Home / CEO / Gadis Penari Sang Presdir / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Gadis Penari Sang Presdir: Chapter 281 - Chapter 290

298 Chapters

281. Firasat Tepat

Beberapa saat sebelum Roy tiba di rumah. Hari sudah malam saat dia dan Novan meninggalkan hotel bintang lima yang dijadikan pilihan klien dari Australia untuk menginap. “Aku kira hanya aku yang bertingkah hanya soal menginap. Klien barusan ternyata lebih menggelikan. Hanya mau menginap di jaringan hotel internasional.” Roy terkekeh-kekeh seraya menggeleng. Novan ikut tertawa sumbang. Baru saja secara tidak langsung Roy mengakui bahwa dirinya sendiri menggelikan. “Apa tadi Rini ada mengirim pesan?” tebak Roy. Saat bicara di lounge hotel, dia melihat Novan mengetik pesan sambil melirik ke arahnya. Ditambah lagi dengan Novan yang mengarahkan kamera ponselnya diam-diam. Jelas sekali asistennya itu sedang melaporkan sesuatu pada istrinya. “Seperti biasa, Sir. Istri Anda berkeliaran sampai ke gedung belakang untuk mengisi waktu luang. Semoga tidak ada masalah dengan foto yang saya kirim tadi. Istri Anda pasti memperbesar foto sampai maksimal. Soalnya wanita penerjemah tadi terlihat ter
Read more

282. Khawatir Lagi

“Tak mau menyentuhku malam ini?” tanya Roy, menekan bokong Sahara saat merangkak di atas wanita itu. “Enggak…enggak. Aku lagi enggak mau menyentuh. Penjelasanmu kurang memuaskan, Pak Roy. Apa benar wanita tadi melirikmu? Yang berambut pirang. Aku kenal sorot mata itu. Itu sorot mata wanita yang menginginkan sesuatu. Dia sedang bernafsu melihatmu. Benar, kan?” tanya Sahara. Roy tergelak seraya menepuk bantalnya sebelum berbaring menghadap Sahara. Bagian kepala mereka sejajar dan mereka saling menatap dengan satu tangan terselip di bawah bantal. “Memangnya sorot mata semacam apa?” tanya Roy, memuaskan diri menatap Sahara yang pipinya sudah kembali terlihat berisi. “Aku tidak memperhatikan soal wanita itu. Aku sudah cukup tua dan tahu diri. Masih banyak pria muda menawan di luar sana. Buat apa dia memandangku,” ucap Roy merendahkan suara. “Buat apa?” lirih Sahara. “Guratan ini ….” Sahara mengusap dahi Roy dengan telunjuknya. “Kukira guratan ini bukan membuatmu tampak jelek. Karena ku
Read more

283. Misteri Hatimu

“Apa hari ini Herbert sudah masuk ke kantor?” tanya Roy saat baru saja menghempaskan tubuhnya di jok belakang. “Sepertinya belum, Sir. Kalau tidak salah dia baru masuk ke kantor besok. Saya dengar orang tuanya sudah lebih baik,” jawab Novan dari balik kemudi. “Hmmm…orang tua Herbert sudah pulih. Tapi apa yang pernah kutanyakan seperti berlalu begitu saja di telinganya,” gumam Roy. “Soal hubungannya dengan Letta? Saya rasa Letta masih bimbang. Herbert juga mungkin masih memikirkan keluarganya. Bagi sebagian orang menikah itu tidak bisa buru-buru di suatu pagi.” Novan meringis. Sedetik kemudian dia mengatupkan mulut karena melihat tatapan tajam Roy dari pantulan spion. “Keluarga? Oke. Aku akan memanggil Letta ke ruangan.” “Apa ini masih tentang…meminta mereka menikah?” tanya Novan. Roy tak menjawab, hanya mengangkat bahu sambil menggulir ponselnya. Letta terlihat baru saja tiba di mejanya. Wanita itu langsung menunduk menekan saklar di kaki meja untuk menyalakan komputer. “Letta,
Read more

284. Rencana Mendadak

Setelah Roy mengatakan kalau tidak akan mempekerjakan seorang wanita berstatus single sebagai sekretarisnya, Letta segera mengontak Herbert. “Aku enggak sangka kalau Pak Roy bakal bicara begitu. Bukannya mau berprasangka buruk. Tapi…kurasa ini cuma akal-akalannya aja. Apa aku harus ngomong kalau semua wanita pasti ingin menikah? Walau satu dua mengatakan tidak mau karena trauma atau apalah, tapi sebagian besar ingin menikah. Aku juga begitu. Tapi enggak sekarang. Aku masih….” “Masih mengingat masa lalu sejelas melihat matahari pagi?” potong Herbert melalui pembicaraan telepon. “Jangan berpikir soal itu. Kamu juga masih memikirkan soal keluargamu. Kita sama. Pilihan kita untuk menjalin hubungan dengan santai bukan tanpa alasan. Kita masih-masing perlu waktu.” “Aku juga sudah mengatakan berulang kali kalau jangan pikirkan soal keluargaku. Semuanya baik-baik aja. Kamu tahu sendiri kalau ayahku sudah sehat dan dua adikku sudah mendapat pekerjaan tetap. Tugasku mengantar mereka sampai
Read more

285. Guratan Masa Lalu

“Ya, Evelyn. Ada apa, Sir? Apa perusahaan itu pernah bermasalah dengan The Smith’s Project? Tapi sepertinya perusahaan ini sudah beberapa tahun berdiri dan cukup sukses. Itu sebabnya profil perusahaan mereka ditemukan dengan mudah.” Novan kembali mengecek nama perusahaan yang baru saja dihubunginya untuk mereka rekrut. “Tidak apa-apa. Mungkin hanya kebetulan,” gumam Roy. Nama itu memang memang mengingatkannya pada seseorang yang rasanya memang tak pernah dia ingat. “Pesan saya langsung dibalas,” Novan memandang Roy, “Sepertinya urusanmu dipermudah, Herb. Pemilik wedding planner ini sebentar lagi akan menemui kita di sini. Ibu Evelyn akan datang bersama asistennya,” jelas Novan. “Makasih, Pak,” ucap Herbert pada Novan dengan nada lemah. Jelas tersirat bahwa dia sendiri belum yakin dengan urusannya sendiri. Pikiran Roy sedang berada di rumah. Memperhatikan layar ponselnya yang menunjukkan suasana ruang makan. Bibirnya menyungging senyum melihat Sahara duduk bersimpuh di lantai mengg
Read more

286. Kejutan Untukku?

“Kita ke toko bunga,” pinta Roy pada Novan.“Apa Anda mengenal Ibu Evelyn tadi, Sir?” tanya Novan dari belakang kemudi. “Tidak,” jawab Roy.“Mmmm…aneh. Saya mendengar dia mengatakan sesuatu seakan pernah mengenal Anda sebelumnya.”“Apa itu?” tanya Roy.“Sepertinya begini, ‘Dasar munafik. Bicaranya dulu seperti nggak akan menikah sampai mati’. Maaf, Sir.” Novan melirik Roy dari spion tengah.“Mungkin dia mengenalku, tapi aku tidak,” tegas Roy. Hal yang sangat tidak penting untuk dibahas, pikir Roy.“Baik,” sahut Novan tak mau mencari tahu lebih banyak lagi. Nada suara Roy sudah menjelaskan semua. Atasannya itu kenal dengan Evelyn tapi tidak mau membahas wanita itu.Sebuah toko bunga mungil yang terletak di ujung jalan sebelum pintu tol adalah langganan Roy. Alasannya karena toko bunga itu selalu memiliki persediaan bunga baby’s breath segar dalam jumlah banyak dan juga satu alasan sentimentil lain yang Roy tak mau jika diketahui banyak orang.“Sudah sampai, Sir. Apa saya saja yang tur
Read more

287. Malam Romantis

Roy lupa kapan terakhir kali melihat Sahara secantik itu. Karena hidup yang terlalu nyaman berada di rumah bersama anak-anak dan Sahara yang cenderung malas berlama-lama di keramaian, Roy lebih sering mendelegasikan undangan-undangan rekan kerja pada wakil direktur, sekretaris atau kadang pada Novan dan Rini. Dia lebih suka bergumul bersama kedua putrinya atau menggoda Sahara di ranjang. Masa-masa keemasan dipenuhi dinner dan pesta cocktail sepanjang malam sudah membuat Roy bosan.“Kita berangkat sekarang?” tanya Sahara, membuyarkan lamunan Roy.“Sebentar, tunggu…duduk di sini.” Roy menyentuh kedua bahu Sahara dan membawanya ke sofa. “Sayang, kamu cantik sekali. Juga…seksi,” ucap Roy, menunduk dan mengecup salah satu dada Sahara.“Lalu? Aku pasti harus menunggumu berdandan lebih lama dari aku,” seru Sahara pada punggung Roy yang menghilang ke ruang ganti.“Tidak akan lama,” ujar Roy. “Aku akan mandi secepatnya. Melihatmu berdandan secantik itu membuatku tidak percaya diri,” sambung Ro
Read more

288. Bahagia Yang Seharusnya

Roy tak memalingkan wajahnya sedikit pun saat menjawab pertanyaan Evelyn soal siapa Sahara. Matanya tak berkedip menatap Sahara yang sangat cantik malam itu. Mereka bertukar pandang. Saling melumat dalam tatapan mata. Roy menjawab yang sebenarnya. Sahara adalah obsesinya. Obsesi yang pernah dilecehkan dan dianggap sepele oleh Evelyn di masa lalu. Dan kini ia bahagia akan pencapaian obsesinya. Bagaimana di masa lalu Evelyn berani mengatakan mencintainya dan mau hidup bersama dengannya? Padahal selama Evelyn datang dan pergi ke tempatnya, wanita itu tidak pernah mau mengetahui apa pun soal dia. Satu-satunya yang jelas diingat oleh Roy adalah bagaimana Evelyn mengata-ngatai soal rencana balas dendamnya dulu. Dan sekarang Evelyn terlihat kesal karena dia menikah? Roy mendengkus. Roy merasa tak punya hutang apa pun terhadap Evelyn. Semuanya dibayar dengan profesional. Dia juga tak pernah melaporkan atas kehilangan satu jam tangan mahal yang diambil Evelyn dari laci meja kerjanya dulu. Wa
Read more

289. Lamaran Kedua

Roy ingin membuat kebahagiaan Sahara malam itu berlipat ganda. Antara menyaksikan sebuah lamaran manis yang tidak diterimanya dulu, dan menerima perlakuan yang sama dari seseorang yang sudah merupakan suaminya. “Itu Letta. Dia pasti bingung. Aku bisa merasakan perasaannya sekarang—walau aku belum pernah menerima hal begitu—tapi aku juga perempuan. Letta pasti berdebar,” bisik Sahara di telinga Roy. Roy diam saja. Mau tak mau dia mengingat bagaimana caranya menikahi Sahara dulu. Tak ada hal semanis ini. Jangankan lamaran, memberi bunga secara langsung saja bisa dikatakan dia setengah memaksa. “Dasar Herbert!” pekik Sahara tertahan. “Suasananya udah pas. Masa gitu, sih, cara ngasi bunga ke wanita yang mau dinikahinya. Laki-laki apa yang….” Sahara berhenti bicara. Dia mengendurkan pelukan tangan kirinya di leher Roy dan sedikit menjauhkan tubuh untuk memandang wajah pria itu. “Ah, aku baru ingat. Dulu ada juga laki-laki lain yang begitu. Malah lebih parah. Wajah dan bunga yang diberin
Read more

290. Penyatuan Kebahagiaan

Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov
Read more
PREV
1
...
252627282930
DMCA.com Protection Status