Semua Bab Annoying Marriage: Bab 91 - Bab 100
164 Bab
BAB 91
"Besok Mas udah harus kerja nggak apa-apa, kan?" Yudha melirik sang istri, mereka sudah dalam perjalanan pulang dari kost Heni sekarang. "Ya nggak apa-apa dong. Masa iya Mas mau kerja aku larang sih?" Karina kini duduk di samping supir setelah beberapa saat yang lalu dirinya lah yang jadi supir. "Aktif koas baru minggu depan, kan?"Karina mengangguk pelan, "Iya ... Nggak sabar mau koas." Desis Karina sambil mencoba membayangkan bagaimana asyiknya masa koas nanti. Kata dua Bangke kesayangan Karin, koas adalah masa yang indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang. Kalau ditanya suka-duka, kata mereka banyak dukanya. Sejak kapan jadi keset itu menyenangkan? Begitu jawaban mereka ketika Karina tanya kesan mereka selama kepanitiaan klinik.Mungkin kalau mereka kepaniteraan klinik di rumah sakit tempat orang tua mereka bekerja, tekanan dan beban yang akan mereka terima tidak akan sekuat dan sekeras apa yang mereka dapatkan di RS tempat me
Baca selengkapnya
BAB 92
"Eh, apaan sih, Mas?" Karina setengah berteriak ketika Yudha lantas menariknya masuk ke dalam rumah. "Nurutin mau kamu!" Yudha mempererat genggaman tangannya, menarik sang istri masuk dan naik ke lantai atas. Mata Karina membulat, jangan bilang kalau ... "Lepas ih! Aku nggak mau!" Karina mencoba berontak. Urusan sama om-om mesum itu ternyata bahaya juga rupanya. "Nggak ada nggak mau! Kamu yang mulai kok. Sekarang tanggung jawab!" Yudha terus menarik istrinya naik ke lantai atas. Sudah cukup dia berkeringat dan memanas sepanjang perjalanan tadi, dan sekarang dia ingin melampiaskan semuanya! "Ya tapi kan ... Aduh, Mas! Lepas!" Karina hanya iseng tadi, gemas saja memainkan milik Yudha yang entah mengapa rasanya akan menjadi sebuah hobi baru Karina setelah ia menikah. "Nggak ada tapi! Pokoknya sekarang tanggung jawab, oke?" Yudha membuka pintu kamar, membawa istrinya masuk dan mengunci pintu kamar rapat-rapat. Karina
Baca selengkapnya
BAB 93
Yudha tertegun ketika keluar dari kamar mandi dan mendapati sudah tersedia satu stel baju di atas ranjang. Kamar pun sudah rapi, tidak mungkin kalau Mbok Dar yang melakukan. Asisten Yudha itu belum kembali dan jangan lupa, bukan kebiasaan Mbok Dar membersihkan kamarnya ketika dia belum pergi bekerja. Yudha bergegas meraih satu steel kemeja dan celana bahan ketika kemudian pintu kamar terbuka. Nampak Karina muncul dengan kondisi yang sudah tapi dan cantik. Membuat senyum Yudha merekah sempurna. "Makasih, Sayang!" Gumam Yudha sambil mulai memakai celananya."Makasih buat?" Mata itu membulat, menampilkan wajah yang begitu menggemaskan di mata Yudha. "Udah disiapin baju ganti."Karina kontan nyengir. Ia duduk di tepi ranjang sambil garuk-garuk kepala. Yudha hanya melirik sekilas, fokus memakai baju dinasnya dan bersiap berangkat setelah ini. "Ya cuma itu yang bisa Karin lakuin, Mas. Mau masak nggak bisa!" Desis Karina sambil nyengir lebar. Yudha ter
Baca selengkapnya
BAB 94
Karina beres memarkirkan mobil di halaman parkir sebuah toko buku kenamaan yang letak tokonya berada tepat di pinggir jalan raya utama yang membentang di tengah kota. Berderet dengan beberapa bangunan penting lain yang berdiri kokoh di sepanjang jalan. Karina melepaskan seat belt, meraih tas selempangnya lalu melangkah turun. Ia mengenakan celana jeans highwaist yang dipadukan dengan atasan lengan panjang. Punya suami om-om itu ternyata sangat merepotkan! Semua trend pakaian yang sedang hits selalu salah di mata lelaki itu. Jangankan dipakai pergi keluar rumah, dipakai untuk foto dan diupload di sosial media pun tidak boleh! Karina melangkah dengan santai masuk ke dalam. Tidak ada yang mengira kalau dia sudah menikah, bukan? Dia belum nampak seperti wanita yang sudah menikah, kecuali cincin emas yang melingkar di jari manis Karina dengan ukiran nama Yudha di bagian dalamnya. Menikah di usia yang begitu muda? Ah mungkin sudah jadi nasib Karina. Untungnya
Baca selengkapnya
BAB 95
"Kali ini Kakak yang bayar! Kalau kamu nolak, Kakak balikin novel yang kamu kasih tadi!" Ancam Karina ketika mereka sedang memesan ayam goreng kenamaan yang terkenal. Dinda lantas nyengir lebar, ia mengangguk pasrah, membiarkan Karina membayar makanan yang dia pesan. Mereka lantas duduk di salah satu meja yang ada di dekat kaca, makan sambil menikmati lalu-lalang jalan tentu lebih asyik, bukan? "Kak, jam balik sekolah dua jam lagi. Nanti antar ke sekolah aja, ya?" Pinta Dinda sebelum potongan kentang goreng itu hendak masuk ke dalam mulut. Alis Karina berkerut. Mengunyah ayam goreng tepung pilihannya dan menelannya dengan susah payah. Gadis itu nampak sudah asyik mengunyah kentang yang sudah dia cocol ke saus sambal. "Kenapa nggak ke rumah?" Tanya Karina dengan alis berkerut. Dia tidak keberatan mengantar gadis itu sampai depan rumah. Karina tidak akan buka suara perihal membolosnya Dinda tadi, ya meskipun dia tidak yakin pihak sekolah akan d
Baca selengkapnya
BAB 96
"Sekali lagi makasih banyak ya, Kak." Desis Dinda seraya melepaskan seat belt-nya. Karina tersenyum dan mengangguk, ia mengantarkan Dinda sesuai dengan permintaan gadis itu. Kembali ke depan gerbang sekolahnya. Sekolah negeri nomor satu dan terkenal paling bagus satu kota. "Jangan sungkan hubungi Kakak nanti, ya? Rajin-rajin sekolahnya, jangan kebanyakan bolos." Nasehat Karina sambil melambaikan tangan. Dinda mengangguk pelan. Ikut melambaikan tangan sebelum ia kemudian pergi ke belakang halte untuk menghindari security yang nampak tengah duduk di dalam pos yang ada di sebelah gerbang sekolah. Karina hanya menghela napas panjang. Mendadak ia begitu kasihan dengan bocah itu. Dua belas tahun dan sudah dipaksa masuk SMA, tentu kalau tidak datang dari keinginan dia sendiri rasanya akan sangat berat, bukan? Terlebih Kelas akselerasi itu artinya tidak hanya pelajarannya yang lebih sulit karena belajar materi yang lebih tinggi dari kapasitas anak seu
Baca selengkapnya
BAB 97
"Mas!" Karina melotot gemas, menatap sang suami yang sudah memancarkan tatapan mesumnya. Nampak Yudha terkekeh, sama sekali tidak melepaskan tubuh dalam dekapannya. Ia malah membenamkan wajah di tengkuk leher Karina. Posisi Karina yang membelakangi Yudha malah membuat Yudha makin tertantang menaklukkan sosok itu tidak peduli sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan itu. Terlebih tempat ini ... "Mas, aku teriak loh ini!" Ancam Karina yang sontak membuat nyali Yudha langsung menciut. Bukan apa-apa, suara Karina sudah macam toa tahu bulat, ditambah dia berteriak, mau jadi apa Yudha nanti? Yudha akhirnya menyerah, melepaskan pelukannya dan menjatuhkan kecupan di pipi Karina. "Awas nanti di rumah!" Ancamnya lalu melangkah ke kursi dan menjatuhkan diri di sana. Karina menjulurkan lidah, mendekati Yudha lalu mengeluarkan box bento yang dia bawakan. Terserah apa yang mau Yudha lakukan padanya nanti, yang penting dia tidak mengajak mesum di sini. Itu saja.
Baca selengkapnya
BAB 98
Yudha kembali meraih bibir itu, memagutnya dengan penuh gairah dan sama sekali tidak memberi ampun Karina yang nampak melawan. Entah kenapa gairah Yudha begitu meledak saat ini, terlebih bagaimana tadi Karina nampak menggodanya dengan segala macam pembahasan konyol mereka. "Mas! Jangan di sini!" Karina mendorong wajah itu ketika ia berhasil melepaskan bibir. Yudha bangkit, menarik tubuh itu bangun lalu menyeretnya masuk ke toilet yang ada khusus untuknya di ruangan itu. "MAS, NGAPAIN?!" Karina berteriak panik, ia tahu betul kalau suaminya ini tidak pernah main-main dengan apa yang dia katakan.Benar saja, Yudha menutup pintu kamar mandi, bergegas memepet tubuh itu hingga terhimpit antara tubuhnya dan tembok kamar mandi. Mendadak Karina seperti kehabisan napas, dadanya sesak. Apalagi sedetik kemudian Yudha kembali memagut bibirnya, menyesap bibir itu tanpa ampun. "Mas, please! Jangan di sini!" Karina mendadak begitu takut, matanya meme
Baca selengkapnya
BAB 99
"Karina?" Tampak lelaki dengan lesung pipit itu tersenyum, ia lantas meraih dompet milik Karina, berdiri tegak dan menyodorkan balik benda itu. "Milikmu!" Ujarnya santai lalu membalikkan badan dan berdiri tepat di depan kasir. "Mbak sekalian sama punya temen saya ini, ya!" Desisnya yang langsung membuat Karina terbelalak. "Baik, Kak. Mau pakai pin a--.""Eh jangan, Mbak! Saya bayar sendiri saja!" Potong Karina cepat. Ia hendak menerobos ketika tangan lelaki itu menghalangi Karina mendekati meja kasir. Lelaki itu hanya tersenyum sambil menggeleng, lalu kembali serius pada karyawan cafe yang nampak bingung itu. "Pakai tanda tangan, jadikan satu saja struk-nya!" Titahnya tegas yang langsung direspon sang karyawan."Kenapa jadi kamu yang bayar sih, Bang?" Karina mencebik, dia punya duit kok! Banyak malah! Ya walaupun duit itu punya suaminya, tetapi ini hak Karina! "Memang kenapa? Suamimu melarang aku mentraktir istrinya
Baca selengkapnya
BAB 100
"Mmm ... Permisi, Bang!" Karina menarik tangannya yang di genggam Brian. Sebuah petaka akan muncul jika ada sejawat suaminya atau bahkan suaminya sendiri yang melihat tangan itu menggenggam tangan Karina di atas meja seperti barusan. Meskipun hanya beberapa detik, tetapi ini tetap tidak etis! Karina bukan wanita lajang lagi! Dia sudah bersuami!Nampak sosok itu menghela napas panjang, nampak menganggukkan kepalanya dan tersenyum melihat bagaimana Karina menolak dirinya. "Kau beneran cinta sama dia, Rin?"Apa-apaan ini! Karina rasanya hendak bangkit dan pergi dari kursinya. Namun itu kekanakan dan malah akan membuat Brian makin penasaran kepadanya. Terlebih nanti dia akan koas di rumah sakit ini, yang mana Karina tidak hanya akan intens bertemu Brian, tapi mungkin juga dapat satu shift jaga malam bersama lelaki ini. Jadi rasanya daripada mendadak kabur tanpa menjelaskan apapun, lebih baik Karina menjawab sebuah pertany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status