Home / Urban / MY CEO [Hate And Love] / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of MY CEO [Hate And Love]: Chapter 101 - Chapter 110

117 Chapters

SAYANG

"Apa kalian pikir kalian bisa lolos begitu saja?" Li Jancent mendesis kepada pemimpin kelompok penjahat yang tersisa.Wajah lelaki itu pucat, ketakutan, matanya liar mencari jalan keluar. Namun, Li Jancent sudah terlalu marah untuk memberinya kesempatan. Dengan satu pukulan terakhir, pemimpin itu roboh, napasnya tersengal-sengal di tanah. "Ini hadiah untukmu!" imbuh Li jancent sembari melepaskan satu peluru untuk bersarang di kaki lelaki itu.Setelah memastikan tak ada lagi ancaman, Li Jancent menarik napas panjang. Dia membersihkan darah dari tangannya dan bergegas menuju mobil.Fang Fang... dia harus segera menemui Fang Fang di rumah sakit. Dia pun melajukan mobil seperti orang yang baru saja kerasukan. Berkendara dengan kecepatan seperti petir menyambar tanah, dia pun tiba di rumah sakit.Li Jancent hampir tak bisa menahan kesedihannya saat berlari memasuki Rumah sakit. Mayleen melihat Li jancent berlari dari ujung koridor ruang ICU. "Kakak!" imbuhnya dengan suara sedikit bergetar.
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

PERMINTAAN TERAKHIR

suasana tegang terasa begitu kental di salah satu ruang kamar rawat inap Fang Fang. Dengan raut wajah penuh kecemasan keringat dingin membasahi pelipis Mayleen. meski suhu di ruang tunggu itu terasa dingin. Matanya terus terpaku pada jemari tangan yang tadi dirasa bergerak.Pada saat ini, di taman atas rumah sakit, selesai mandi dia ingin menghirup udara segar barang sebentar saja. Li Jancent sedang duduk di kursi taman,menundukkan kepalanya, mengulang doa yang sama berkali-kali. Fang Fang, istrinya, sudah berjuang selama bertahun-tahun melawan penyakit langka yang menyerangnya.Li Jancent menutup wajahnya dengan kedua tangan, tak mampu menahan tangis yang sedari tadi ia tahan. "Semesta, aku Mohon selamatkan dia!"Setelah puas menghirup udara segar, Li Jancent kembali ke kamar rawat inap. Perasaan lega dan haru bercampur aduk dalam hatinya. Baru saja masuk ke dalam ruang rawat inap istrinya. Mayleen lannsung menarik tangannya."Kak, tadi aku lihat jari tangan Kakak Ipar bergerak!" imb
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

PERGI

Tiba-tiba saja suasana terasa menjadi lebih sunyi. Di ruangan rumah sakit ini suara mesin-mesin penunjang medis yang mengiringi napas Fang Fang yang pelan dan teratur semakin jelas terdengar.Li Jancent masih berada di kursinya, tatapannya kosong menatap lantai yang dingin, pikirannya terus bergulat dengan kenyataan yang baru saja dia terima.Pikirannya tak henti-hentinya memutar ulang kalimat terakhir Fang Fang. Permintaan yang tak terduga, namun penuh cinta dan keikhlasan. Li Jancent merasakan dadanya sesak, seolah ada beban tak tertahankan yang menghimpit setiap napasnya.Fang Fang baru saja membuka mata, setelah operasi panjang yang seharusnya membawa harapan baru. Namun, kini harapan itu seperti memudar begitu saja dengan permintaan yang datang begitu cepat.Terdengar suara lirih Fang Fang lagi, kali ini dia berusaha bagun dari ranjang. Fang Fang mencoba menggerakkan tubuhnya yang masih lemah."Sayang..." panggilnya dengan suara serak.Panggilan Fang-fang membuyarkan lamunannya.
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

KORNEA YANG MENGHILANG

Li Jancent melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tak wajar. Matanya memandang lurus ke depan, tetapi pikirannya melayang jauh, diliputi amarah dan kesedihan yang membuncah. Niu Nuan yang duduk di sampingnya, merasa cemas. Suasana mobil begitu mencekam, tak ada sepatah kata pun yang keluar sejak mereka meninggalkan rumah.“Kita mau ke mana?” tanya Niu Nuan akhirnya, mencoba mengurai ketegangan yang begitu nyata di udara.Li Jancent hanya mengencangkan genggamannya pada setir, rahangnya mengeras. "Kita akan ke rumah sakit," jawabnya singkat, dingin.“Kenapa ke rumah sakit?” Suara Niu Nuan bergetar. Ia merasakan ada yang tidak beres. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Fang Fang? Tiba-tiba hatinya penuh kekhawatiran yang semakin besar.“Bagaimana dengan Kak Fang Fang? Dia baik-baik saja, kan?”Mendengar nama istrinya disebut, Li Jancent membuang napas kasar, menahan luapan emosi yang memuncak di dadanya. "Fang Fang... dia sudah pergi," katanya tiba-tiba, suaranya serak dan penuh keb
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

NIU NUAN JUGA MENGHILANG

Li Jancent berdiri di lorong rumah sakit, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Rasa panik melandanya, membuat pikirannya terus memutar pertanyaan yang sama " Bagaimana bisa kornea Fang Fang hilang?" Segala hal yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir seolah memuncak dalam satu momen ini.Kehilangan Fang Fang sudah cukup menghancurkan hatinya, dan sekarang korneanya yang berharga hilang entah ke mana.Perawat yang tadi berbicara dengannya segera bergegas kembali ke ruang operasi, meninggalkan Li Jancent sendiri di lorong yang sepi. Ia mencoba mengatur napas, tetapi dadanya terasa semakin sesak. Tiba-tiba, langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari ujung koridor.“Li Jancent!” Suara berat William, adik iparnya, memecah keheningan. Dia datang bersama Mayleen, keduanya terlihat khawatir dan bingung.“Apa yang terjadi?” William bertanya, suaranya penuh ketegangan.Li Jancent menatap William dengan mata kosong seraya menjawab. “Kornea Fang Fang… hilang. Bagaimana mungkin?”Willia
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

HARUS MENEMUKAN

Li Jancent melangkah keluar dari rumah sakit dengan langkah cepat, pikirannya bergolak. Informasi yang baru saja diterimanya lewat telepon terasa seperti pukulan telak. Dia sudah menduga bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tapi kenyataan bahwa kornea Fang Fang mungkin sudah menjadi bagian dari jaringan penyelundupan organ manusia membuat kemarahannya meledak.Di belakangnya, William dan Mayleen terdiam, menyadari bahwa situasi semakin tidak terkendali.“Kau tidak akan pergi sendirian, kan?” William menyusul kakak iparnya yang terlihat siap bertindak tanpa berpikir panjang.Li Jancent tidak menoleh, namun suaranya terdengar dingin. “Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Seseorang harus bertanggung jawab atas ini.”William mengejar langkahnya, sementara Mayleen hanya bisa melihat dari jauh. "Tunggu! Kita tidak bisa sembarang bertindak. Jika memang ini jaringan penyelundupan organ, kita butuh lebih banyak informasi dan bantuan. Kau bisa membahayakan diri sendiri!"“Aku tidak
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

PRIA BERJAS HITAM

Li Jancent berdiri kaku, otaknya berputar cepat menghadapi rangkaian peristiwa yang semakin tak terkendali. Pesan di ponselnya berdering di kepala berulang kali, menawarkan satu-satunya petunjuk nyata yang dia miliki.Namun, kabar tentang hilangnya Niu Nuan membuat kekacauan ini semakin sulit dipahami.“Bagaimana mungkin dia bisa hilang?” tanya Li Jancent, suaranya rendah namun penuh dengan kemarahan yang menahan diri.William memijat keningnya, tampak tertekan juga. “Aku tidak tahu. Mereka bilang seseorang memindahkannya setelah operasinya ditunda. Tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti. Semua orang di rumah sakit ini tampak terlalu takut untuk bicara.”Mayleen menyela, suaranya penuh ketegangan. "Ini sudah terlalu jauh. Kornea Fang Fang hilang, Niu Nuan juga hilang. Ada sesuatu yang sangat salah di sini, dan kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Li Jancent menggenggam ponselnya erat, menatap alamat yang diberikan oleh pengirim pesan misterius itu. "Aku akan pergi ke tempa
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

TERSESAT

Jian tersenyum tipis lagi, dengan dengan nada licik dia berkata. "Kali ini, kita punya keuntungan. Aku tahu jadwal pergerakan mereka. Aku bisa menyusup ke dalam dengan sedikit gangguan dari kalian. Kalian hanya perlu mengalihkan perhatian petugas keamanan."Mayleen terlihat ragu. "Ini terlalu berisiko. Bagaimana kalau nanti kita tertangkap?"Jian mengangkat bahu. "Risiko selalu ada, tapi jika kita tidak melakukan ini, kita tidak akan pernah tahu hasilnya dan kemungkinan besar Niu Nuan tidak akan pernah kita lihat lagi, dan Fang Fang ? Kornea itu sudah pasti hilang."Li Jancent menatap Mayleen dan William. Hatinya berdebar keras. Mereka sudah terlibat terlalu dalam untuk mundur sekarang. Setiap detik yang berlalu semakin memperburuk keadaan."Baiklah," kata Li Jancent akhirnya. "Kita akan melakukannya."Malam itu, langit di atas rumah sakit tampak mendung, seolah-olah alam turut menyimpan ketegangan yang sama seperti yang mereka rasakan saat ini. Li Jancent, Mayleen, dan William bersem
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

BAYANG-BAYANG YANG MENGINTAI

Li Jancent merasakan keringat dingin merembes di tengkuknya saat sekelompok preman itu memenuhi ruangan. Jian berdiri tegar di sampingnya, sorot matanya tajam, tetapi Li Jancent tahu pria itu tidak menyangka situasi ini akan berubah secepat itu.Mayleen tampak panik, matanya melirik ke arah William yang sedang menggenggam erat tangannya. Waktu terasa melambat, dan keheningan menyergap ruangan dalam ketegangan. Pria yang memimpin kelompok itu mendekat, senyum lebar masih menghiasi wajahnya, seolah-olah dia sudah mengantisipasi setiap langkah yang diambil Li Jancent dan kawan-kawannya.Pria itu adalah sosok yang belum mereka pernah lihat di balik layar, seorang pengatur yang kini muncul di depan mereka. “Selamat datang,” pria itu berbicara dengan nada licin. “Kalian datang jauh-jauh untuk menyelesaikan misteri ini, bukan?”Li Jancent merasakan darahnya mendidih, tetapi dia berusaha tetap tenang. “Siapa kau? Apa maumu?”tanyanya, meskipun jauh di dalam hati, dia sudah memiliki dugaan yan
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

JALAN MENUJU BAWAH TANAH

Namun, sebelum Anton bisa mengambil langkah lain, suara keras dari arah pintu masuk membuat semua orang menoleh. Sekelompok pria dengan pakaian seragam taktis lengkap menyerbu masuk, bergerak dengan cepat dan terlatih. Dalam hitungan detik, mereka telah melumpuhkan para penjaga Anton dan mengepung pria itu. “Menyerahlah!” teriak salah satu dari mereka, yang ternyata adalah asisten He. Tim ini adalah bantuan yang sudah dipanggil William sebelumnya. Anton menoleh dengan tatapan marah, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dengan perlahan, dia mengangkat tangannya, menatap dingin ke arah Li Jancent dan kawan-kawannya. "Kalian pikir ini sudah berakhir? Ini baru permulaan." “Diam kau!” seru salah satu anggota tim William sambil memaksa Anton berlutut, lalu memborgol tangannya. Sementara itu, William yang tampak lega dengan kedatangan asisten He, mendekat ke Li Jancent. “Orang-orangku sudah di sini,” ujar William sambil menepuk bahu Li Jancent. “Tapi kita belum selesai. Niu Nuan...
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status