Semua Bab Gadis Penari Sang Presdir: Bab 41 - Bab 50

298 Bab

41. Memamerkanku

“Aku sebenarnya cuma mengikuti apa maumu, Sahara. Kamu yang pernah mengatakan akan memaksakan diri untuk tidur denganku. Aku tak pernah memaksa siapa pun. Aku juga berjanji akan pelan-pelan. Aku tak keberatan kalau kamu mau tidur di kamarku kapan pun,” tukas Roy.   Sahara mengatupkan bibirnya. Benar, pikirnya. Dia yang mengatakan pada Roy soal belum memiliki perasaan apa pun. Memang benar. Dia tak ada perasaan apa pun. Tapi mengingat kalau Roy sudah mengatakan cinta dan menikahinya, dia merasa tak suka jika diabaikan pria itu. Dia beranggapan kalau Roy harus bertanggung jawab dengan semua hal yang dikatakannya.   Bukankah laki-laki itu yang dipegang ucapannya?   Napas Sahara masih sedikit terengah dan tubuhnya masih terbaring menatap Roy. Semakin dilihat, Roy ternyata semakin tampan. Satu set jas berwarna abu-abu terlihat begitu pas di tubuhnya. Pandangan Sahara turun ke bagian lengan Roy yang kemarin dilihatnya terluka.
Baca selengkapnya

42. Mendengarmu Bercerita

Sebelum tiba di parkir basement, awalnya Roy hanya duduk diam di sebelah Sahara. Dia berharap perjalanan itu berlangsung singkat. Tapi ketika melihat Sahara meremas tangannya di pangkuan dan berkali-kali mengecek gaunnya, Roy mulai tertarik dengan yang dipikirkan Sahara saat itu. Saat menemukan Sahara tujuh tahun yang lalu, Roy membiarkan gadis itu hidup tenang sembari memperhatikan ke mana pengasuhnya berpindah tempat. Sahara melalui masa SMA-nya di sebuah sekolah swasta bermodal beasiswa palsu yang berhasil diberikan Roy melalui SMP-nya terdahulu. Roy mengamati Sahara tumbuh menjadi seorang gadis miskin yang pemberani. Menginjak usia tujuh belas tahun, pengasuhnya pingsan saat bekerja di rumah salah satu tetangganya. Wanita tua itu kelelahan. Wanita yang belum pernah menikah itu adalah seorang asisten rumah tangga yang dibawa ibu Sahara dari kampung halamannya. Sebuah alasan yang masih belum diketahui oleh Sahara, kenapa almarhuma
Baca selengkapnya

43. Alasan Memelukmu

“Om, memangnya kita udah reservasi? Yang duduk di depan biasanya bukan orang sembarangan. Miss Nancy bilang mereka rata-rata pengusaha. Pejabat juga kadang-kadang. Bulan lalu malah ada artis senior yang datang.” Sahara berbicara sambil melihat wajah Roy yang masih menggenggam tangannya.   “Kamu tadi memanggilku ‘Sayang’,” ucap Roy.   “Biar kita keliatan kaya—maksudku agar kita terlihat seperti pasangan suami-istri sungguhan,” tukas Sahara memperbaiki ucapannya.   “Kita memang suami-istri sungguhan. Tapi kamu tadi masih terlihat terintimidasi oleh Inke. Harusnya kamu lebih percaya diri. Jangan lupa … kamu adalah istri Presdir the Smith’s Project.” Roy menggenggam tangan Sahara kembali menyusuri lorong ke arah luar. Menuju bagian depan yang di sisi kanannya terletak pintu utama yang mengarah ke sebuah hall.   “Tapi tadi aku senang Om masuk dan bawain tas itu,” tukas Sahara.   Roy m
Baca selengkapnya

44. Hasratmu

Roy menghabiskan sisa cognac di gelas, lalu kembali menuangkan setengah gelas dan memasukkan tiga butir es batu ke dalamnya. Sahara masih berdiri memeluk lengannya yang melingkar di perut gadis itu. Saat meneguk minuman, Roy melihat Inke melontarkan tatapan sinis sebelum bergantian dengan seorang penari lain untuk melakukan pole dance. Tatapan Inke barusan pasti ditujukan untuk Sahara. Sejak tadi, Roy tak henti menciumi bahu dan lengan Sahara. “Minum,” pinta Roy, mengangkat gelasnya ke hadapan Sahara yang masih menonton tarian yang semakin lama semakin panas. “Perutku mual kalau minum alkohol,” sahut Sahara. “Air putih aja,” ucapnya lagi, menoleh meja mereka. Roy meletakkan gelasnya dan mengambil sebotol air mineral dan membukanya untuk Sahara. Gadis itu meneguk setengah botol kecil air putih dan mengerling Roy. “Ternyata benar menikmati,” ucap Sahara saat melihat
Baca selengkapnya

45. Benarkah Pelampiasan ?

Roy menatap sepasang mata lebar yang sesaat lalu menciumnya dengan penuh nafsu. Mata yang secara mengejutkan menunjukkan keberaniannya. “Kamu memang penuh kejutan,” bisik Roy dengan suara parau. Tangan kirinya memeluk pinggang Sahara yang berada di atas pangkuan dan tangan kanannya sudah menurunkan tali gaun gadis itu ke lengannya.   Napas Sahara terengah pelan, matanya masih menelusuri wajah Roy. Sadar dan menikmati kalau tangan kanan Roy, sedang menurunkan cup bra tanpa tali yang menutup dadanya dengan pas. Roy meremas sebelah dadanya, lalu memilin putingnya dengan lembut. Mereka menautkan pandangan, dan Sahara tak sadar membuka sedikit mulutnya saat menikmati ibu jari Roy mengusap keras putingnya. Saat Roy mengitari lingkaran kecil itu berulang kali, Sahara mendesah pelan. Kemudian dia bersandar meletakkan bibir di leher Roy yang kembali dipeluknya.   “Aku sebenarnya mau mencoba di sini. Tapi kamu baru melakukannya sekali. Aku khawatir ka
Baca selengkapnya

46. Teriakanmu

Untungnya kamar itu terletak di lantai dua yang terpisah. Sebuah ruangan tunggal tanpa ada ruangan lain yang bisa dilintasi oleh para pegawai Roy di rumah itu. Kalau tidak, mungkin erangan Roy bakal terdengar sampai ke luar ruangan. Matanya memejam dengan dua tangan mengumpulkan rambut Sahara di belakang kepalanya.   “Kamu sangat cepat belajar,” bisik Roy, memandang Sahara yang mendongak menatap matanya.   Tangan kiri Sahara berada dalam genggaman Roy, dan tangan kanan gadis itu menggenggam benda yang membuat celah di antara kedua pahanya nyeri. Sesuatu yang menurutnya menyakitkan, tapi juga membuatnya lupa akan penderitaan hidupnya selama ini. Roy tak pernah memaksanya. Dia dengan sadar mengikuti permainan Roy dan menikmati sebuah hubungan dewasa.   Sahara menyusurkan lidahnya untuk menggoda Roy. Dan Roy yang gemas akan tingkah gadis itu mengangkat tangan Sahara dan menyesap jemari itu satu persatu. Saat erangan ketidak
Baca selengkapnya

47. Kamu

Pandangan Roy hanya dipenuhi oleh wajah Sahara yang terus menautkan pandangan sambil mengigit bibirnya. “Om—” Tubuh Sahara menjepitnya, seketika Roy mengerang nikmat. “Kamu nggak apa-apa? Aku harus bergerak, jangan tahan aku di sana,” ucap Roy, menyunggingkan senyum tipis. Roy menggeser tubuhnya keluar sedikit, sebelum kembali mendorong masuk, bahkan lebih dalam dari sebelumnya. Sahara begitu hangat dan lembut, juga luar biasa ketat mencengkeramnya. Dengan menyeimbangkan berat di kedua sisi tubuhnya, Roy bergerak maju mundur perlahan. Selembut yang dia bisa. Rasanya lama sekali, namun dia menahan diri untuk tetap bergerak santai, lembut dan tak menuntut. Sementara itu, alkohol yang diteguknya tadi mulai mengisi pikirannya dengan pelepasan yang cepat, liar, dan mendesak. Roy berusaha menyadarkan dirinya dengan segenap tekad. Bahwa gadis yang sedang berada di bawah tubuhny
Baca selengkapnya

48. Jiwaku Yang Abu-abu

Roy merasa lebih dekat dengan Sahara dibandingkan sebelumnya. Namun dia masih menginginkan lebih malam itu. Segenap sel di tubuhnya mendambakan penyatuan tubuh yang sempurna seperti yang mereka raih sesaat yang lalu di atas ranjang. Roy mengabaikan tuntutan gila-gilaan di pangkal pahanya, dan menyisihkan waktu mendengarkan Sahara. Memeluk Sahara seperti saat itu terasa menyenangkan dan damai.   Apa mungkin … dia mulai mencintai Sahara?   Sialan. Cinta. Sejak kapan Roy memasukkan cinta ke dalam salah satu kemungkinan saat mencari gadis itu? Gagasan tentang cinta saja sudah terasa berbahaya dan tidak aman bagi Roy. Selama ini dia menanganinya seperti menghadapi benda berbahaya yang mudah meledak. Tak ada cinta. Roy tak perlu cinta untuk meredam rasa denyut di antara kedua pahanya.   Air mulai mengisi bath tub menggenangi sebatas paha mereka. Di bawah permukaan air, tangan Sahara menggenggam tangan Roy. “Om,” pangg
Baca selengkapnya

49. Mimpi Burukku

Roy merasakan tubuhnya sangat enteng. Ini adalah kali pertama dia tidur memeluk seorang wanita di ranjangnya. Dalam ikatan jelas, sebagai suami istri. Walau tujuannya jauh melenceng dari konsep sebenarnya. Tangannya masih merasakan kulit punggung Sahara yang kehalusannya bagai beludru. Tubuh mereka menyatu di bawah selimut. Tatapannya masih menelusuri wajah Sahara. Sangat cantik, sangat polos, dan begitu memabukkan …. Roy memejamkan mata, meninggalkan suasana kamar sejuk karena hembusan pendingin udara yang disetel sedang. Pikirannya melayang, perlahan masuk ke dalam mimpi yang berusaha dia lupakan. “Pokoknya kamu harus ikut. Ini investor besar, Shel. Perusahaanku semakin berkembang dan investor asing mulai berdatangan. Ini kesempatan kita. Setelah ini semua berhasil, kita akan segera menikah. Aku janji.” Dia duduk di balik meja kerjanya sambil memasukkan segala berkas yang diperlukan untu
Baca selengkapnya

50. Merayumu

Langit belum sepenuhnya terang dan Roy telah memakai setelan lengkapnya untuk pergi ke kantor. Dia melangkah ke kebun belakang dan masuk ke paviliun tempat di mana ibunya berada. Wanita tua itu didapatinya masih tertidur pulas dan seketika terjaga saat dia membelai kepalanya.   “Kamu terlalu sibuk sampai jarang ke sini menjenguk ibu,” ucap ibunya.   Gustika Wijayanti. Wanita sederhana yang menikahi seorang pria berkebangsaan asing 41 tahun yang lalu. Berat badannya hanya tersisa separuh dibanding masa sehatnya dulu. Bagian tubuhnya sebelah kiri tak bisa bergerak karena serangan stroke 13 tahun lalu.   “Sorry, Mam …,” sahut Roy tersenyum.   “Kamu pasti bermimpi buruk lagi. Apa Shelly masih menghantuimu?” Wanita itu meraba punggung tangan Roy.   “Bu … andai dulu aku lebih dulu mencari Shelly, apa gadis itu tetap akan hidup dan menemaniku? Apa aku terlalu sibuk dengan kehilangan rum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
30
DMCA.com Protection Status