Suara bel penanda istirahat yang berbunyi nyaring menarik perhatian Neira dari buku. Pandangannya beralih memperhatikan kondisi perpustakaan yang mulai ramai didatangi siswa-siswi. Entah karena mereka ingin membaca buku seperti yang dilakukannya, mengembalikan dan meminjam buku, atau sekedar menikmati penyejuk ruangan plus WiFi gratis.
Neira yang sejak tadi duduk di sudut perpustakaan menutup novel yang sejak tadi dibacanya. Ia memutuskan untuk kembali ke kelas setelah menghabiskan jam pelajaran yang kosong dengan menenangkan diri di sana.
Karena novel bersampul putih itu belum selesai ia baca, Neira memutuskan untuk meminjam dan membawanya pulang. Supaya ia tidak perlu menunggu sampai hari esok untuk bisa membacanya.
Sebelum keluar Neira harus melapor terlebih dahulu kepada penjaga perpustakaan bahwa ia ingin meminjam buku lalu menuliskan namanya di catatan milik Mbak Anggun agar ada bukti peminjaman.
Mbak Anggun menyapa Neira ramah, seolah kejadian bebe
Sejak tanggal pernikahan Atlan dan Neira ditentukan, keduanya menjadi sering bertemu. Terhitung sudah tiga hari Neira berangkat dan pulang sekolah bersama Atlan.Kemarin mereka baru saja selesai mengurus surat-surat untuk pernikahan, dan hari ini mereka akan mengurus pakaian yang akan digunakan ketika akad nikah.Sepulang sekolah, Atlan kembali menunggu Neira di tempat mereka biasa bertemu yaitu halte yang berada tidak jauh dari Pelita Husada. Cowok itu sudah menunggu selama kurang lebih lima belas menit, namun Neira belum juga menampakkan batang hidungnya.Sudah tidak terhitung berapa puluh panggilan yang dilakukan Atlan, tapi tetap tidak ada jawaban, begitu juga dengan pesan yang dikirimnya belum dibaca sama sekali oleh Neira. Atlan baru saja berpikir untuk menghampiri Neira kembali ke sekolah, jika saja dari kejauhan ia tidak melihat gadis itu berlari ke arah mobilnya."Lo dari mana aja, kita udah terlambat," kata Atlan menyambut kedatangan Neira.
🥀KISAH DI PENGHUJUNG SMA (27)Atlan berlari, mengejar bola, lalu menendangnya lagi sampai masuk ke gawang dengan mulus tanpa hambatan. Sementara Neira yang duduk di kursi pinggir lapangan futsal tempat di mana Atlan bermain hanya diam sambil memperhatikan cowok itu.Neira sering menonton pertandingan futsal Atlan. Tapi dalam bentuk lomba atau turnamen dan cowok itu tidak bermain sendiri melainkan bersama teman-temannya dalam bentuk team.Sudah satu jam Atlan bermain tanpa henti dan sudah tidak terhitung berapa gol yang dicetaknya karena bermain seorang diri.Setelah menendang bola dari jarak tiga meter dan berhasil memasukkannya ke dalam gawang, Atlan menghentikan permainan lalu menepi untuk menghampiri Neira.Melihat Atlan berjalan ke arahnya, Neira berdiri untuk menyodorkan air mineral yang dibelinya ketika dalam perjalanan menuju ke sana."Minum dulu, nih," katanya.Atlan menerima air itu sambil mengucapkan terima kasih, lal
Jam menunjukkan pukul delapan. Tak seperti malam Minggu sebelumnya, di mana Neira seringkali menghabiskan waktu dengan membaca buku atau menonton film di laptop. Sabtu malam kali ini ia hanya berdiam diri di kamar.Bukan benar-benar diam seperti tidak bergerak. Nyatanya ia tengah duduk bersandar di kepala kasur sambil sesekali membalas pesan yang dikirim Wawa.Tadinya, Wawa ingin mengajak Neira keluar untuk menonton atau sekedar nongkrong di cafe, namun dengan alasan sedang nyeri perut karena haid, gadis itu berhasil menolak.Tapi, alasan yang sebenarnya adalah Neira tidak mungkin keluyuran malam-malam di saat besok adalah hari pernikahannya.Tanpa terasa dua Minggu sudah berlalu. Tinggal menghitung beberapa jam lagi maka status Neira yang awalnya adalah seorang pelajar akan berganti menjadi seorang istri.Kenyataannya seperti sulit dipercaya, namun itulah yang sebenarnya. Dan, sudah sangat terlambat jika ingin menyesal dengan keputusan yang sudah
Neira melihat pantulan dirinya di depan cermin. Beberapa menit yang lalu penata rias yang membantunya berdandan keluar dari kamar usai menyelesaikan pekerjaannya. Gadis itu diam cukup lama sebelum bibirnya menyunggingkan senyum. Ada rasa takjub sekaligus tidak percaya bahwa yang terlihat di cermin adalah bayangan dirinya.Jika make up calon pengantin biasanya tebal dan menor, Neira justru meminta kebalikannya. Dan MUA pilihan Frida berhasil menghasilkan look yang diinginkan gadis itu.Untuk menutupi wajah putih pucat Neira, penata rias masih menggunakan foundation lalu dilapisi bedak yang dipoles secara tipis. Alis Neira yang sudah cukup tebal hanya dirapikan sedikit menggunakan concealer. Lalu pada bagian pipi dibuat bersemu dengan sentuhan blush on. Hidung Neira yang dasarnya sudah mancung lebih diperjelas dengan efek shading. Dan yang terakhir adalah bibir. Karena usia Neira masih muda, lipstik yang digunakan pun berwarna lembut. Penata rias memberikan aksen ombre d
Hari sudah beranjak sore. Kediaman Prayoga yang tadi ramai berangsur sepi. Para tamu yang hadir di acara akad nikah Atlan dan Neira sudah kembali ke rumah masing-masing setelah menikmati jamuan makan siang yang disiapkan oleh Frida.Pernikahan Atlan dan Neira memang dilaksanakan secara tertutup dan sederhana. Tapi tentu saja mereka tidak akan membiarkan para tamu yang datang pulang dengan perut kosong.Karena acaranya sudah selesai, para asisten rumah pun mulai membersihkan dan merapikan kembali ruang tamu yang sempat disulap menjadi ruang dilaksanakannya akad nikah Atlan dan Neira.Jiwa rajin yang tersemat pada diri Neira membuat gadis itu tidak tinggal diam. Sejak tadi ia sudah sibuk melayani para tamu, meski sempat mendapat larangan dari Frida dan Neira.Hari ini adalah hari bahagia gadis itu. Seharusnya ia yang dilayani, bukan sebaliknya. Tapi, bagi Neira tetap tidak ada bedanya. Ia senang bekerja dan membantu orang. Tidak peduli bagaimana kondisinya.
Tidak ada hal yang lebih menyenangkan bagi seorang Aydin selain bunyi bel istirahat tanda berakhirnya pelajaran.Aydin menjadi orang pertama yang keluar dari kelas dua belas IPA 1 menyusul guru biologi yang tadi mengisi pelajaran di kelas itu. Tujuan utamanya tentu adalah kantin untuk memberi makanan para cacing peliharaan di dalam perut yang sudah mendemo sejak tadi.Langkah Aydin yang seharusnya menuju tangga untuk turun ke kantin di lantai dua terhenti. Kemudian ia kembali berbelok menuju kelas ketika menyadari sejak tadi ia berjalan seorang diri."Pantas gue ngerasa berat sebelah jalannya. Ternyata Lo masih nangkring di sini." Aydin bersidekap di depan pintu. Memandang seorang cowok yang masih duduk santai di kursinya."Woi, Atlan. Gue ngomong sama Lo, jangan pura-pura budek Lo." Karena tidak mendapat respon, akhirnya Aydin kembali masuk ke dalam kelas menghampiri Atlan.Karena Atlan tidak bergerak, Aydin pun mulai menarik tangan cowok itu. "Ay
Dari sekian banyak tempat di SMA Pelita Husada, tetap saja Atlan memilih rooftop untuk bersembunyi. Karena hanya di sana ia tidak perlu takut untuk ditemukan oleh orang lain. Sebab, tidak ada yang suka berkunjung ke tempat itu. Selain karena memang dilarang, tentu tidak ada yang mau dengan bodohnya menjemur diri di bawah sinar matahari langsung.Selain Atlan, mungkin tidak ada lagi siswa yang pernah datang ke rooftop, sebelum hari ini.Saat berhasil melarikan diri dari Aydin dan Wawa yang sedang berdebat di kantin, bukannya kembali ke kelas, Atlan justru mengajak Neira ke rooftop.Tentu saja mereka tidak berjalan secara berdampingan. Jarak yang keduanya ciptakan cukup jauh untuk menghindari kecurigaan orang-orang.Andai saja Atlan tidak memberitahu Neira tempat yang akan ditujunya, mungkin ia akan kehilangan jejak cowok itu.Jika ada tempat yang tidak ingin dikunjungi Neira di sekolah itu, mungkin rooftop menempati urutan pertama. Ia bisa saja berb
Neira demam. Itulah yang dikatakan petugas UKS ketika memeriksa kondisi gadis itu.Penyebab utamanya karena Neira terlalu lama berjemur di bawah terik matahari. Kedua, karena keseringan terkena udara malam yang dingin. Dan alasan paling masuk akalnya adalah Neira kekurangan vitamin.Mendapati dirinya sakit, membuat Neira sadar telah lalai menjaga kesehatan. Ia termasuk orang yang jarang terserang penyakit. Selain karena ia memang benar-benar menjaga pola hidup sehat dengan tidak jajan sembarangan dan rutin olahraga ringan, Neira juga tidak suka berurusan dengan rumah sakit dan obat-obatan.Apalagi sampai harus terbaring di ranjang UKS di saat pelajaran di kelasnya sedang berlangsung.Setelah diberi obat penurun demam, kondisi Neira sudah jauh lebih baik. Ia sudah tidak merasa pusing berlebih sehingga mampu untuk bangun dan berjalan tanpa bantuan.Karena alasan itulah, Neira berniat untuk kembali ke kelas. Dengan terus berada di UKS hanya akan membu