Home / CEO / Gadis Penari Sang Presdir / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Gadis Penari Sang Presdir: Chapter 271 - Chapter 280

298 Chapters

271. Menjelang Pertengkaran Besar

“Ya, Tuhan …. Bu, apa ibu mendengar apa yang dikatakan Papa dua anakku barusan? Kenapa dia tiba-tiba menjadi begini? Aku sudah dua tahun berkuliah di sana dan semuanya aman-aman aja. Enggak pernah ada masalah,” jelas Sahara pada ibu mertuanya. “Tidak ada masalah sebelum mahasiswa pindahan dari Amerika itu datang ke kampusmu. Dia dari Amerika, kan? Usianya dua puluh empat tahun dan dia sedang meneruskan program magisternya. Terlalu klise alasan dia harus berhenti di depan ruangan kamu untuk mengobrol. Dia tak ada kepentingan di sana. Aku sudah menyelidiki semuanya, Sayang.” Roy mengedikkan bahunya seraya memasukkan roti ke mulut. “Ya, ampun. Apa aku harus mengusirnya tiap datang dan mengajakku bicara. Lagipula tidak ada hal penting yang kami obrolkan. Dia ke ruanganku karena adik kandungnya kebetulan sekelas denganku,” jelas Sahara. “Semakin berbahaya. Bisa saja dia banyak bertanya soal kamu pada adiknya. Datang ke sana menemui adiknya jelas hanya alasan. Mereka bisa bertemu di ruma
Read more

272. Mari Saling Memahami

Hari itu Roy mengenakan jas rangkap tiga. Model klasik yang sangat dia sukai karena ibunya mengatakan kalau dirinya terlihat seperti bangsawan Inggris berambut cokelat tiap mengenakan model jadi itu. Di balik jas ada rompi yang membungkus kemeja putihnya dengan sangat pas. Pagi tadi pilihannya jatuh pada jas abu-abu muda disertai sapu tangan sutera berwarna krem yang terselip di saku jasnya. Dengan sepatu kulit mengkilap berwarna cokelat yang mengetuk lantai tiap dia melangkah, Roy yakin akan membuat pandangan wanita atau pria akan tinggal lebih lama untuk mengamatinya. Universitas swasta mahal yang terdiri dari tembok-tembok tinggi dingin dan lorong-lorong panjang tampak tidak terlalu ramai siang itu. Kehadirannya menyeruak kerumunan mahasiswa yang bergerombol-gerombol dengan cepat menarik perhatian. “Ruangannya masih sama, kan?” tanya Roy pada Novan yang berjalan di sebelahnya. “Masih, Sir.” Novan menegapkan langkahnya. Menyadari kalau mereka sudah menjadi pusat perhatian di sana
Read more

273. Kegelisahan Istriku

Suara-suara di lorong seakan teredam oleh langkah kaki Sahara. Pandangannya menunduk terfokus pada kakinya yang berbalut heels. Tangan kanannya masih memeluk lengan Roy. Dan pikirannya berlarian ke mana-mana. Melirik sekilas raut wajah Roy, membuat perjalanan menuju mobil terasa berkali lipat jauhnya. “Udah makan?” tanya Sahara saat dia sudah duduk bersisian dengan Roy di jok belakang. Sahara melirik Novan yang sepertinya memutuskan bungkam selama berada di dekat mereka. “Sudah,” jawab Roy. Singkat sekali, pikir Sahara. Biasanya Roy pasti akan kembali bertanya apakah dia sudah makan atau belum. Ternyata hari itu adalah pengecualian. Sahara mengatupkan bibir, melirik tangan Roy yang bertengger santai di atas lututnya sendiri. Biasanya laki-laki itu tak akan melepaskan genggaman tangan mereka. Sepertinya dia harus bergerak lebih dulu untuk melunakkan hati Roy. Tangan sahara bergerak perlahan, menyusuri paha Roy dan mengusap lengan pria itu. Pelan tapi pasti menautkan jemari mereka. R
Read more

274. Penyelesaian Istriku

Sahara menarik napas panjang dan menghelanya. Setelah berdandan habis-habisan, Roy hanya mengatakan soal makan. Semuanya belum baik-baik saja, pikirnya. Di meja makan Sahara melipatgandakan keceriaan obrolan meski kesal karena Roy masih belum bersikap hangat seperti biasa. Pria itu bukannya sama sekali mengabaikan, tapi jelas-jelas belum kembali normal seperti biasa. Roy belum mau membalas tatapan Sahara berlama-lama. “Banyak serat … aku harus makan banyak serat. Terlalu banyak karbohidrat tidak baik.” Sahara sengaja mengeraskan suaranya agar Roy mendengar ucapannya. Dan tak mungkin Roy tak mendengar karena jarak mereka tak sampai semeter jauhnya. Namun, Roy hanya mengangkat sedikit alisnya seraya mengangguk kecil. Sahara sekarang menyesal karena menyendokkan terlalu banyak sayur ke piringnya setelah melihat reaksi Roy. Usai makan malam, Sahara lagi-lagi tak membiarkan babysitter mengerjakan tugas rutin mereka. Dengan menggandeng dua putrinya, Sahara menaiki tangga sambil bernyanyi
Read more

275. Puaskan Dirimu

Sebelum puncak kekesalan Sahara malam itu. Pekerjaan di kantor yang hari itu memang membuat Roy banyak hilir mudik dari ruangannya ke beberapa ruang rapat yang berbeda ukuran. Sejak pagi dia sudah melakukan tiga rapat. Dua rapat internal dan satu rapat lagi dihadiri oleh semua divisi yang akan membahas proyek baru The Smith’s Project. “Sebentar lagi kita kembali ke rumah. Aku terlalu capek hari ini,” ucap Roy saat melewati meja Novan dan mengetuk pelan pinggiran meja asistennya itu. “Saya siap-siap sekarang kalau gitu,” tukas Novan, mematikan laptop dan memasukkannya ke laci. “Oh, ya … ponsel Anda berdering beberapa kali sejak tadi. Dari nomor tidak dikenal. Apa perlu saya jawab?” Novan memang sejak tadi menunggui ponsel Roy yang ditinggalkannya saat rapat terakhir. Roy mengulurkan tangan meminta ponselnya dari Novan. “Istriku pasti belum menelfon, ya?” tanya Roy. “Belum, Pak.” “Sudah aku duga,” gumam Roy, menggulir ponselnya dan melihat nomor telepon yang tidak dikenal Setela
Read more

276. Harus Berjanji Padaku

“Aku suka melihatmu tahu cara memuaskan diri sendiri,” bisik Roy, berusaha benar-benar menikmati aksi Sahara yang menggetarkan tubuhnya dengan samar. Sahara lalu menunduk, membuat puncak dadanya yang mengetat menggesek perutnya, membuat rasa menggelitik semakin tidak tertahankan buat Roy. Tak sadar tangan Roy terangkat dari belakang kepala, dan perlahan menyentuh lutut kemudian naik dan mengusap paha Sahara seraya memenjamkan mata. Gerakan Sahara semakin cepat, kelopak matanya menurun dan gerakan pinggulnya menjadi gaduh. “Sayang … aku membencimu, aku marah,” bisik Sahara, menunduk untuk menggesek celah kelembutannya yang semakin basah, mempertemukannya dengan lekuk kemaskulinan Roy yang sangat keras. Sahara ingin tertawa karena melihat wajah Roy benar-benar tersiksa. “Aku akan membiarkanmu malam ini. Aku … bisa … Oh,” pekik Sahara, mencengkeram dada Roy sekuat tenaga. Sahara menukik, lalu menggigit dada suaminya. Roy sangat menikmati pemandangan dan raut wajah Sahara yang mencapa
Read more

277. Solusi Paling Bijaksana

Roy tak membiarkan Sahara meninggalkan ranjang usai mereka bercinta. Tak melakukan percakapan intense di ranjang sebagai pasangan suami istri beberapa hari terakhir, membuat Roy meluapkan semuanya malam itu. Sahara meringkuk di sebelahnya. Telanjang berada di dalam selimut tebal yang hanya memperlihatkan puncak kepalanya. Sisa dini hari itu, Roy berbaring di ranjang, terpuaskan. Kantuknya datang perlahan seiring dengan usapannya di punggung Sahara semakin berkurang. Kenyamanan dan rutinitas hidupnya yang semakin teratur, membuat Roy terkadang terlena. Ritual bangun pagi lebih dulu dari manusia mana pun di rumah itu, sesekali dilanggarnya. Seperti pagi itu. Roy terbangun saat mendengar suara kran kamar mandi menyala. Tangannya meraba ranjang dan tak mendapati Sahara. “Ternyata bangun lebih awal pagi ini,” gumam Roy, menegakkan kepala, melihat dinding kaca kamar mandi yang menampilkan Sahara berbaring di bath tub. “Jam berapa ini?” Setelah meregangkan tubuh beberapa detik, Roy tersen
Read more

278. Terus Berusaha

Empat hari belakangan Sahara memang merasakan sesuatu yang aneh dengan tubuhnya. Sebulan terakhir, dalam tiga puluh hari, Roy memang terus menerus mengajaknya bercinta. Bisa dihitung ia tidur dalam keadaan berpakaian di malam hari. Saat baru terlelap, Roy melucuti pakaiannya dengan gerakan cepat dan selalu berhasil membuatnya gelagapan. Menikah dan hidup beberapa tahun belakangan dengan Roy masih saja merupakan pelajaran baru bagi Sahara. Baginya Roy masih memiliki sisi misterius yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. Roy bukan tipe pria yang akan mengomelinya panjang lebar karena hanya dengan diam saja, ia selalu dibuat salah tingkah. Dengan frekuensi bercinta yang sangat meningkat, Sahara pesimis bahwa ia akan datang bulan selama beberapa waktu ke depan. Roy tak hanya mengajaknya bercinta di ranjang. Di tiap sudut kamar mereka dan di berbagai kesempatan saat mereka berdua. Ruang ganti pakaian, kamar kedua putri mereka, kamar mandi, ruang kerja pribadi Roy, bahkan meja di ruang
Read more

279. Dimulainya Siksaan Baru

Sahara dan Rini berpisah hari itu dengan bekal kata-kata, “kita akan menyimpan cerita ini selamanya tanpa diketahui para pria itu.” Menjelang siang Sahara semakin meriang dan pergi meringkuk ke bawah selimutnya. "Kurasa kalau aku enggak tahu hasil test pack itu, aku enggak akan meriang.” Sahara menggerutu di bawah selimut. Belum pukul delapan malam, tapi Sahara sudah berganti dengan satu stel piyama lengan panjang. Clara memanggil Sahara untuk makan malam dan wanita itu menolaknya dari balik pintu kamar. Hingga Gustika meminta Clara membawa nampan makan malam lengkap dan meletakkannya di meja. Perubahan sikap Sahara yang begitu mendadak membuat Gustika berpikir akan satu hal yang pasti. “Kenapa baru pulang jam segini?” tanya Gustika pada Roy yang baru tiba malam itu. Roy menarik satu kursi di ruang makan dan duduk di sebelah ibunya. “Ada perizinan proyek yang bermasalah dan kurasa besok aku akan memecat salah satu subkontraktor. Banyak yang bekerja tidak becus tapi mau digaji bagus
Read more

280. Tugas Sehari-hari

“Miss, bisa tanyakan ke Pak Novan di mana suamiku? Terus tanya juga lagi ngapain. Kalau perlu tolong kirim foto. Lakukan diam-diam jangan sampai ketahuan. Dan Miss jangan bilang kalau aku yang minta. Ayo, cepat. Aku tunggu di sini.” Sahara menarik salah satu kursi ruang makan di gedung tempat tinggal para pegawai. “Kamu jauh-jauh ke sini cuma mau minta itu?” tanya Rini, mematikan kompor listrik tempat ia membuat sup ayam untuk putranya. Sahara mengangguk, menopangkan tangan di dagu dan memutar-mutar ponselnya di meja makan. “Memangnya kenapa ponselmu? Enggak bisa dipakai menghubungi Pak Roy?” Rini melepas apron yang dikenakannya seraya berjalan menuju meja makan. “Aku sedang ngambek. Malas menjawab pesan suamiku tapi aku penasaran dia di mana. Udah hampir tiga bulan enggak ada kabar dengan hubungan Herbert dan Letta. Sepertinya kali ini pimpinan kalian enggak bisa menembus pertahanan Herbert. Pria itu benar-benar misterius. Kukira selama ini Presdir-nya yang misterius. Roy terkala
Read more
PREV
1
...
252627282930
DMCA.com Protection Status