"Mas Juna, kamu gak papa?"
Karina sudah berdiri menghadang jalannya menuju ruangan kantor. Terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya.
"Kenapa kesini, sayang?" Arjuna bertanya balik. Dirangkulnya pundak istrinya, membawanya kembali beriringan ke ruangan kantor.
"Kamu janji kembali dengan cepat, tapi gak balik-balik. Jadi, aku intercom kasir, katanya kamu hampir adu jotos dengan salah satu pengunjung" tutur Karina bergelayut manja di dada suaminya.
"Hanya obrolan biasa, sayang" sahut Arjuna menenangkan. Mengusap pelan lengan istrinya dan membukakan pintu.
"Ngobrolin apa, sih? Dia siapa, Mas? Aku sempat lihat dia cekal pundakmu, Mas. Kek nya dia emosi banget, deh" kata Karina menarik Arjuna duduk di sofa panjang berwarna abu-abu tua. Warna kesukaannya.
"Sayang, tenang, ya. Dia sudah pergi, sudah gak ada masalah lagi, kog" jawab Arjuna dengan low tone yang khas. Tangannya sibuk merapikan rambut panjang istrinya ke belakang telinga.
"Yakin?
Roy keluar restoran dengan rasa malu hingga ia ingin cepat-cepat berlalu dari tempat itu. Tatapan curiga dari petugas parkir membuatnya semakin muak. Cepat memutar kepala mobil, lalu meninggalkan parkiran tanpa memberi tip ke petugas parkir."Brengsek! Anj**g!"Dua kata yang bergantian diteriakkan Roy sambil memukul kemudi. Sekali mengacak rambutnya dan menekan pedal gas dengan dalam.Ia semakin penasaran siapa Melissa. Merasa tidak mengenal dengan baik kekasihnya itu selama setahun bersama. Dan semakin jengkel karena Arjuna tidak memberinya informasi yang berguna."Siaaaaaal!"Amukan amarah masih terus merasuki dada dan otaknya. Terlanjur nyaman dengan Melissa, berpikir bahwa perempuan itu belahan jiwanya, masa depannya. Namun kenyataan berbeda justru didapatinya saat pernikahannya dan Selena hampir karam.'Aku tidak ingin terikat apapun denganmu, Roy'Kalimat itu terngiang lagi di telinga Roy. Pikirannya mencoba mencerna makna di ba
Melissa membukakan pintu segera setelah ketukan pertama Roy."Pagi, Mel" sapa Roy dengan sedikit canggung."Masuk, Roy. Belum sarapan, kan?" sahut Melissa dengan senyum lebar. Seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka beberapa hari terakhir.Melissa menarik tangan Roy dan menuntunnya ke dalam hingga ke meja makan. Wangi tubuh kekasihnya menyerbu hidungnya, membuatnya ingin memeluk tubuhnya ramping itu.Namun ia masih menahan diri karena gengsi, setidaknya hingga sarapan usai. Begitu pertimbangan Roy."Ini kopi susunya, Roy. Cobain nasi goreng sosisnya, ya"Melissa mengisi piring Roy dengan beberapa sendok nasi goreng buatannya. Wanginya menggoda, kepulan asap masih tersisa setiap nasi goreng di sendok."Kamu baru selesai masak, Mel?" Roy menyeruput sedikit air putih sebelum memasukkan suapan pertama nasi gorengnya."Iya, dong. Begitu kamu kabarin mau sarapan di sini, langsung aku kerjain, biar tetap hangat. Tadinya aku mau s
Bunyi besi beradu menghentikan langkah Selena yang sedang menuruni tangga."Kak Ipah?" panggilnya dengan suara kuat.Roy baru saja pergi sepuluh menit lalu dan seingatnya gerbang ditutup kembali sebelum deru mesin menjauhi rumah.Pintu terbuka, kepala Kak Ipah muncul dari balik pintu."Pagi, Selena, Cheryl"Memasuki ruang tamu, Kak Ipah terlihat menenteng 3 lembar karton berukuran besar."Pagi, Kak. Sarapan, yuk. Cheryl baru saja bangun dan mandi" ajak Selena menuju dapur.Kak Ipah menyeduh tehnya sendiri dan memakan roti bakar yang sudah tersedia di meja makan. Selena menggigit roti dan mulai menyuapi Cheryl."Cheryl sudah bisa makan sendiri, loh, mama" ucap Kak Ipah menirukan suara anak kecil."Oh, ya?" sahut Selena antusias, tangannya mencubit pelan pipi Cheryl.Cheryl membalas dengan tawa kecil dan membuka mulutnya, menunggu suapan berikutnya. Selena bukan tak ingin membiarkan Cheryl makan sendiri, tapi ia tak
"Kita mampir ke mall dulu sebentar, boleh?"Harris menyalakan mesin mobil tanpa menunggu persetujuan Selena. Keluar dari halaman parkiran kantor dengan laju terbilang lambat. Selena melihat kacamata hitam masih di dashboard.Entah kenapa obrolan panjang dengan Rina terlintas di otaknya. Tentang Harris yang sangat panik saat ia pingsan, tentang rumor yang beredar bahwa Harris menyukainya, dan ibu direktur yang menyukai Harris sejak dulu.Namun Selena tak mau begitu saja. Tidak mungkin Harris melewati batasnya, menyukai bawahannya yang sudah bersuami pula. Bahkan selama ini Harris selalu bersikap dingin untuk urusan apapun itu, apalagi beberapa minggu terakhir. Harris berubah menjadi lebih pemarah dan tidak punya rasa empati sedikitpun padanya.'Dia kira masalah rumah tangga itu semudah membuat lembar penagihan ke customer'Pertemuan terakhir yang membahas tentang rencana cuti Harris selama seminggu tak kalah menyakitkan. Harris memberi ultimatum yan
"Saya juga nasi padang" aku Harris cepat.'Terus, gue harus bilang wow, gitu?'Bingung harus merespon apa, Selena membalas pengakuan Harris dengan senyum simpul.Memasuki restoran Jepang, seorang pelayan dengan sigap menyambut dan mengarahkan mereka ke meja yang masih kosong. Harris meminta duduk bersisian dengan Selena. Setelah dirasa nyaman, pelayan mulai memberikan buku menu. Sambil membolak-balik buku, Harris mengambil ponsel dan mengabari pak direktur."Tolong letakkan di sebelah kamu saja, ya" kata Harris menyodorkan paper bag berisi kotak berlian.Selena menerima dengan kedua tangan dan meletakkan ke samping kanannya. Ia sempat melihat dua kota besar dalam satu paper bag dan 3 kotak kecil dalam paper bag lainnya.'Kog, lima kotak?'Pak direktur tiba tak lama setelah mereka memesan menu."Saya sudah pesankan menu untuk bapak. Saya jamin bapak akan suka" ujar Harris dengan senyum tulus, berdiri menyalami pak direktur.
"Mau mandi bareng sekarang?"Tiba-tiba saja Roy merasa berhasrat saat melihat adegan romantis di film yang tengah mereka tonton. Tangannya mengusap rambut Melissa dan berhenti di leher jenjang berkulit putih itu. Membiarkan jemarinya melakukan sedikit gerakan di sana seolah membuat sandi ajakan bercinta.Tak ada sahutan dari kekasihnya, membuat Roy menjenguk wajah itu dengan bibirnya. Ciuman itu terhenti karena bibirnya mencecap air di pipi Melissa."Kamu kenapa, Mel?" tanya Roy dengan wajah heran. Kedua alisnya terangkat dan tangannya menarik dagu kekasihnya. Sehingga ia bisa menatap langsung wajah basah itu."Gak, apa-apa, Roy" sahut Melissa mendorong pelan tangan Roy dari dagunya, lalu mengusap wajahnya dengan punggung tangan."Jangan bohong, Mel. Aku tahu kamu sedih. Kenapa, Mel?" tanya Roy sekali lagi menarik pelan dagu kekasihnya."Hmm ... kenapa?" ulang Roy menatap wajah itu sambil menepikan bulu mata yang jatuh."A-aku gak nya
Ujung minggu sudah tentu menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu. Kepenatan akan rutinitas sepanjang seminggu akhirnya bisa dijeda dengan bersantai. Setidaknya ada kesempatan untuk bangun siang.Seperti halnya Kirana yang memilih libur di hari Sabtu. Meski jarang melakukan urusan domestik rumah tangga, di hari kerja ia harus bangun pagi untuk beryoga. Salah satu cara untuk menjaga kebugaran dan bobot tubuhnya. Khusus Sabtu, jam yoganya mundur karena ia bangun lebih siang.Lain halnya dengan Arjuna yang tidak punya kata libur dalam kamusnya. Hampir seluruh waktunya dihabiskan oleh urusan restoran. Terutama karena belum ingin memiliki asisten pribadi yang mengurus langsung stok dan keuangan, maka rutinitas hariannya wajib seputaran restoran.Dengan berbisnis restoran ia justru bebas bangun siang. Karena restoran baru akan buka jam 11 siang. Itu sebabnya ia suka mengerjakan sedikit urusan dapur di pagi hari selain workout ringan."Sayang, sarapan sudah siap
[Tolong hubungi aku besok pagi, sebelum jam 06.00.]'Aku?'Dahi Selena mengernyit membaca isi pesan Harris. Tidak biasanya bosnya menyebut 'aku' dalam berkirim pesan. Diminta menghubungi sebelum jam 6 pagi pula, ada apa? Bukankah terlalu pagi untuk berbicara urusan pekerjaan? Besok hari Minggu, kan?Ia sengaja menunggui Karina di depan pintu kamar juga menunggu kalau-kalau Harris menghubungi lagi. Mengusap layar ponsel berulang kali, tapi hasilnya tetap sama. Terdengar suara langkah Karina dari arah dapur."Karina, kamu tidak apa-apa?"Selena melihat mata itu memerah seperti baru saja menangis. Tak ketinggalan sisa bulir air mata di bulu mata bawahnya."Kenapa? Kamu beneran peduli?"Tidak ada kesan ramah dalam sahutan Karina dan Selena semakin tidak nyaman dengan dirinya sendiri."Aku menyadari dirimu tidak nyaman sejak pertama masuk terutama setelah Cheryl bersama Arjuna. Meski aku tidak ...."Ungkapan simpatinya memang