"Rania, Rania! Kamu sadar, Nak!" seru Ibu. "Yang, liatin ibu gih! Dia kenapa?" titahku pada Jo. Malam itu aku belum bisa untuk terbangun, seluruh tubuhku lunglai, lemah tak berdaya. Aku bisa berdiri, tapi dengan bantuan orang lain. Jo, misalnya. Dia menurutiku, berdiri lalu beranjak beberapa langkah menuju kamar Rania. Aku tidak tahu apa yang dilihat oleh Jo, hanya saja samar-samar ku dengar seperti ada perdebatan di dalam ruangan kecil itu. Duh, kok aku jadi penasaran, ya? Apa bangun aja, tapi lemes banget, gusti, batinku. Orang-orang yang semula mengerumuni termasuk Kiai Aris lambat laun me
Read more