Perjalanan panjang dengan cuaca yang sangat panas siang itu, membuat Neira rasanya ingin membawa motornya terbang dan langsung tiba di depan rumah. Bukan hanya itu, ia juga ingin memborong semua es batu kemudian memasukkannya ke bathtub lalu berendam di sana.
Sungguh, meski kulitnya terlindungi oleh jaket yang tebal, tetap saja panas matahari terasa seperti akan membakarnya sampai ke tulang-tulang. Untung saja gerbang rumahnya sudah terlihat di depan mata. Dan ia pun bisa bernapas lega.
Tidak seperti di sekolah di mana akan selalu ada security yang siap membukakan gerbang. Di rumahnya, Neira harus turun lebih dulu dari motor, lalu menarik gerbang itu terbuka. Setelah masuk, ia kembali harus menutupnya.
Garasi yang terbuka membuat Neira bisa langsung membawa motornya masuk tanpa harus memarkirkan kendaraan itu di depan rumah. Ia juga memilih masuk lewat pintu samping yang langsung tiba di dekat dapur. Tujuannya memang itu, masuk ke dapur lalu mengam
Banyak hal yang bisa terjadi secara tiba-tiba. Termasuk perubahan cuaca dalam sekejap mata. Jika siang hari sangat panas, maka malam hari justru menghembuskan angin dingin hingga menusuk kulit.Di atas meja belajar sudah ada segelas susu coklat hangat yang sengaja dibuat Neira untuk menemaninya mengerjakan tugas.Meski tugas itu dikumpul Minggu depan, tetapi Neira mengerjakannya sekarang untuk mengisi waktu kosong. Selagi ingat ia akan segera mengerjakannya sebelum lupa.Kelima belas soal tugas itu dikerjakan Neira dalam waktu kurang lebih satu jam tanpa istirahat. Jika berhubungan dengan buku dan tugas, Neira seperti tidak akan merasa lelah. Ia justru menganggapnya olahraga tangan karena terus bergerak sepanjang menulis.Neira mengakhiri jawaban terakhir dengan titik. Ia bisa tersenyum lega karena akhirnya tugas itu telah rampung. Dengan ini ia tidak akan merasa gelisah lagi sebab semua tugasnya telah dikerjakan.Buku paket dan buku
Selain takut berbohong, Neira juga takut untuk menyembunyikan hal sekecil apapun dari sahabatnya, Wawa. Karena seperti pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, maka pasti akan tercium juga. Atau alasan lainnya adalah karena Neira benar-benar payah dalam menjaga sikapnya ketika gelisah. Ia selalu menampakkan gerak-gerik yang membuat Wawa curiga bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.Seperti saat ini ketika Wawa mengajak Neira bicara, gadis itu selalu kehilangan fokus dan menjawab dengan terbata-bata. Karena tingkat kepekaan yang dimiliki Wawa begitu tinggi, ia langsung mengklaim bahwa Neira memang sedang tengah memikirkan sesuatu."Gue tau Lo mau ngomong, tapi gue gak tau apa yang buat Lo ragu," ujar Wawa sambil memandangi Neira dengan tangan yang terangkat dan terlipat di depan dada.Sikap Neira sudah aneh sejak tadi pagi ketika gadis itu tiba di sekolah. Tetapi Wawa masih menahan diri agar tidak bertanya. Tetapi
Meski ajakan ke kantin tidak bisa ditolak, Atlan tetap tidak membiarkan Jelita untuk merangkul, memegang tangan, bahkan bergelayut di lengannya. Alhasil gadis itu harus berpuas hati hanya dengan berjalan di samping cowok itu."Gue seneng, akhirnya Lo mau juga gue ajakin ke kantin, meskipun masih ada pengganggu, sih." Jelita melirik Aydin yang sejak tadi berjalan di belakang mereka.Sejak tadi, Aydin berusaha menahan diri agar tidak mengajak Jelita beradu mulut. Tetapi sekarang justru gadis itu yang memancing perdebatan. Dan rasanya Aydin sangat ingin mendorong Jelita menjauh dari Atlan."Lo harusnya bersyukur ada gue. Karena kalo gak, Atlan mana mau ke kantin sama Lo," ujar Aydin yang kini maju untuk mensejajarkan langkah di samping Atlan.Jelita membuang muka dan memilih tidak menanggapi ucapan Aydin. Akhirnya mereka hanya berdiam diri sampai tiba di kantin yang terlihat sudah sangat ramai.Bagai magnet, kedatangan mereka langs
Sebagai bentuk permintaan maaf karena telah membuat Aydin terjebak di kantin bersama Jelita dan harus menerima segala ocehan gadis itu, Atlan berinisiatif untuk mentraktir sahabatnya camilan di minimarket.Setelah berganti pakaian, Atlan kembali meninggalkan rumah di jam tiga menuju gedung futsal tempat ia sering bermain. Hari Jumat sore adalah jadwal Atlan bermain bersama teman-temannya termasuk Aydin.Dulu, ketika masih rutin mengikuti lomba futsal mewakili sekolah, jadwal bermain futsal di gedung itu bisa sampai tiga kali dalam seminggu. Namun sejak berpindah ke kelas dua belas kegiatannya dikurangi agar lebih banyak waktu untuk belajar sebagai persiapan ujian.Di saat Atlan tiba, masih ada dua team yang sedang bermain. Ia pun menggunakan kesempatan itu untuk mengganti kaosnya dengan pakaian olahraga futsal. Di dalam ruang ganti sudah ada Aydin dan beberapa orang yang bergabung di dalam teamnya."Hai, Lan," sapa salah satu teman bermain futsalnya yang
Sesuai janji yang sudah disepakati bersama, hari Minggu Elvina dan Neira akan menemui Haidar di kediaman pria itu. Mereka memilih akhir pekan karena perusahaan dan sekolah sedang libur sehingga banyak waktu untuk bicara.Elvina dan Neira sudah bersiap sejak pagi. Tepat jam sembilan mereka meninggalkan rumah dengan mengajak Yasmin turut serta. Ketiganya berangkat menggunakan mobil yang dikemudikan oleh Elvina. Di kursi penumpang bagian depan diisi oleh Neira, sedangkan Yasmin duduk seorang diri di belakang sambil bermain dengan boneka barbienya.Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara Yasmin yang mengajak bonekanya bicara. Sedangkan Neira, gadis itu lebih banyak diam sejak meninggalkan rumah. Di saat Yasmin mengajak bermain, Neira juga menolak dan mengatakan akan bermain nanti jika pulang ke rumah.Perubahan sikap Neira yang tiba-tiba tentu saja disadari oleh Elvina meski wanita itu fokus menyetir sejak tadi. Ia hanya menunggu kondisi jalanan cukup lenggan aga
Selama ini fungsi mata adalah untuk melihat, dan mulut untuk bicara. Tetapi bagi Atlan dan Neira sepertinya fungsi mata kini adalah untuk menyampaikan sesuatu yang tidak bisa mereka ucapkan melalui mulut.Sejak berdiri di pinggir kolam ikan koleksi Haidar sepuluh menit yang lalu, keduanya hanya saling melempar lirikan. Mereka seolah berlomba dengan ikan-ikan di kolam yang berenang dengan tenang tanpa menciptakan suara. Membuat mereka mampu mendengar tarikan napas masing-masing.Keduanya sudah berada di sana sejak kedatangan Pak Romi. Frida menyuruh Atlan untuk mengajak Neira berkeliling melihat rumah mereka. Tetapi Atlan justru membawa gadis itu ke halaman samping dan bertahan di pinggir kolam ikan itu.Percikan air yang mengenai lengan Neira membuat gadis itu menunduk. Ternyata itu adalah hasil perbuatan Atlan yang melempar kerikil ke dalam kolam membuat air itu menciprati lengannya.Neira memandang Atlan dengan dahi mengkerut. "Lo emang hobi b
Setelah kejadian di rumah Atlan kemarin, pikiran Neira menjadi penuh. Tidurnya tidak nyenyak dan ia menjadi lebih banyak melamun. Ketika pulang ke rumah, Neira kembali membahas masalah itu dengan Elvina. Ia bertanya apakah mamanya tahu. Tetapi, ternyata almarhum papanya memang belum membahas hal itu kepada Elvina apalagi sampai menyinggung masalah perjodohan. Elvina sendiri belum memutuskan apapun atau memberi jawaban kepada Haidar dan Frida. Karena hal itu menyangkut Neira, ia pun menyerahkan segala keputusan kepada putrinya. Karena hal itu kini Neira menjadi dilema. Tentu saja pernikahan tidak pernah terlintas di dalam pikiran Neira untuk saat ini. Ia masih berusia tujuh belas tahun, masih sekolah, masih belum kuliah, atau merasakan rasanya bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Jika ditanya apakah ia ingin menikah, sudah pasti jawabannya adalah ingin. Tapi, belum untuk saat ini. Jika saja ingin menuruti egonya, Neira pasti sudah meno
Pelita Husada hanya memberlakukan jam pelajaran hingga pukul satu siang dan bel pulang akan otomatis berbunyi jika sudah tiba waktunya. Sekolah sudah bubar sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi Neira masih berada di perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya tiga hari lalu. Seharusnya proses pengembalian buku itu tidak memakan cukup banyak waktu jika saja Mbak Anggun, penjaga perpustakaan itu tidak mengajukan banyak pertanyaan seolah sedang mengintrogasi Neira. "Benar yah, Nei. Kamu tidak punya hubungan apa-apa sama Atlan. Ini karena kamu langganan perpus makanya Mbak percaya," ujar Mbak Anggun mengajukan pertanyaan yang sama sejak tadi. Sejak pertanyaan itu diajukan, jawaban Neira tidak pernah berubah. "Iya Mbak Anggun, aku sama Atlan cuma teman. Waktu itu kami disuruh kerjain sesuatu, makanya pergi bersama." Neira harus sedikit berbohong demi kebaikannya. Ia juga berharap bisa pergi dari perpustakaan sesegera mungkin. "Mbak, aku sudah bo
Kabar kelulusan Atlan dan Neira sudah sampai di telinga orang tua mereka. Di hari itu juga Haidar langsung merencanakan pesta kecil-kecilan. Namun, karena waktunya mendadak, mereka pun memutuskan untuk mengadakan pesta barbeque.Di halaman belakang kediaman Prayoga kini sudah diatur menjadi area untuk makan malam. Ada meja panjang dengan beberapa kursi juga yang tertata rapi di tengah halaman.Jika tahun lalu mereka selalu merayakan kenaikan kelas Atlan hanya bertiga, kini rumah itu menjadi begitu ramai. Bukan hanya karena kehadiran Neira, Elvina, dan Yasmin, tapi Wawa serta Aydin turut diundang.Jam delapan malam mereka sudah memulai. Atlan dan Aydin lah yang bertugas untuk memanggang daging sedangkan Neira dan Wawa menyiapkan nasi di meja. Lalu untuk para orang tua hanya tinggal menikmati."Ini apinya gak bisa dibesarin lagi apa? Udah ngiler banget gue," kata Aydin tak sabar melihat daging yang sudah matang menyeruakkan bau sedap."Kalo mau hangu
Neira yang awalnya ingin ke dapur terpaksa harus membelokkan langkahnya ketika mendengar suara bel berbunyi. Saat membuka pintu ia terkejut dengan kehadiran dua orang yang berdiri di hadapannya sambil memasang cengiran. Kening Neira mengkerut. "Kalian datang berdua?" "Enggak seperti yang Lo pikir." Wawa langsung mengelak atas apapun yang mungkin Neira pikirkan ketika melihatnya datang bersama Aydin. "Dia yang ngikutin gue." "Kepedean Lo. Gue ke sini buat ketemu Atlan. Nei, Atlan ada, kan?" tanya Aydin kepada Neira. Neira yang masih berusaha mengerti situasi hanya bisa mengangguk. "Ya kenapa Lo mau ketemu Atlan pas banget gue datang ke sini. Kan Lo bisa datang besok atau lusa gitu." "Suka-suka gue, lah. Yang punya rumah juga gak permasalahin gue mau datang kapan." Aydin langsung bergegas masuk ketika melihat Wawa membuka mulutnya. "Gak sopan main nyelonong masuk tanpa izin," teriak Wawa yang berhasil terpancing emosi oleh Aydin.
Mobil Atlan berhenti di depan teras rumah disusul mobil yang membawa Frida dan Elvina selanjutnya.Atlan buru-buru melepas safety belt-nya, lalu keluar dari mobil. Ia berputar menuju pintu bagian penumpang lalu menuntun Neira turun dari kursinya.Frida serta Elvina yang juga sudah turun dari mobil menunggu keduanya di teras dan akan bersama-sama masuk ke dalam rumah. Tapi, belum sempat mereka melewati pintu tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang."Berhenti!"Semua orang sontak berbalik lalu terkejut mendapati keberadaan Jelita di sana."Jelita, sedang apa kamu di sini?" tanya Elvina heran.Pikiran Frida penuh akan pertanyaan tentang siapa gadis yang berdiri di depan mereka saat ini, dan pertanyaan itu langsung terjawab ketika Jelita angkat bicara."Kenapa Tante penjarain papa Jelita?" Suara Jelita tinggi sarat akan kemarahan. "Apa belum cukup, dengan kepergian Mama, sampai Tante juga mau pisahin Papa dari aku?"
Elvina mengakhiri pembicaraannya bersama Frida di telepon. Baru saja besannya itu memberikan informasi bahwa Bagaskara sudah ditangkap dan kini berada di kantor polisi.Seketika ia tidak tahu bagaimana perasaannya, antara ingin senang atau sedih.Bagaskara memang sudah dilaporkan atas dua tuduhan. Yaitu sengaja mencelakai Ferdinand serta melakukan penipuan atas pembelian saham perusahaan pria itu.Namun, yang melaporkannya adalah Haidar dan Frida. Sebab, Elvina merasa tidak tega melawan kakak iparnya sendiri di pengadilan nanti.Sekarang ia pun kebingungan mencari cara untuk mengatakan kepada Neira, sebab gadis itu sama sekali tidak tahu rencana pelaporan omnya tersebut.Saat ini Neira sedang menemani Yasmin bermain di ruang keluarga. Dan ia pun terpaksa harus mengganggu aktivitas kedua putrinya.Ketika membuka pintu, Elvina mendapati Yasmin duduk melantai bersama beberapa boneka barbie-nya. Sedangkan Neira berada di sofa sambi
Atlan sudah rapi dengan pakaiannya, kini ia sedang menunggu Neira di ruang tamu. Hari ini mereka akan mendatangi book shop untuk membeli beberapa buku persiapan ujian. Meski mereka di skors dan tidak menerima pelajaran dari sekolah, keduanya tetap bisa belajar dari rumah.Sebenarnya perasaan Neira masih belum membaik setelah kejadian kemarin, tapi Atlan berusaha menghibur gadis itu dengan cara mengajaknya jalan-jalan. Dan, ide brilian Atlan yang tidak mungkin ditolak oleh Neira adalah dengan membeli buku. Sebab, gadis itu selalu menyukai hal yang berhubungan dengan buku.Tak seberapa lama kemudian Neira datang dengan setelah dress selututnya. Hal yang sempat membuat Atlan terdiam beberapa saat karena terkesima. Atlan tidak bisa mengelak bahwa penampilan Neira saat ini sangat cantik."Duh, cantiknya menantu bunda. Mau ke mana, jalan-jalan, yah?" Frida yang datang dari arah taman samping menghampiri keduanya."Kami mau beli buku, Bunda," jawab Neira sedikit
Setelah kepergian Bagas, mereka kembali ke ruang kerja Ferdinand. Tapi, hanya Neira, Elvina, dan Frida karena Haidar sudah pulang lebih dulu untuk pergi menemui kliennya.Sejak tadi Neira sudah menahan rasa penasarannya. Baik Elvina maupun Frida menyadari hal itu tapi tetap berpura-pura tidak tahu. Sampai akhirnya Neira pun menuntut penjelasan, dan keduanya tidak bisa mengelak lagi."Aku ngerasa Mama sama Bunda lagi nutupin sesuatu." Neira memandang Elvina dan Frida secara bergantian. Di mana kedua wanita itu pergi ke tempat berbeda. Jika Frida kembali ke sofa untuk duduk, Elvina sendiri menghampiri meja kerja Ferdinand untuk melakukan panggilan kepada Nimas."Apa yang kalian sembunyiin? Dan kenapa aku gak dikasih tau?" tanyanya."Neira, duduk sini. Kamu gak capek berdiri terus?" panggil Frida. Ia mengambil salah satu cangkir kopi susu yang tadi dibawa OB. Meski sudah tidak sehangat tadi, ia tetap meminumnya.Neira menurut tanpa banya
Atlan memarkirkan mobilnya di depan gerbang Pelita Husada. Namun, jika biasanya ia datang untuk belajar, kali ini ia hanya datang untuk menemui Aydin setelah mengatur janji temu di jam istirahat.Arloji Atlan sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang tiga menit, di mana tandanya sebentar lagi jam pelajaran kedua akan berakhir.Atlan keluar dari mobil saat melihat Pak Joko sudah duduk di depan gerbang. Biasanya ketika hampir istirahat, security Pelita Husada itu memang selalu siaga menjaga gerbang dari siswa-siswi yang berniat bolos.Pak Joko yang melihat kehadiran Atlan mengapa lebih dulu. "Hari ini gak sekolah, Nak?" tanyanya ketika melihat Atlan hanya mengenakan pakaian biasa.Atlan tersenyum. "Lagi di skors, Pak," ucapnya terdengar santai padahal itu tandanya ia tidak akan menerima pelajaran di sekolah, dan artinya ia akan ketinggalan materi."Oalah. Nak Atlan mau masuk? Biar bapak bukakan gerbang?" Pak Joko memegang gembok gerbang, s
Meja makan mewah di kediaman Prayoga yang biasanya hanya diisi empat orang kini bertambah menjadi enam orang karena kehadiran Elvina dan Yasmin yang sedang melakukan sarapan.Hari ini adalah hari pertama Neira dan Atlan di skors sehingga mereka tidak bisa datang ke sekolah. Tapi, keduanya tetap berpakaian rapi karena akan mengunjungi suatu tempat."Kalau sudah selesai sarapan langsung bergegas. Takut di jalan macet dan kita akan kesiangan," ujar Haidar. Seperti biasa ia selalu menjadi orang pertama yang menyelesaikan sarapannya.Pria itu keluar dari ruang makan meninggalkan Frida, Elvina, Neira, Atlan, dan Yasmin yang masih belum menghabiskan makanan mereka. Terlebih Elvina yang belum makan apapun karena Yasmin tiba-tiba merengek ingin disuapi."Neira sudah selesai, Ma. Biar Neira yang suapin Yasmin. Lalu Mama makan," kata Neira usai menenggak sisa susu hangatnya."Tidak usah. Sebaiknya kamu langsung bersiap. Nanggung makanan Yasmin t
Elvina keluar dari kamar tamu di kediaman Prayoga usai membersihkan diri. Untuk sementara waktu ia dan Yasmin akan menginap di sana karena akan mengurus beberapa hal bersama Haidar dan Frida. Wanita itu juga tidak akan kembali lagi ke Beijing sebab urusannya di sana sudah selesai.Saat ini Elvina tengah berjalan menuju ruang kerja Haidar ketika Yasmin datang menghampirinya."Mama, temenin Yasmin main boneka," rengek gadis itu. Sejak tadi ia hanya berkeliling mencari orang yang bisa menemaninya bermain.Karena Haidar dan Frida sudah menunggu, tentu saja Elvina tidak bisa menuruti permintaan putrinya itu."Mama lagi ada pekerjaan, Sayang. Main sama yang lain aja, yah?" Kebetulan Sekar lewat dan wanita itu langsung memanggilnya. "Sekar, apa kamu sibuk?"Perempuan itu mendekat. "Tidak, Nyonya. Hanya ingin membawa ini ke dapur," jawabnya."Kalau begitu saya minta tolong kamu temani Yasmin bermain yah, saya ada pekerjaan," ujar Elvina.Seka