“Jadi … masalah kita sudah selesai?” tanya Roy, masih berlutut di depan Sahara. Kedua tangan mereka masih bertaut dan Sahara menunduk memandanginya. Sepertinya masih ada sesuatu yang akan wanita itu sampaikan. “Sewaktu ke sini tadi, sepertinya aku mau marah-marah. Tapi kenapa sekarang aku malah menyetujui hamil tiga anak? Kamu selalu bisa mengakaliku, Pak Roy.” Roy tertawa, mencubit pelan pipi Sahara dan mengusapnya. “Aku tidak mengakalimu. Itu hanya sebuah kesepakatan. Tidak perlu dalam jangka waktu dekat ini, yang paling penting kita sudah sepakat. Semoga adik Sabina laki-laki,” ujar Roy. Seperti dihipnotis, Sahara mengikuti ucapan Roy, “Semoga adik Sabina laki-laki,” ulangnya, menautkan tatapan ke mata cokelat Roy yang berbinar menatapnya. Laki-laki di depannya itu memang licik sekali, pikir Sahara. Harusnya dia tadi marah-marah dan menghajar Roy. Nyatanya dengan begitu mudah dia luluh hanya dalam hitungan menit. “Sudah se
Baca selengkapnya