunan. Setahu Evelyn, Gilbert ingin sekali memiliki cucu. Dia ingin sekali punya cucu perempuan. "Tidak, aku tidak akan biarkan laki-laki tua yang sudah menghancurkan hidup ku dan ibu, juga hendak merenggut kebahagiaan putriku?" "Aku pulang, Sayang..." "Gavin." Ara berdiri, dia langsung menghambur ke arah suaminya yang baru pulang dari bekerja. "Akhirnya kau pulang, Sayang." "Hem, tentu saja. apa kau menungguku?" "Ya, tentu saja ak
Baca selengkapnya

Semua Karena Gilbert

Gilbert dalam keadaan geram segera meminta orang kepercayaannya untuk menemui Evelyn dan meminta Evelyn membatalkan kontrak kerja sama dengan Gavin. Namun tak lama kemudian. Evelyn dan Oliver datang dalam keadaan tidak terima sebab menurut mereka Gilbert sudah keterlaluan ikut campur dengan urusan mereka. "Pa, kita harus bicara.""Kalian berdua duduk."Evelyn dan Oliver duduk dengan kemarahan yang tertahan. Tak mengerti kenapa Gilbert sangat tidak setuju dengan kerja sama Evelyn dah Gavin. Padahal semuanya susah sesuai prosedur dan perusahaan Gavin juga terbukti telah berhasil selamat dari ancaman kebangkrutan dan mulai berjaya lagi. "Kalian tahu, kan, bahwa kalian tidak memiliki hak untuk menolak permintaan Papa."Oliver kelihatan sangat kesal, dia berdiri lalu menantang papanya dengan tatapan tajam. "Papa punya alasan?" "Oli, duduklah, kau tidak boleh begitu di depan papamu," pinta Evelyn. "Tidak, Eve. Ka
Baca selengkapnya

Ulah Gilbert dan Air Mata Arabella

"Oli, sudahlah, aku tau kau kesal. Tapi kau sendiri tau, kan? itu papamu, dia memang begitu sejak dulu.""Eve, tapi kali ini dia sudah sangat keterlaluan. Bukannya kita sudah sepakat, untuk tidak ikut campur dengan urusan masing-masing lagi. Tapi, dia malah terlalu jauh mencampuri urusan kita."Meski Evelyn juga heran, terutama dengan kata-kata Gilbert yang terang-terangan mengatakan tidak menyukai Gavin. Tapi, dia tidak mau itu menjadi beban pikiran suaminya. "Hei, tidak akan ada yang terjadi. Papa tidak bisa melakukan hal yang lebih dari sekedar menggertak kita. Iya, kan?"Oliver memeluk Evelyn. Beruntung istrinya itu sangat penyabar dan mengerti keadaannya. "Maafkan aku, ya, Eve. Karena dia membuat kamu susah sekarang.""Tidak, aku justru sangat bersyukur, di saat seperti ini kau membelaku." "Tentu saja, kau adalah istriku, jadi sudah sewajarnya aku membela mu, kan?" "Hem, kau harus tau, aku sangat bahagia, Oli. Kuharap kau terus
Baca selengkapnya

Penyesalan Gilbert

"Selamat siang, Tuan Gilbert." "Kamu? Kamu Arabella, kan?""Ya, saya Arabella, lama tidak bertemu, Tuan. Rasanya saya juga lupa, kapan terakhir kali kita saling mengenal. Karena waktu itu saya masih sangat kecil. Kalaulah bukan karena Ibu yang memintaku menemui Anda, mungkin saya sudah mengubur nama Anda dalam-dalam." Perkataan Arabella itu sangat membuat Gilbert terpukul. Tapi, pria tua itu menyadari, dia memang bersalah. Gilbert berjalan melangkahkan kakinya mendekati Arabella hingga jarak keduanya hanya sekitar satu meter saja. "Duduklah dulu, Ara. Silakan, kita bisa berbicara dulu."Ara pun duduk, meski sejujurnya enggan. "Baik, kita bicara. Meski saya enggan, saya malas berbicara dengan orang seperti Anda, Tuan." "Arabella, maafkan Ayah, Nak.""Anda bukan ayah saya." "Ara, aku adalah ayahmu. Suka tidak suka, aku adalah suami ibumu.""Apa?" decih malas Arabella. "Kau bilang suami ibuku? Apakah
Baca selengkapnya

Luluh, kah?

Evelyn benar-benar cemas karena Arabella meminta bertemu empat mata dengan papa mertuanya. Sedang dia tau, bahwa papa mertuanya itu bukan termasuk orang yang bisa diajak bicara.Setelah sekitar tiga puluh menit Arabella bersama dengan Gilbert, entah apa yang mereka berdua bicarakan. Akhirnya Arabella keluar dengan wajah yang datar pada awalnya. "Ara, kau akhirnya keluar juga. aku sangat mencemaskan mu."Barulah Arabella tersenyum. Dia menggenggam tangan Evelyn, dengan raut yang terlihat santai, seolah tak terjadi apa-apa."Aku baik-baik saja. Syukurlah, semuanya bisa diselesaikan. Aku sudah bicara, dan Tuan Gilbert akan menyelesaikan semuanya. Kau bisa lanjut dengan proyek yang sebelumnya berjalan, tanpa perlu memperpanjang semuanya lagi.""Hah? Apa maksud mu, Arabella? Bagaimana bisa?" tanya Evelyn yang kaget bukan main. Tidak mungkin itu terjadi begitu saja. Karena dia tau persis bagaimana watak papa mertuanya. Apakah dia luluh? apa yang Ar
Baca selengkapnya

Kesungguhan Gilbert

"Saya mohon, Tuan Gavin. Izinkan Ara ikut saya ke rumah. Saya akan menjelaskan semuanya secara terang-terangan pada Oliver dan Evelyn tentang siapa Arabella, dan juga masa lalu saya bersama ibu Ara."Gavin awalnya menolak. Tapi, dia juga tidak mungkin membiarkan masalah menguap begitu saja. Padahal dia yakin Arabella juga ingin kejelasan, setidaknya itu adalah bentuk penyesalan Gilbert yang telah menyia-nyiakan Ara dan ibunya."Baiklah. Saya akan izinkan Arabella pergi. Tapi saya akan ikut bersamanya.""Ya, tentu, memang Anda harus ikut, Tuan. Terima kasih, karena sudah mengizinkan saya mengajak Ara."Ara hanya diam, dia menyerahkan segalanya ke tangan Gavin. Kalau Gavin yang memintanya pergi, maka dia akan pergi. Sedangkan kalau tanpa restu Gavin, Ara tidak akan pergi."Ara, aku akan menemani mu. Kau mau ya, ikut untuk menjelaskan semuanya. Ini juga yang diinginkan ibumu, kan?"Ara menatap sekilas wajah Gilbert. Dia masih sediki
Baca selengkapnya

Berdamai Dengan Keadaan

Rasa resah dan gelisah melingkupi Arabella. Dia harus berasa di posisi yang sangat menyulitkan nya. Laki-laki itu benar ayahnya, seburuk-buruknya tetap dia lah orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Arabella tak mau, jika Tuhan mengambil orang itu. Lebih baik, hubungan mereka buruk selamanya, asalkan Gilbert harus tetap hidup. "Sayangku, aku mengerti yang kau rasakan." Gavin, dia selalu datang memberikan setidaknya sedikit ketenangan dan juga pelukan hangat yang membuatnya kuat. "Vin, apa yang harus aku lakukan??" "Kau harus ikuti kata hatimu, Arabella. Lakukan apa yang hatimu suarakan. dengarkan dengan perasaan bukan dengan emosimu." Matanya berkaca, dia mengeratkan peluk, sembari menahan agar tidak menangis. "Jangan menangis, karena Arabella yang kukenal adalah wanita yang kuat. Sudah terlalu sering kau menangis, padahal hal yang jauh lebih sulit dari ini sudah pernah kau lalui." Keberuntungan yang Ara miliki adalah Gavin, s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status