Setelah kejadian di rumah Atlan kemarin, pikiran Neira menjadi penuh. Tidurnya tidak nyenyak dan ia menjadi lebih banyak melamun.
Ketika pulang ke rumah, Neira kembali membahas masalah itu dengan Elvina. Ia bertanya apakah mamanya tahu. Tetapi, ternyata almarhum papanya memang belum membahas hal itu kepada Elvina apalagi sampai menyinggung masalah perjodohan.
Elvina sendiri belum memutuskan apapun atau memberi jawaban kepada Haidar dan Frida. Karena hal itu menyangkut Neira, ia pun menyerahkan segala keputusan kepada putrinya. Karena hal itu kini Neira menjadi dilema.
Tentu saja pernikahan tidak pernah terlintas di dalam pikiran Neira untuk saat ini. Ia masih berusia tujuh belas tahun, masih sekolah, masih belum kuliah, atau merasakan rasanya bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Jika ditanya apakah ia ingin menikah, sudah pasti jawabannya adalah ingin. Tapi, belum untuk saat ini.
Jika saja ingin menuruti egonya, Neira pasti sudah meno
Pelita Husada hanya memberlakukan jam pelajaran hingga pukul satu siang dan bel pulang akan otomatis berbunyi jika sudah tiba waktunya. Sekolah sudah bubar sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi Neira masih berada di perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya tiga hari lalu. Seharusnya proses pengembalian buku itu tidak memakan cukup banyak waktu jika saja Mbak Anggun, penjaga perpustakaan itu tidak mengajukan banyak pertanyaan seolah sedang mengintrogasi Neira. "Benar yah, Nei. Kamu tidak punya hubungan apa-apa sama Atlan. Ini karena kamu langganan perpus makanya Mbak percaya," ujar Mbak Anggun mengajukan pertanyaan yang sama sejak tadi. Sejak pertanyaan itu diajukan, jawaban Neira tidak pernah berubah. "Iya Mbak Anggun, aku sama Atlan cuma teman. Waktu itu kami disuruh kerjain sesuatu, makanya pergi bersama." Neira harus sedikit berbohong demi kebaikannya. Ia juga berharap bisa pergi dari perpustakaan sesegera mungkin. "Mbak, aku sudah bo
Tidur dalam kondisi setelah menangis memang bisa menenangkan pikiran, namun juga bisa membuat kepala menjadi pusing. Melihat bagaimana seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya membuktikan bahwa Neira ketiduran.Neira bangun untuk melihat jam dan mendapati waktu menunjukkan pukul lima sore. Artinya ia melewatkan jam makan siang yang membuat perutnya kini berbunyi.Di atas nakas terdapat segelas susu yang kondisinya sudah dingin. Meski begitu, Neira tetap menghabiskannya lalu membawa gelas kosong itu ke dapur.Di bawah, Neira tidak mendapati Elvina dan Yasmin di manapun. Saat masuk ke dapur kondisi ruangan itu kosong, di ruang keluarga juga sepi. Neira beranjak naik untuk mengecek kamar Yasmin namun hanya penyejuk ruangan yang menyambutnya. Karena khawatir, Neira masuk ke kamarnya untuk mengambil ponsel lalu menghubungi Elvina.Panggilan itu terhubung, tetapi Elvina belum menjawab. Neira mencoba sekali lagi, dan bisa bernapas lega ketika mamanya menja
Sesibuk apapun Haidar dan Frida dalam mengurusi bisnis, mereka akan selalu meluangkan waktu untuk keluarga. Seperti ketika sedang di rumah, mereka tidak akan melewatkan momen makan malam bersama Atlan.Beberapa waktu lalu Haidar dan Frida melakukan perjalanan bisnis ke Australia selama beberapa Minggu. Setelah kembali ke Indonesia mereka lagi-lagi harus mengurus beberapa hal di Jakarta Pusat, di mana perusahaan mereka berada. Sehingga ketika mereka pergi, Atlan hanya seorang diri di rumah.Haidar dan Frida mempekerjakan banyak asisten di rumah mereka. Ada yang bertugas untuk membersihkan rumah, untuk memasak, untuk mengurus kebun, ataupun menjaga rumah agar tetap aman. Tetapi tidak ada yang digaji untuk duduk menemani Atlan makan, meski diminta batas mereka hanya sekedar berdiri di samping menunggui majikannya selesai.Setelah beberapa hari kemarin ruang makan di kediaman Prayoga sepi, kini dengan kehadiran Haidar dan Frida mengembalikan suasana hangat keluarga
Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam, dan Neira sudah merasa sangat mengantuk. Selain itu, ia juga merasakan lelah usai berolahraga di sekolah.Neira sudah mempersiapkan diri untuk tidur. Lampu utama di kamarnya telah dimatikan menyisakan lampu tidur di atas nakas. Ia juga sudah menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. Di saat matanya mulai terpejam, tiba-tiba suara dering ponsel membuat Neira kembali terjaga.Mau tidak mau Neira kembali bangun untuk mencari benda itu lalu menemukannya di atas nakas. Ponselnya sudah berhenti berbunyi meninggalkan satu panggilan tidak terjawab dari Atlan. Sejak mereka bertukar kontak beberapa hari yang lalu, ini adalah kali pertama Atlan menghubunginya.Ponsel itu berbunyi beberapa saat kemudian. Atlan kembali menelepon dan Neira segera menjawab."Halo.""Ini gue," balas Atlan di seberang telepon."Ada apa?" tanya Neira. Ia sudah menguap beberapa kali sejak menjawab panggilan Atlan."Lo
Seperti kebanyakan sekolah pada umumnya, Pelita Husada juga menerapkan jam masuk pukul setengah delapan. Tapi, tidak semua guru bisa on time. Terkadang ada saja diantara mereka yang terlambat memasuki kelas sehingga pelajaran menjadi tertunda. Atau kalau tidak bisa masuk mengajar, para guru akan menitipkan tugas untuk dikerjakan agar kelas itu tidak ribut dan mengganggu aktivitas belajar di kelas lain. Di lima menit waktu yang tersisa sebelum bel masuk berbunyi, Neira memutuskan menunggu sambil memejamkan mata. Ia ingin merefresh pikirannya sebelum mulai menerima pelajaran di pagi hari ini. Mata Neira baru terpejam beberapa detik, namun sudah ada yang mengganggunya. Pelakunya tidak lain adalah Wawa yang memanggil Neira dengan suara nyaringnya sampai gadis itu kembali membuka mata. Neira mendapati Wawa memasuki kelas dengan terburu-buru. Bahkan tas yang seharusnya disampirkan ke punggung justru hanya ditenteng di tangannya. "Ya ampun, Nei. Jant
Setelah Atlan dan Neira memutuskan untuk menerima perjodohan mereka, keduanya langsung memberitahukan orangtua masing-masing. Kedua keluarga itupun sepakat untuk bertemu guna membicarakan rencana tersebut lebih lanjut.Jika sebelumnya keluarga Elvina yang datang menemui keluarga Prayoga, kini giliran Haidar, Frida, dan Atlan yang berkunjung ke rumah Elvina. Mereka sengaja diminta datang pada waktu makan siang agar bisa launch bersama.Ketiganya disambut hangat dan dijamu makanan yang dimasak langsung oleh Elvina dengan sedikit campur tangan Neira.Meski tidak begitu pandai memasak, tetapi melihat mamanya yang kerepotan, tentu Neira tidak akan diam saja menyaksikan. Syukurlah, masakan Elvina tidak hancur karena perbuatannya.Usai makan siang, mereka kembali dijamu makanan penutup di ruang tamu yang kali ini dibuat khusus oleh Neira."Aduh, Neira. Kamu tidak perlu repot-repot seperti itu. Jamuan makan siang tadi sudah cukup membuat kami kekenyangan,"
Suara bel penanda istirahat yang berbunyi nyaring menarik perhatian Neira dari buku. Pandangannya beralih memperhatikan kondisi perpustakaan yang mulai ramai didatangi siswa-siswi. Entah karena mereka ingin membaca buku seperti yang dilakukannya, mengembalikan dan meminjam buku, atau sekedar menikmati penyejuk ruangan plus WiFi gratis.Neira yang sejak tadi duduk di sudut perpustakaan menutup novel yang sejak tadi dibacanya. Ia memutuskan untuk kembali ke kelas setelah menghabiskan jam pelajaran yang kosong dengan menenangkan diri di sana.Karena novel bersampul putih itu belum selesai ia baca, Neira memutuskan untuk meminjam dan membawanya pulang. Supaya ia tidak perlu menunggu sampai hari esok untuk bisa membacanya.Sebelum keluar Neira harus melapor terlebih dahulu kepada penjaga perpustakaan bahwa ia ingin meminjam buku lalu menuliskan namanya di catatan milik Mbak Anggun agar ada bukti peminjaman.Mbak Anggun menyapa Neira ramah, seolah kejadian bebe
Sejak tanggal pernikahan Atlan dan Neira ditentukan, keduanya menjadi sering bertemu. Terhitung sudah tiga hari Neira berangkat dan pulang sekolah bersama Atlan.Kemarin mereka baru saja selesai mengurus surat-surat untuk pernikahan, dan hari ini mereka akan mengurus pakaian yang akan digunakan ketika akad nikah.Sepulang sekolah, Atlan kembali menunggu Neira di tempat mereka biasa bertemu yaitu halte yang berada tidak jauh dari Pelita Husada. Cowok itu sudah menunggu selama kurang lebih lima belas menit, namun Neira belum juga menampakkan batang hidungnya.Sudah tidak terhitung berapa puluh panggilan yang dilakukan Atlan, tapi tetap tidak ada jawaban, begitu juga dengan pesan yang dikirimnya belum dibaca sama sekali oleh Neira. Atlan baru saja berpikir untuk menghampiri Neira kembali ke sekolah, jika saja dari kejauhan ia tidak melihat gadis itu berlari ke arah mobilnya."Lo dari mana aja, kita udah terlambat," kata Atlan menyambut kedatangan Neira.
Kabar kelulusan Atlan dan Neira sudah sampai di telinga orang tua mereka. Di hari itu juga Haidar langsung merencanakan pesta kecil-kecilan. Namun, karena waktunya mendadak, mereka pun memutuskan untuk mengadakan pesta barbeque.Di halaman belakang kediaman Prayoga kini sudah diatur menjadi area untuk makan malam. Ada meja panjang dengan beberapa kursi juga yang tertata rapi di tengah halaman.Jika tahun lalu mereka selalu merayakan kenaikan kelas Atlan hanya bertiga, kini rumah itu menjadi begitu ramai. Bukan hanya karena kehadiran Neira, Elvina, dan Yasmin, tapi Wawa serta Aydin turut diundang.Jam delapan malam mereka sudah memulai. Atlan dan Aydin lah yang bertugas untuk memanggang daging sedangkan Neira dan Wawa menyiapkan nasi di meja. Lalu untuk para orang tua hanya tinggal menikmati."Ini apinya gak bisa dibesarin lagi apa? Udah ngiler banget gue," kata Aydin tak sabar melihat daging yang sudah matang menyeruakkan bau sedap."Kalo mau hangu
Neira yang awalnya ingin ke dapur terpaksa harus membelokkan langkahnya ketika mendengar suara bel berbunyi. Saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran dua orang yang berdiri di hadapannya sambil memasang cengiran. Kening Neira mengkerut. "Kalian datang berdua?" "Enggak seperti yang Lo pikir." Wawa langsung mengelak atas apapun yang mungkin Neira pikirkan ketika melihatnya datang bersama Aydin. "Dia yang ngikutin gue." "Kepedean Lo. Gue ke sini buat ketemu Atlan. Nei, Atlan ada, kan?" tanya Aydin kepada Neira. Neira yang masih berusaha mengerti situasi hanya bisa mengangguk. "Ya kenapa Lo mau ketemu Atlan pas banget gue datang ke sini. Kan Lo bisa datang besok atau lusa gitu." "Suka-suka gue, lah. Yang punya rumah juga gak permasalahin gue mau datang kapan." Aydin langsung bergegas masuk ketika melihat Wawa membuka mulutnya. "Gak sopan main nyelonong masuk tanpa izin," teriak Wawa yang berhasil terpancing emosi oleh Aydin.
Mobil Atlan berhenti di depan teras rumah disusul mobil yang membawa Frida dan Elvina selanjutnya.Atlan buru-buru melepas safety belt-nya, lalu keluar dari mobil. Ia berputar menuju pintu bagian penumpang lalu menuntun Neira turun dari kursinya.Frida serta Elvina yang juga sudah turun dari mobil menunggu keduanya di teras dan akan bersama-sama masuk ke dalam rumah. Tapi, belum sempat mereka melewati pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang."Berhenti!"Semua orang sontak berbalik lalu terkejut mendapati keberadaan Jelita di sana."Jelita, sedang apa kamu di sini?" tanya Elvina heran.Pikiran Frida penuh akan pertanyaan tentang siapa gadis yang berdiri di depan mereka saat ini, dan pertanyaan itu langsung terjawab ketika Jelita angkat bicara."Kenapa Tante penjarain papa Jelita?" Suara Jelita tinggi sarat akan kemarahan. "Apa belum cukup, dengan kepergian Mama, sampai Tante juga mau pisahin Papa dari aku?"
Elvina mengakhiri pembicaraannya bersama Frida di telepon. Baru saja besannya itu memberikan informasi bahwa Bagaskara sudah ditangkap dan kini berada di kantor polisi.Seketika ia tidak tahu bagaimana perasaannya, antara ingin senang atau sedih.Bagaskara memang sudah dilaporkan atas dua tuduhan. Yaitu sengaja mencelakai Ferdinand serta melakukan penipuan atas pembelian saham perusahaan pria itu.Namun, yang melaporkannya adalah Haidar dan Frida. Sebab, Elvina merasa tidak tega melawan kakak iparnya sendiri di pengadilan nanti.Sekarang ia pun kebingungan mencari cara untuk mengatakan kepada Neira, sebab gadis itu sama sekali tidak tahu rencana pelaporan omnya tersebut.Saat ini Neira sedang menemani Yasmin bermain di ruang keluarga. Dan ia pun terpaksa harus mengganggu aktivitas kedua putrinya.Ketika membuka pintu, Elvina mendapati Yasmin duduk melantai bersama beberapa boneka barbie-nya. Sedangkan Neira berada di sofa sambi
Atlan sudah rapi dengan pakaiannya, kini ia sedang menunggu Neira di ruang tamu. Hari ini mereka akan mendatangi book shop untuk membeli beberapa buku persiapan ujian. Meski mereka di skors dan tidak menerima pelajaran dari sekolah, keduanya tetap bisa belajar dari rumah.Sebenarnya perasaan Neira masih belum membaik setelah kejadian kemarin, tapi Atlan berusaha menghibur gadis itu dengan cara mengajaknya jalan-jalan. Dan, ide brilian Atlan yang tidak mungkin ditolak oleh Neira adalah dengan membeli buku. Sebab, gadis itu selalu menyukai hal yang berhubungan dengan buku.Tak seberapa lama kemudian Neira datang dengan setelah dress selututnya. Hal yang sempat membuat Atlan terdiam beberapa saat karena terkesima. Atlan tidak bisa mengelak bahwa penampilan Neira saat ini sangat cantik."Duh, cantiknya menantu bunda. Mau ke mana, jalan-jalan, yah?" Frida yang datang dari arah taman samping menghampiri keduanya."Kami mau beli buku, Bunda," jawab Neira sedikit
Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya
Atlan memarkirkan mobilnya di depan gerbang Pelita Husada. Namun, jika biasanya ia datang untuk belajar, kali ini ia hanya datang untuk menemui Aydin setelah mengatur janji temu di jam istirahat.Arloji Atlan sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang tiga menit, di mana tandanya sebentar lagi jam pelajaran kedua akan berakhir.Atlan keluar dari mobil saat melihat Pak Joko sudah duduk di depan gerbang. Biasanya ketika hampir istirahat, security Pelita Husada itu memang selalu siaga menjaga gerbang dari siswa-siswi yang berniat bolos.Pak Joko yang melihat kehadiran Atlan mengapa lebih dulu. "Hari ini gak sekolah, Nak?" tanyanya ketika melihat Atlan hanya mengenakan pakaian biasa.Atlan tersenyum. "Lagi di skors, Pak," ucapnya terdengar santai padahal itu tandanya ia tidak akan menerima pelajaran di sekolah, dan artinya ia akan ketinggalan materi."Oalah. Nak Atlan mau masuk? Biar bapak bukakan gerbang?" Pak Joko memegang gembok gerbang, s
Meja makan mewah di kediaman Prayoga yang biasanya hanya diisi empat orang kini bertambah menjadi enam orang karena kehadiran Elvina dan Yasmin yang sedang melakukan sarapan.Hari ini adalah hari pertama Neira dan Atlan di skors sehingga mereka tidak bisa datang ke sekolah. Tapi, keduanya tetap berpakaian rapi karena akan mengunjungi suatu tempat."Kalau sudah selesai sarapan langsung bergegas. Takut di jalan macet dan kita akan kesiangan," ujar Haidar. Seperti biasa ia selalu menjadi orang pertama yang menyelesaikan sarapannya.Pria itu keluar dari ruang makan meninggalkan Frida, Elvina, Neira, Atlan, dan Yasmin yang masih belum menghabiskan makanan mereka. Terlebih Elvina yang belum makan apapun karena Yasmin tiba-tiba merengek ingin disuapi."Neira sudah selesai, Ma. Biar Neira yang suapin Yasmin. Lalu Mama makan," kata Neira usai menenggak sisa susu hangatnya."Tidak usah. Sebaiknya kamu langsung bersiap. Nanggung makanan Yasmin t
Elvina keluar dari kamar tamu di kediaman Prayoga usai membersihkan diri. Untuk sementara waktu ia dan Yasmin akan menginap di sana karena akan mengurus beberapa hal bersama Haidar dan Frida. Wanita itu juga tidak akan kembali lagi ke Beijing sebab urusannya di sana sudah selesai.Saat ini Elvina tengah berjalan menuju ruang kerja Haidar ketika Yasmin datang menghampirinya."Mama, temenin Yasmin main boneka," rengek gadis itu. Sejak tadi ia hanya berkeliling mencari orang yang bisa menemaninya bermain.Karena Haidar dan Frida sudah menunggu, tentu saja Elvina tidak bisa menuruti permintaan putrinya itu."Mama lagi ada pekerjaan, Sayang. Main sama yang lain aja, yah?" Kebetulan Sekar lewat dan wanita itu langsung memanggilnya. "Sekar, apa kamu sibuk?"Perempuan itu mendekat. "Tidak, Nyonya. Hanya ingin membawa ini ke dapur," jawabnya."Kalau begitu saya minta tolong kamu temani Yasmin bermain yah, saya ada pekerjaan," ujar Elvina.Seka