“Aku mencintai kamu, Jonah,” katanya pelan. Begitu pelan hingga aku pikir aku salah dengar. “Apa yang terjadi tadi membuat aku nyaris pingsan. Bila sesuatu yang buruk terjadi kepadamu, aku tidak tahu bagaimana aku akan menjalani hidupku. A-aku mungkin tidak mau hidup lagi.”“Sayang, jangan sembarangan bicara.” Aku mencari wajahnya di dalam kegelapan, lalu terkejut merasakan pipinya lembap. Dia menangis.“Tolong, berbaikanlah dengan sepupumu. Bagaimana bisa kalian sebagai saudara menyakiti seperti itu? Kamu bisa saja mati tadi,” isaknya.“Maafkan aku. Aku tidak bisa berjanji hal yang tadi tidak akan terjadi lagi, tetapi aku berjanji aku akan bicara baik-baik dengan sepupuku.”“Dan besok kamu harus memeriksakan dirimu kepada Kakak. Aku melihat sendiri kamu tadi terkena pukulan mereka beberapa kali.”“Iya, sayang. Tidurlah. Kamu akan mengikuti wawancara besok.”
Read more