“Maaf, Marc.” Zahra membantu melepaskan kemeja Marc, sehingga tersisa hanya kaos dalam saja. Jujur saja, hati Zahra sangat lompat-lompat karena hal itu. Namun sekuat tenaga dia menahannya. Tujuannya baik, hanya menolong saja. Marc merasa damai. Seandainya Zahra sudah menjadi istrinya, kali ini dia pasti memeluknya saat merasa kedinginan seperti ini.***MEYYIS***Waktu sahur telah tiba. Zahra berada di samping Marc dan tertidur di kursi dengan posisi kepala ada di tepi ranjang. Marc belum tidur. Dia mengelus puncak kepala Zahra. Reza yang baru banguntidur terkejut saat Zahra ada di ruangan itu. Lelaki itu merasa cemburu dengan keadaan itu. Zahra memiliki kedekatan khusus dengan lelaki bule itu. “Bi, kapan Zahra datang?” tanya Reza pada Bi Siti yang sedang menyiapkan menu makan sahur. “Sekitar jam dua, Tuan. Kayaknya Tuan Marc demam.” Reza mengangguk. Reza menyuruh Bi Siti untuk membangunkan Za
Last Updated : 2021-11-07 Read more