Home / Fiksi Remaja / KISAH DI PENGHUJUNG SMA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of KISAH DI PENGHUJUNG SMA: Chapter 11 - Chapter 20

82 Chapters

BAB >< 010

  Menjadi siswa peraih juara umum satu jurusan IPA seangkatan kelas dua belas bukan berarti Atlan selalu suka berurusan dengan buku apalagi perpustakaan. Selama hampir tiga tahun bersekolah di Pelita Husada, bisa dihitung jari berapa kali Atlan menginjakkan kaki di ruangan itu. Jangankan di perpustakaan sekolah, perpustakaan di rumahnya saja jarang ia masuki. Dan sekarang jika bukan karena Ibu Tiwi yang meminta tolong mengembalikan buku paket fisika yang mereka ambil tadi untuk belajar, mungkin Atlan tidak akan berada di sana. Mengantri untuk bertanda tangan sebagai bukti bahwa buku yang kelas dua belas IPA 1 pinjam telah dikembalikan. Prinsip Atlan ini tentu berbanding terbalik dengan kebanyakan siswa yang justru suka berada di perpustakaan. Selain untuk membaca buku, tujuan lain mereka pasti untuk menikmati WiFi gratis, juga sejuknya AC yang tentu tidak didapatkan di kelas. Atlan sudah mengantri cukup lama, jika siswi yang berdiri di depannya t
Read more

BAB >< 011

 Perjalanan panjang dengan cuaca yang sangat panas siang itu, membuat Neira rasanya ingin membawa motornya terbang dan langsung tiba di depan rumah. Bukan hanya itu, ia juga ingin memborong semua es batu kemudian memasukkannya ke bathtub lalu berendam di sana.Sungguh, meski kulitnya terlindungi oleh jaket yang tebal, tetap saja panas matahari terasa seperti akan membakarnya sampai ke tulang-tulang. Untung saja gerbang rumahnya sudah terlihat di depan mata. Dan ia pun bisa bernapas lega.Tidak seperti di sekolah di mana akan selalu ada security yang siap membukakan gerbang. Di rumahnya, Neira harus turun lebih dulu dari motor, lalu menarik gerbang itu terbuka. Setelah masuk, ia kembali harus menutupnya.Garasi yang terbuka membuat Neira bisa langsung membawa motornya masuk tanpa harus memarkirkan kendaraan itu di depan rumah. Ia juga memilih masuk lewat pintu samping yang langsung tiba di dekat dapur. Tujuannya memang itu, masuk ke dapur lalu mengam
Read more

BAB >< 012

 Banyak hal yang bisa terjadi secara tiba-tiba. Termasuk perubahan cuaca dalam sekejap mata. Jika siang hari sangat panas, maka malam hari justru menghembuskan angin dingin hingga menusuk kulit.Di atas meja belajar sudah ada segelas susu coklat hangat yang sengaja dibuat Neira untuk menemaninya mengerjakan tugas.Meski tugas itu dikumpul Minggu depan, tetapi Neira mengerjakannya sekarang untuk mengisi waktu kosong. Selagi ingat ia akan segera mengerjakannya sebelum lupa.Kelima belas soal tugas itu dikerjakan Neira dalam waktu kurang lebih satu jam tanpa istirahat. Jika berhubungan dengan buku dan tugas, Neira seperti tidak akan merasa lelah. Ia justru menganggapnya olahraga tangan karena terus bergerak sepanjang menulis.Neira mengakhiri jawaban terakhir dengan titik. Ia bisa tersenyum lega karena akhirnya tugas itu telah rampung. Dengan ini ia tidak akan merasa gelisah lagi sebab semua tugasnya telah dikerjakan.Buku paket dan buku
Read more

BAB >< 013

 Selain takut berbohong, Neira juga takut untuk menyembunyikan hal sekecil apapun dari sahabatnya, Wawa. Karena seperti pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, maka pasti akan tercium juga. Atau alasan lainnya adalah karena Neira benar-benar payah dalam menjaga sikapnya ketika gelisah. Ia selalu menampakkan gerak-gerik yang membuat Wawa curiga bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.Seperti saat ini ketika Wawa mengajak Neira bicara, gadis itu selalu kehilangan fokus dan menjawab dengan terbata-bata. Karena tingkat kepekaan yang dimiliki Wawa begitu tinggi, ia langsung mengklaim bahwa Neira memang sedang tengah memikirkan sesuatu."Gue tau Lo mau ngomong, tapi gue gak tau apa yang buat Lo ragu," ujar Wawa sambil memandangi Neira dengan tangan yang terangkat dan terlipat di depan dada.Sikap Neira sudah aneh sejak tadi pagi ketika gadis itu tiba di sekolah. Tetapi Wawa masih menahan diri agar tidak bertanya. Tetapi
Read more

BAB >< 014

 Meski ajakan ke kantin tidak bisa ditolak, Atlan tetap tidak membiarkan Jelita untuk merangkul, memegang tangan, bahkan bergelayut di lengannya. Alhasil gadis itu harus berpuas hati hanya dengan berjalan di samping cowok itu."Gue seneng, akhirnya Lo mau juga gue ajakin ke kantin, meskipun masih ada pengganggu, sih." Jelita melirik Aydin yang sejak tadi berjalan di belakang mereka.Sejak tadi, Aydin berusaha menahan diri agar tidak mengajak Jelita beradu mulut. Tetapi sekarang justru gadis itu yang memancing perdebatan. Dan rasanya Aydin sangat ingin mendorong Jelita menjauh dari Atlan. "Lo harusnya bersyukur ada gue. Karena kalo gak, Atlan mana mau ke kantin sama Lo," ujar Aydin yang kini maju untuk mensejajarkan langkah di samping Atlan.Jelita membuang muka dan memilih tidak menanggapi ucapan Aydin. Akhirnya mereka hanya berdiam diri sampai tiba di kantin yang terlihat sudah sangat ramai.Bagai magnet, kedatangan mereka langs
Read more

BAB >< 015

Sebagai bentuk permintaan maaf karena telah membuat Aydin terjebak di kantin bersama Jelita dan harus menerima segala ocehan gadis itu, Atlan berinisiatif untuk mentraktir sahabatnya camilan di minimarket.Setelah berganti pakaian, Atlan kembali meninggalkan rumah di jam tiga menuju gedung futsal tempat ia sering bermain. Hari Jumat sore adalah jadwal Atlan bermain bersama teman-temannya termasuk Aydin.Dulu, ketika masih rutin mengikuti lomba futsal mewakili sekolah, jadwal bermain futsal di gedung itu bisa sampai tiga kali dalam seminggu. Namun sejak berpindah ke kelas dua belas kegiatannya dikurangi agar lebih banyak waktu untuk belajar sebagai persiapan ujian.Di saat Atlan tiba, masih ada dua team yang sedang bermain. Ia pun menggunakan kesempatan itu untuk mengganti kaosnya dengan pakaian olahraga futsal. Di dalam ruang ganti sudah ada Aydin dan beberapa orang yang bergabung di dalam teamnya."Hai, Lan," sapa salah satu teman bermain futsalnya yang
Read more

BAB >< 016

Sesuai janji yang sudah disepakati bersama, hari Minggu Elvina dan Neira akan menemui Haidar di kediaman pria itu. Mereka memilih akhir pekan karena perusahaan dan sekolah sedang libur sehingga banyak waktu untuk bicara.Elvina dan Neira sudah bersiap sejak pagi. Tepat jam sembilan mereka meninggalkan rumah dengan mengajak Yasmin turut serta. Ketiganya berangkat menggunakan mobil yang dikemudikan oleh Elvina. Di kursi penumpang bagian depan diisi oleh Neira, sedangkan Yasmin duduk seorang diri di belakang sambil bermain dengan boneka barbienya.Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara Yasmin yang mengajak bonekanya bicara. Sedangkan Neira, gadis itu lebih banyak diam sejak meninggalkan rumah. Di saat Yasmin mengajak bermain, Neira juga menolak dan mengatakan akan bermain nanti jika pulang ke rumah.Perubahan sikap Neira yang tiba-tiba tentu saja disadari oleh Elvina meski wanita itu fokus menyetir sejak tadi. Ia hanya menunggu kondisi jalanan cukup lenggan aga
Read more

BAB >< 017

Selama ini fungsi mata adalah untuk melihat, dan mulut untuk bicara. Tetapi bagi Atlan dan Neira sepertinya fungsi mata kini adalah untuk menyampaikan sesuatu yang tidak bisa mereka ucapkan melalui mulut.Sejak berdiri di pinggir kolam ikan koleksi Haidar sepuluh menit yang lalu, keduanya hanya saling melempar lirikan. Mereka seolah berlomba dengan ikan-ikan di kolam yang berenang dengan tenang tanpa menciptakan suara. Membuat mereka mampu mendengar tarikan napas masing-masing.Keduanya sudah berada di sana sejak kedatangan Pak Romi. Frida menyuruh Atlan untuk mengajak Neira berkeliling melihat rumah mereka. Tetapi Atlan justru membawa gadis itu ke halaman samping dan bertahan di pinggir kolam ikan itu. Percikan air yang mengenai lengan Neira membuat gadis itu menunduk. Ternyata itu adalah hasil perbuatan Atlan yang melempar kerikil ke dalam kolam membuat air itu menciprati lengannya.Neira memandang Atlan dengan dahi mengkerut. "Lo emang hobi b
Read more

BAB >< 018

  Setelah kejadian di rumah Atlan kemarin, pikiran Neira menjadi penuh. Tidurnya tidak nyenyak dan ia menjadi lebih banyak melamun. Ketika pulang ke rumah, Neira kembali membahas masalah itu dengan Elvina. Ia bertanya apakah mamanya tahu. Tetapi, ternyata almarhum papanya memang belum membahas hal itu kepada Elvina apalagi sampai menyinggung masalah perjodohan. Elvina sendiri belum memutuskan apapun atau memberi jawaban kepada Haidar dan Frida. Karena hal itu menyangkut Neira, ia pun menyerahkan segala keputusan kepada putrinya. Karena hal itu kini Neira menjadi dilema. Tentu saja pernikahan tidak pernah terlintas di dalam pikiran Neira untuk saat ini. Ia masih berusia tujuh belas tahun, masih sekolah, masih belum kuliah, atau merasakan rasanya bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Jika ditanya apakah ia ingin menikah, sudah pasti jawabannya adalah ingin. Tapi, belum untuk saat ini. Jika saja ingin menuruti egonya, Neira pasti sudah meno
Read more

BAB >< 019

Pelita Husada hanya memberlakukan jam pelajaran hingga pukul satu siang dan bel pulang akan otomatis berbunyi jika sudah tiba waktunya. Sekolah sudah bubar sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi Neira masih berada di perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya tiga hari lalu. Seharusnya proses pengembalian buku itu tidak memakan cukup banyak waktu jika saja Mbak Anggun, penjaga perpustakaan itu tidak mengajukan banyak pertanyaan seolah sedang mengintrogasi Neira. "Benar yah, Nei. Kamu tidak punya hubungan apa-apa sama Atlan. Ini karena kamu langganan perpus makanya Mbak percaya," ujar Mbak Anggun mengajukan pertanyaan yang sama sejak tadi. Sejak pertanyaan itu diajukan, jawaban Neira tidak pernah berubah. "Iya Mbak Anggun, aku sama Atlan cuma teman. Waktu itu kami disuruh kerjain sesuatu, makanya pergi bersama." Neira harus sedikit berbohong demi kebaikannya. Ia juga berharap bisa pergi dari perpustakaan sesegera mungkin. "Mbak, aku sudah bo
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status