Bab 1 "Kapan nikah?" Seorang ibu setengah baya mengulang lagi pertanyaan yang sama. "Ibu Kapan mati?" Aku menjawab dengan pertanyaan juga. Tapi itu hanya ada di anganku, sayang aku terlalu pengecut. Mana berani aku membalas dengan pertanyaan seperti itu, walaupun sebenarnya ingin sekali.***Suatu kebahagiaan bagi wanita lajang, ketika seorang pria datang mempersuntingnya. Begitupun denganku. Umurku menginjak 33 tahun, kerap kali seluruh tetangga mencemooh dengan sebutan perawan tua. Kehidupan di desa membuatku tak nyaman dengan celotehan-celotehan tetangga. Ditambah lagi Ibu yang membuka warung sembako didepan rumah. Setiap kali ibu-ibu berbelanja, selalu saja bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Kapan Nikah?... Kapan nikah?" Jawab saja besok. Amiin. Telingaku hampir rontok mendengarnya. Namun, Ibu dan Bapak selalu menguatkan, biarkan orang lain menghina kita, asalkan kit
Read more