Home / Romansa / Suamiku Punya Wanita Idaman Lain / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Suamiku Punya Wanita Idaman Lain : Chapter 41 - Chapter 50

107 Chapters

Hot Sugar Daddy

"Aku langsung ke kantor, ya, Om"Melissa mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata, melaju meninggalkan restoran."Oke, baby. Take care kamu, ya. Cari tahu maunya si Roy itu apa" ujar Arman, sugar daddy-nya Melissa."Iya, nih. Sok jual mahal itu cowok. Dari kemarin aku dicuekin. Pesan dan panggilanku pun gak di waro. Sombong banget!" keluh Melissa dengan bibir agak manyun."Tenang, aku yakin, baby-ku bisa mengatasi pria murahan seperti si Roy ini" kata Arman sambil meremas salah satu tangan Melissa di pangkuannya."Aku mulai gak nyaman, om. Dia sungguh-sungguh berpikir kalau aku menyukainya dan akan menikahinya. Dia dan istrinya sudah gak akur. Mungkin akan berpisah" sambung Melissa lagi."Bagus, baby. Bikin dia semakin yakin dengan kamu. Urusan rumah tangganya gak usah kamu ambil pusing. Yang penting, kamu harus ingat tujuan kita. Semua data customer, kontrak, dan kepercayaannya harus kamu pegang. Sampai tiba saatnya nanti momentum kita,
Read more

Bertemu Arjuna

Email balasan klien yang berisi klarifikasi kesalahpahaman membaca surat perjanjian kerja baru saja masuk. Notifikasinya terlihat di layar laptop.Akhirnya Roy menemukan alasan kejanggalan email keluhan ini. Biasanya setiap email keluhan akan ditembuskan ke manager keuangan dan manager teknisi, tapi pada email keluhan kali ditujukan hanya untuknya dan Melissa.Damn!Roy mengerti semuanya dan merasa konyol karena berhasil dikerjai oleh Melissa. Diputuskannya untuk tidak membuat pembicaraan apapun dengan Melissa sampai jam kerja selesai. Membiarkan manajernya itu keluar ruangan lebih dahulu tanpa basa basi.'Jangan menyerah Roy, Melissa tak akan bisa hidup tanpamu!' batin Roy yakin.Masih duduk santai di kursi kerjanya setelah Melissa berlalu 10 menit dari hadapannya. Diambilnya ponsel dan melakukan panggilan ke kontak tukang parkir restoran The Traders.Dua kali mencoba memanggil, tapi tidak ada jawaban. Roy memberi jeda sebelum menghubungi k
Read more

Lagi-lagi Tentang Selena

"Mas Juna, kamu gak papa?"Karina sudah berdiri menghadang jalannya menuju ruangan kantor. Terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya."Kenapa kesini, sayang?" Arjuna bertanya balik. Dirangkulnya pundak istrinya, membawanya kembali beriringan ke ruangan kantor."Kamu janji kembali dengan cepat, tapi gak balik-balik. Jadi, aku intercom kasir, katanya kamu hampir adu jotos dengan salah satu pengunjung" tutur Karina bergelayut manja di dada suaminya."Hanya obrolan biasa, sayang" sahut Arjuna menenangkan. Mengusap pelan lengan istrinya dan membukakan pintu."Ngobrolin apa, sih? Dia siapa, Mas? Aku sempat lihat dia cekal pundakmu, Mas. Kek nya dia emosi banget, deh" kata Karina menarik Arjuna duduk di sofa panjang berwarna abu-abu tua. Warna kesukaannya."Sayang, tenang, ya. Dia sudah pergi, sudah gak ada masalah lagi, kog" jawab Arjuna dengan low tone yang khas. Tangannya sibuk merapikan rambut panjang istrinya ke belakang telinga."Yakin?
Read more

Kemas Pakaianmu Saja!

Roy keluar restoran dengan rasa malu hingga ia ingin cepat-cepat berlalu dari tempat itu. Tatapan curiga dari petugas parkir membuatnya semakin muak. Cepat memutar kepala mobil, lalu meninggalkan parkiran tanpa memberi tip ke petugas parkir."Brengsek! Anj**g!"Dua kata yang bergantian diteriakkan Roy sambil memukul kemudi. Sekali mengacak rambutnya dan menekan pedal gas dengan dalam.Ia semakin penasaran siapa Melissa. Merasa tidak mengenal dengan baik kekasihnya itu selama setahun bersama. Dan semakin jengkel karena Arjuna tidak memberinya informasi yang berguna."Siaaaaaal!"Amukan amarah masih terus merasuki dada dan otaknya. Terlanjur nyaman dengan Melissa, berpikir bahwa perempuan itu belahan jiwanya, masa depannya. Namun kenyataan berbeda justru didapatinya saat pernikahannya dan Selena hampir karam.'Aku tidak ingin terikat apapun denganmu, Roy'Kalimat itu terngiang lagi di telinga Roy. Pikirannya mencoba mencerna makna di ba
Read more

Mel, Aku Rindu

Melissa membukakan pintu segera setelah ketukan pertama Roy."Pagi, Mel" sapa Roy dengan sedikit canggung."Masuk, Roy. Belum sarapan, kan?" sahut Melissa dengan senyum lebar. Seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka beberapa hari terakhir.Melissa menarik tangan Roy dan menuntunnya ke dalam hingga ke meja makan. Wangi tubuh kekasihnya menyerbu hidungnya, membuatnya ingin memeluk tubuhnya ramping itu.Namun ia masih menahan diri karena gengsi, setidaknya hingga sarapan usai. Begitu pertimbangan Roy."Ini kopi susunya, Roy. Cobain nasi goreng sosisnya, ya"Melissa mengisi piring Roy dengan beberapa sendok nasi goreng buatannya. Wanginya menggoda, kepulan asap masih tersisa setiap nasi goreng di sendok."Kamu baru selesai masak, Mel?" Roy menyeruput sedikit air putih sebelum memasukkan suapan pertama nasi gorengnya."Iya, dong. Begitu kamu kabarin mau sarapan di sini, langsung aku kerjain, biar tetap hangat. Tadinya aku mau s
Read more

Sabtu yang Sibuk (1)

Bunyi besi beradu menghentikan langkah Selena yang sedang menuruni tangga."Kak Ipah?" panggilnya dengan suara kuat.Roy baru saja pergi sepuluh menit lalu dan seingatnya gerbang ditutup kembali sebelum deru mesin menjauhi rumah.Pintu terbuka, kepala Kak Ipah muncul dari balik pintu."Pagi, Selena, Cheryl"Memasuki ruang tamu, Kak Ipah terlihat menenteng 3 lembar karton berukuran besar."Pagi, Kak. Sarapan, yuk. Cheryl baru saja bangun dan mandi" ajak Selena menuju dapur.Kak Ipah menyeduh tehnya sendiri dan memakan roti bakar yang sudah tersedia di meja makan. Selena menggigit roti dan mulai menyuapi Cheryl."Cheryl sudah bisa makan sendiri, loh, mama" ucap Kak Ipah menirukan suara anak kecil."Oh, ya?" sahut Selena antusias, tangannya mencubit pelan pipi Cheryl.Cheryl membalas dengan tawa kecil dan membuka mulutnya, menunggu suapan berikutnya. Selena bukan tak ingin membiarkan Cheryl makan sendiri, tapi ia tak
Read more

Sabtu yang Sibuk (2)

"Kita mampir ke mall dulu sebentar, boleh?"Harris menyalakan mesin mobil tanpa menunggu persetujuan Selena. Keluar dari halaman parkiran kantor dengan laju terbilang lambat. Selena melihat kacamata hitam masih di dashboard.Entah kenapa obrolan panjang dengan Rina terlintas di otaknya. Tentang Harris yang sangat panik saat ia pingsan, tentang rumor yang beredar bahwa Harris menyukainya, dan ibu direktur yang menyukai Harris sejak dulu.Namun Selena tak mau begitu saja. Tidak mungkin Harris melewati batasnya, menyukai bawahannya yang sudah bersuami pula. Bahkan selama ini Harris selalu bersikap dingin untuk urusan apapun itu, apalagi beberapa minggu terakhir. Harris berubah menjadi lebih pemarah dan tidak punya rasa empati sedikitpun padanya.'Dia kira masalah rumah tangga itu semudah membuat lembar penagihan ke customer'Pertemuan terakhir yang membahas tentang rencana cuti Harris selama seminggu tak kalah menyakitkan. Harris memberi ultimatum yan
Read more

Sabtu yang Sibuk (3)

"Saya juga nasi padang" aku Harris cepat.'Terus, gue harus bilang wow, gitu?'Bingung harus merespon apa, Selena membalas pengakuan Harris dengan senyum simpul.Memasuki restoran Jepang, seorang pelayan dengan sigap menyambut dan mengarahkan mereka ke meja yang masih kosong. Harris meminta duduk bersisian dengan Selena. Setelah dirasa nyaman, pelayan mulai memberikan buku menu. Sambil membolak-balik buku, Harris mengambil ponsel dan mengabari pak direktur."Tolong letakkan di sebelah kamu saja, ya" kata Harris menyodorkan paper bag berisi kotak berlian.Selena menerima dengan kedua tangan dan meletakkan ke samping kanannya. Ia sempat melihat dua kota besar dalam satu paper bag dan 3 kotak kecil dalam paper bag lainnya.'Kog, lima kotak?'Pak direktur tiba tak lama setelah mereka memesan menu."Saya sudah pesankan menu untuk bapak. Saya jamin bapak akan suka" ujar Harris dengan senyum tulus, berdiri menyalami pak direktur.
Read more

Sabtu Malam yang Spesial

"Mau mandi bareng sekarang?"Tiba-tiba saja Roy merasa berhasrat saat melihat adegan romantis di film yang tengah mereka tonton. Tangannya mengusap rambut Melissa dan berhenti di leher jenjang berkulit putih itu. Membiarkan jemarinya melakukan sedikit gerakan di sana seolah membuat sandi ajakan bercinta.Tak ada sahutan dari kekasihnya, membuat Roy menjenguk wajah itu dengan bibirnya. Ciuman itu terhenti karena bibirnya mencecap air di pipi Melissa."Kamu kenapa, Mel?" tanya Roy dengan wajah heran. Kedua alisnya terangkat dan tangannya menarik dagu kekasihnya. Sehingga ia bisa menatap langsung wajah basah itu."Gak, apa-apa, Roy" sahut Melissa mendorong pelan tangan Roy dari dagunya, lalu mengusap wajahnya dengan punggung tangan."Jangan bohong, Mel. Aku tahu kamu sedih. Kenapa, Mel?" tanya Roy sekali lagi menarik pelan dagu kekasihnya."Hmm ... kenapa?" ulang Roy menatap wajah itu sambil menepikan bulu mata yang jatuh."A-aku gak nya
Read more

First Meet

Ujung minggu sudah tentu menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu. Kepenatan akan rutinitas sepanjang seminggu akhirnya bisa dijeda dengan bersantai. Setidaknya ada kesempatan untuk bangun siang.Seperti halnya Kirana yang memilih libur di hari Sabtu. Meski jarang melakukan urusan domestik rumah tangga, di hari kerja ia harus bangun pagi untuk beryoga. Salah satu cara untuk menjaga kebugaran dan bobot tubuhnya. Khusus Sabtu, jam yoganya mundur karena ia bangun lebih siang.Lain halnya dengan Arjuna yang tidak punya kata libur dalam kamusnya. Hampir seluruh waktunya dihabiskan oleh urusan restoran. Terutama karena belum ingin memiliki asisten pribadi yang mengurus langsung stok dan keuangan, maka rutinitas hariannya wajib seputaran restoran.Dengan berbisnis restoran ia justru bebas bangun siang. Karena restoran baru akan buka jam 11 siang. Itu sebabnya ia suka mengerjakan sedikit urusan dapur di pagi hari selain workout ringan."Sayang, sarapan sudah siap
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status