Semua Bab Diary Istri CEO: Bab 81 - Bab 90
105 Bab
Dari Sketsa 2
Satpam kantor merasa keheranan melihat kedatangan Rahman dan Bayu mendadak malam-malam. Langkah tegak mereka membuat satpam yang bertugas langsung memberikan hormat.             Rahman seperti biasa hanya mengangguk tidak banyak menyapa setiap satpam yang bertugas, kecuali jika memang ada yang perlu ditanyakan barulah Rahman akan membuka mulutnya.             Lift terus naik ke atas gedung lantai tujuh. Bayu masih diam dan sigap di belakang Rahman. Meski terkadang matanya juga terasa berat sekali karena malam yang seharusnya bisa untuk istirahat tapi dia tetap setia bekerja untuk majikannya.             Pintu lift terbuka, Rahman melangkah dengan kaki jenjanganya keluar dari dalam lift. Sementara Bayu masih sigap di belakang Rahman.          &nb
Baca selengkapnya
Mulai Mengetahui
Beberapa hari kuamati sikap dari suamiku. Bukan aku menuduh atau punya firasat kalau dia mempunyai wanita lain di luar sana. Karen hati kecilku sudah yakin, Rahman bukan orang yang dulu lagi.            Perubahan secara fisiknya itulah aku bisa mengetahui apa yang sedang disembunyikan. Meskipun dia belum mau mengatakannya, tapi aku dapat merasakan sakit yang dia simpan.            Saat itu di kantor sedang jam sibuk-sibuknya. Aku tetap memperhatikan sikap Rahman. Kerap sekali dia memalingkan wajahnya untuk menutupi lelah di matanya. Aku yakin itu bukan karena merasa mengantuk.            Di rumah pun aku bersikap seperti biasa. Tidak ada yang kutunjukkan sikapku yang membuatnya merasa curiga. Perlakuan Rahman yang seolah dibuat baik-baik saja, masih bisa kumaklumi. Namun aku tetap mencari cara unt
Baca selengkapnya
Nikmat Malam
Pov Aisyah Ujian datang bertubi-tubi di saat aku belum siap seutuhnya. Setelah kepergian mbok Darsih, waktu ini seakan berhenti sejenak. Masih kupandangi koper yang semalam sudah ditata rapi oleh suamiku.“Mommy…”“Iya, sayang…”Kupandang wajah polos buah hatiku dan Kuwat. Hati kecilku mengatakan untuk tetap strong karena mereka adalah tanggung jawab yang harus kuperhatikan.“Where is Daddy?”“With Om Bayu.” Jawab Bilal dan Kuwat.Kutinggalkan anak-anak di kamar dan pergi mencari Rahman. Di sebuah kamar yang jarang digunakan semenjak mertuaku belum lagi berkunjung ke Indonesia, terdengar suara yang tidak asing di telinga.Kutahan tangan untuk membuka pintu. Bukan bermaksud menguping namun hati kecilku merasa penasaran. Entah kenapa, jiwa kepo dalam hati ini gampang sekali untuk muncul di saat yang seharusnya tidak perlu.Suara itu tidak terlalu j
Baca selengkapnya
Holiday
Pov Aisyah             Rencana yang telah disusun kini berubah. Holiday yang di-planing tidak lagi sama seperti awal. Dua minggu setelah menunda waktu. Kepergiaan mbok Darsih secara mendadak membuat kami harus lebih menjaga perasaan.            Kini, tenaga dan sedikit kekuatan perlahan menyatu. Kondisi Kuwat juga sudah stabil. Dia bisa ceria bersama Bilal. Dua anak selalu bermain bersama dan saling menyayangi. Dari lubuk hati kecilku, aku tidak ingin Kuwat merasa kahilangan kasih sayang.            Selesai Subuh, sudah kupastikan bawaan yang harus dibawa sudah siap. Sementara Rahman masih menyelesaikan pekerjaan terakhir yang harus diselesaikan hari ini supaya tidak mengganggu waktu liburan di Singapura.            &ldquo
Baca selengkapnya
Holiday 1
Rahman memijat pelan kelopak matanya. Dari depan pintu, Aisyah memperhatikan. Bukan karena factor bertambahnya usia, keletihan yang terpancar dari mata Rahman. Lubuk hati kecil Aisyah sangat yakin, jika suaminya mempunyai rahasia yang tidak ingin diketahuinya.            “Mas…” Aisyah berjalan pelan menghampiri suaminya.            “Sayang, anak-anak mana?”            “Katanya mau istirahat dulu. Ibu juga menyuruhku untuk istirahat dulu.”            “Kamu pasti juga capek kan sayang?”            Rahman menggapai tangan Aisyah dan memangkunya. Laki-laki blesteran itu memang sungguh romantis, pandai mengambil hati. Setiap
Baca selengkapnya
Holiday 2
Dari jarak yang dekat bahkan sangat dekat sekali. Bayu menangkap senyum Aisyah lebih manis. Hatinya merasa sedikit berdebar. Bayu menjadi ingat akan pembicaraannya dengan majikannya. Rahman sudah merencanakan holiday ini dengan baik.            “Cintai istriku dan anak-anakku.”            “Maksud Tuan?”            “Setelah aku pergi kamu akan paham.”            Yah. Tentu saja tidak mungkin Rahman akan ikhlas jika ada laki-laki lain di hati Aisyah. Namun takdir adalah ketetapan Tuhan. Dan semua ini adalah jalan terbaik. Bayu mengalihkan pandangan melihat kedatangan ibu Reta.            “Aisyah…”   
Baca selengkapnya
Holiday 3
Keluarga Wijayanto sudah siap untuk makan malam bersama di sebuah restoran ternama yang telah dipesan oleh ibu Reta. Anak-anak tampak sangat gembira sekali. Bilal dan Kuwat berjalan bergandeng tangan. Bayu tak lengah untuk menjaga dua bocah itu supaya tidak terpisah dan tidak menyebabkan kerusuhan di tempat umum. Walau anak-anak sebenarnya dapat menyesuaikan diri tidak banyak pecicilan.            Untuk kesekian harianya, Aisyah memperhatikan wajah suaminya yang perlahan dia rasakan mulai redup. Pancaran dari aura matanya tidak seperti dulu. Bahkan sekarang ini, Rahman lebih intens dengan Bayu. Seakan-akan sebuah rahasia penting dikantongi oleh Bayu.            Di meja yang telah disiapkan pelayan, mereka menanti menu yang telah dipesan. Bilal dan Kuwat masih asik bercengkrama dengan Bayu. Kedekatan mereka dengan Bayu, tidak lazim. Aisyah takut jika kasih say
Baca selengkapnya
Holiday 4
Malam sangat indah sekali. Kamar ber-AC menjadi lebih panas dengan gairah yang mulai menguasai jiwa. Aisyah memegang wajah suaminya. Napas yang sangat dekat dan menyatu dalam menghirup oksigen.            Dipandangnya mata Rahman yang terus memancar gairah. Aisyah hanya mampu memejamkan mata saat Rahman mengambil oksigen dari mulutnya. Secara perlahan, Rahman memberikan sensasi untuk istrinya. Tidak diragukan lagi dengan kemampuan Rahman.            Dua manusia yang telah sah dalam ikatan cinta, berada di dalam selimut untuk melepaskan calon-calon penerus anak-anak shaleh dan shalehah. Aisyah mengerang, sentuhan Rahman membuatnya tidak kuat untuk menahan. Akhirnya Rahman pun perlahan membuat istrinya tidak menunggu lagi. Seluruh kekuatannya dia keluarkan hingga akhirnya tubuh Rahman berada di atas tubuh Aisyah sambil membuang napasnya.  &nbs
Baca selengkapnya
Holiday 5
           Awan putih berarak tampak sangat cerah sekali. Bilal dan Kuwat bersama-sama mengayuh sepeda bersama ayah dan kakeknya. Bayu yang baru saja sampai mengantar air putih langsung siap siaga. Liburan ke Singapura bukan menjadi impiannya. Namun takdir juga yang mengantarkan ke negeri orang ini.            Angin laut bertiup sangat menyejukkan pikiran dan hati. Ada perasaan tenang dan damai memandang deru ombak yang bagaikan berlarian mengejar satu sama lain. Aisyah duduk di atas bebatuan yang tertata. Memandang jauh ke negeri seberang.            “Aisyah…”            “Iya, Mom.”            Aisyah menolehkan wajahnya melihat ibu mertuanya duduk di sebelahnya. Bersama-sama
Baca selengkapnya
Holiday 6
Suara yang tidak asing lagi di telinga Aisyah. Dia memanggil istrinya dengan sebutan sayang yang berkharismatik.            “Sayang…”            Aisyah yang sedang memikirkan Rahman dari tadi sedikit terobat. Kegelisahan tidak lagi bersarang di dalam hatinya.            “Sudah pulang, Mas?”            “Iya, anak-anak kemana?”            “Tadi sama Bayu, mungkin sudah tidur.”            Padahal Aisyah juga belum pasti, apakah anak-anak tertidur atau masih main. Jarum jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Terlihat letih di kelopak Rahman.  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status