Share

Foto Siapa Ini?

Penulis: Nazila Arisakit
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 5 

Tak kudapati Kang Yana di sofa ruang tamu. Kemana kamu Kang? apa kembali ke tempat persembunyian? Dimana kamu menyembunyikan wanita itu?? Aku menerka-nerka. 

Kulempar bolu susu dan umbi diatas meja. maaf Kang, Aku nggak bisa  menghormati laki-laki sepertimu . 

"Kenapa makanannya dilempar? apa kamu tidak suka?" Suara Kang Yana yang tiba-tiba berdiri dibelakangku begitu mengagetkan.  Entah darimana datangnya sosok pria berbadan tinggi itu. Sorot matanya seperti ingin memarahiku, tapi tertahan.

Aku hanya menggeleng menjawabnya.

Marahi saja aku Kang!!

Ingin sekali ku remas mukanya yang pura-pura polos itu.

Aku yang berniat belajar mencintai, Kini dengan serta merta Kang Yana  mengahancurkan harapan itu. 

Kutarik nafas sedalam mungkin. Dan menghembuskannya perlahan. Kusodorkan foto yang ditemukan tadi.

"Foto siapa ini Kang?"

Kang Yana tak menghiraukanku. Dia Malah asyik dengan ponsel digenggamannya.

"Foto siapa ini?" Kuulang lagi pertanyaan   dengan nada menekan.

Mendengar penuturanku, Kang Yana melirik dan mengambil foto itu dari tanganku dengan santai. Aku yakin Kang Yana mengenal wanita itu, meski  tertutup niqab. 

"Tidak tahu Neng, memangnya foto siapa itu?" Kang Yana mengembalikan foto itu padaku. Lantas, dia duduk dan membuka kotak bolu susu yang kulempar tadi.

Hebat sekali kamu Kang, membalikkan pertanyaan itu padaku.

"Sini duduk! biar Aa suapin." Kang Yana mengalihkan pembicaraan.

Makin kesal aku dibuatnya. Seharusnya langsung kupentung saja kepalanya biar tahu rasa.

"Yakin, tidak mengenal wanita dalam foto ini?" Interogasiku belum selesai. Berharap Kang Yana mau mengakui keberadaan wanita itu.

"Kalau ini?" Kutunjukkan niqab tepat lima sentimeter dari hidung mancungnya.

"Kenapa sih Neng, nanya yang aneh-aneh gini? Ada-ada aja ah." Dia masih terlihat santai. Bahkan dia malah menarik  tanganku hingga tubuhku menimpa tubuhnya. Kini aku berada dipelukan Kang Yana. Erat begitu erat pelukannya.

Mata kami beradu. Kurasakan nafasnya kian memburu. Begitupun yang kurasakan. Seandainya tidak ada foto dan niqab, tidak ada kamar tersembunyi. Aku ingin membalas pelukannya dan takkan  kulepaskan.

Ku merasakan nafasnya kembang kempis, dia menarik wajahku hingga bibirku terpaut dengan bibirnya.

Namun, aku tak ingin lagi berdiam tanpa jawaban. Segera kutarik tubuhku dari pelukannya, hingga nyaris terjatuh.

"Jawab jujur A! Neng Mohon jawab sejujur-jujurnya siapa wanita itu? Apakah dia istri pertama, atau istri keduamu?" Aku berusaha berbicara pelan. Namun Kang Yana tetap bergeming.

"Jawab!!! Aku menemukan kedua benda ini didalam mobilmu." Akhirnya  aku berteriak dihadapan Kang Yana.

Namun, lagi-lagi bukan jawaban yang kudapat. Kang Yana malah menghamburkan bolu susunya  kelantai.

"Jangan berlebihan! Aa gak suka kamu tidak sopan sama suami! Asal Neng tau Aa tidak pernah kenal wanita itu!" Wajah teduh itu kini berubah seperti singa yang ingin menerkamku. Matanya melotot tepat didepan wajahku.

"Berarti benar Aa memiliki istri lebih dari satu, dua atau tiga?" Teriakku sambil menahan air  yang mulai menerobos kelopak mata.

Tangan kananya melayang keudara, dan berehenti tepat di samping pipiku.

"Pukul aku! Pukul!" Teriakku.

"Jangan mencoba membangunkan macan yang sedang tidur." Kang Yana mengakhiri kalimatnya. Tangannya mengepal dan berlalu meninggalkanku.

Ah, berarti semua dugaanku benar, kalau tidak, kenapa Kang Yana menghindar dari pertanyaan-pertanyaanku? Kenapa dia harus marah?

Aku semakin geram saat  netraku menangkap Kang Yana memasuki kamar ketiga sambil membantingkan pintu.

 

Allah, Apa aku salah bertanya dan ingin meminta penjelasan? lalu kepada siapa aku harus bertanya selain pada Kang Yana?  Jelas-jelas semua bukti ada. Masih saja mengelak. 

***

Hingga pukul tiga pagi, mataku masih terjaga, Kang Yana pun masih berada dikamar ketiga. Sungguh keterlaluan, tak terlihat rasa bersalahnya sedikitpun. Aku yang harus menghampiri? Ogah, tak ada dalam kamusku orang yang tak bersalah meminta maaf pada orang yang bersalah.

Dan malam ini, nggak perlu kutunaikan kewajibanku padanyanya. Sudah terlanjur  jijik, ketika mengingat suara desahan itu. Akupun akan terpaksa jika harus melakukannya dengan Kang Yana.

"Pelan, pelan dong, nanti sakit!" Suara itu kini terdengar jelas di ponselku. Ya, suara berasal dari kamar tersembunyi. Akhirnya alat penyadap itu berfungsi.

Tapi, kali ini aku malas harus menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri seperti dimimpi tadi. Aku tak sanggup jika nanti hatiku benar benar hancur menyaksikan adegan hot dua sejoli  itu. Kali ini cukup tahu saja, tahu bagaimana kelakuan asli Kang Yana dibelakangku.  Sementara akan kusimpan semua rekaman ini sebagai bukti. 

Tak tahan berlama-lama didalam rumah penuh rahasia ini, aku segera membereskan pakaian kedalam tas. Tak perlu membawa banyak. Cukup untuk ganti beberapa hari, sebelum menemukan alasan untuk pulang kerumah ibu dan bapak. Aku tak mau mereka terbebani lagi dengan masalahku. Baru saja  mereka meredamnya. Masalah emak-emak yang selalu berceloteh tentangku. Aku tak mau mengembalikan beban itu pada mereka.

Selesai memasukkan pakaian, aku bergegas berjalan keluar kamar. Tiba-tiba diambang pintu, aku berpapasan dengan Kang Yana.

"Neng?"

Aku tak menjawabnya. Langkahku tetap mengayun melewatinya  yang berdiri didepanku.

"Mau kemana?" Dia menarik tangan kiriku.

"Lepaskan!"

"Tidak!"

"Lepas!" Teriakku lagi.

"Jawab mau kemana?" Teriaknya menarikku. Lagi-lagi tubuhku sangat dekat dengannya. 

"Apa pedulimu?" Sekuat tenaga kulepaskan cengkeraman tangannya dan berjalan cepat keluar rumah.

Neng, tunggu! Aa bisa jelasin Neng, maaf semalam Aa khilaf." Kang Yana membuntutiku.

"Tidak, biarkan aku pergi kalau Akang masih tidak mau mengaku." Aku terus berjalan lebih cepat dan ingin berlari. 

(Bersambung gak?) 

Bab terkait

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Bukti Menyimpan Istri Rahasia

    "Kalau Akang masih tidak mau mengaku, biarkan aku pergi." Aku terus berjalan lebih cepat dan sedikit berlari.Mengabaikannya yang sedang berusaha menarik tanganku, adalah cara terbaik menghindar dari semua emosi yang mulai membara. Aku segera masuk kedalam taksi online yang sudah dipesan satu jam yang lalu."Jalan Mang!" Kuluruskan pandangan kearah sopir, tanpa menghiraukan Kang Yana yang menggedor-gedor jendela mobil."Oke Teh."Kusandarkan tubuhku pada jok mobil. Rahasia Kang Yana sudah terkuak, tapi pertanyaan tentang siapa wanita-wanita itu masih terngiang dikepalaku.Dua puluh menit sampai di rumah Shena sahabatku."Kamu baik-baik saja?" Tanya Shena yang sudah menunggu didepan rumah.

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Kehamilan Istri Rahasia

    Kudekati pasien wanita yang terbaring itu. Kuamati wajahnya, seperti tak asing dimata."Suci?" Gumamku. Aku semakin mendekat tak percaya."Suci?" Sekali lagi aku meyakinkan.Kutarik nafas, dan menghembuskannya kasar. Kuusap wajahku yang tak berkeringat.Ya allah"Bu,""I... Iya sus. Gimana, gimana kondisinya?""Tidak ada luka yang terlalu parah bu. Tapi, sepertinya pasien sedang hamil. Bersyukur janinnya masih bisa diselamatkan. Untuk memastikan umur janinnya nanti akan ada dokter kandungan visit kesini ya bu, Sementara sudah kusuntikan antibiotik kedalam infusan. Mohon tanda tangan disini untuk persetujuan pemberian obatnya." Penjelasan suster membuatku syok. Tanganku gemetar memegang pulpen yang diberikannya.Suci hamil? Dan aku harus menandatangani persetujuan pemeriksaan wanita dan anaknya Kang Yana?Sebenarnya, hati ini menolak untuk p

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Ambil Saja

    Mulutmu Suci!!! begitu lihai menghina dan meremehkan orang lain. Kudiamkan dia berceloreh tak henti. Kuputuskan untuk tak meladeni wanita seperti dia.Baru saja aku beranjak ingin menghindar darinya. Tiba-tiba dia memanggilku dengan nada tinggi."Soraya!" Seketika hening.Lalu wanita gila itu melanjutkan pembicaraannya. Ya, aku memanggilnya wanita gila. Karena tak ada wanita waras yang menyuruh suaminya menikah lagi dan...aahgrhhh..."Hmmh, mana wanita cerdas itu? Katanya cerdas, tapi begitu mudah kau dibohongi Sora, andai saja Kang Yana tidak menikahimu kau akan abadi menjadi perawan tua. Seharusnya kau bersyukur dan berterima kasih padaku."Mendengarnya berbicara sambil berteriak, membuatku ingin menjotos wajahnya. Kukepalkan tangan. Kugertakkan

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Dendam Rahasia Suci

    Pov Suci Rahma DhanyDi Rumah Sakit Dewi HusadaKutatap wajah lelakiku yang terkulai lemah. Aku tertawa menyaksikannya yang terbaring. Sedih? Tidak. Tidak ada kesedihan sama sekali dalam hatiku. Justru sebaliknya kebencian sudah mengerak menahun dalam dada.Bertahun-tahun seluruh perhatian kucurahkan padamu Adhyana! Tapi kau selalu menampilkan sikap cuekmu padaku. Dan...kau malah memilih meminang Soraya. Jelas, hatiku marah besar.Sungguh tampan memang wajah lelaki ini. Kuelus pipinya yang sedikit berjenggot. Kucubit hidungnya meski dia tak merespon. Wajah ini selalu mengingatkanku pada kekasih sejatiku yang telah pergi tujuh tahun yang lalu."Kali ini, aku takkan membiarkanmu jatuh pada lubang yang sama Yana." Kubisikkan pada lelakiku.

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Dendam Rahasia 2

    Pov Suci Rahma Dhany "Yanu?" Aku terkejut, saat kulihat lelaki dengan pakaian batik berwarna navy turun dari mobil. Ku kerjapkan mata tak percaya kalau itu Yanu. Segera kudekati jendela mengintip dibalik tirai, benar ternyata itu Yanu. Brengsek!!! Jadi kau Yanu, yang mau melamar Soraya? Jadi Soraya yang kau cintai selama ini? tidak, itu tidak mungkin. Jangan sampai ini terjadi, tidak. Aku tidak rela. Perasaan gelisah dan marah berkecamuk dalam dada. Bagaimana bisa dia menyukai Soraya? Bahkan aku tak pernah memperkenalkan mereka. Kapan mereka bertemu? Degup jantungku semakin tak teratur. Saking terlalu kencang, rasanya seperti tiba-tiba ingin berhenti saja. Dengan semua s

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Aku Jijik Melihat Kalian

    Pov Soraya AlmahyraTujuh tahun yang lalu, seseorang mengkhitbahku. Cincinpun melingkar dijari manis kiriku. Kebahagiaan mulai menyelimuti keluargaku. Ketika karir sudah kugapai umur dua enam merupakan waktu yang tepat untuk membina rumah tangga.Adhyanuarta Nama lelaki yang selalu memujiku disetiap kita bertemu.ah, bukan setiap bertemu. Karena kami hanya beberapa kali bertemu sampai memantapkan untuk ke jenjang serius.Setelah dua hari acara khitbah, dia meminta izin padaku untuk pulang sementara ke Bandung mengurus seluruh perusahaan peninggalan ayahnya, serta menjemput sang adik yang tinggal di luar negeri.Hingga satu minggu kepergiannya tak memberi kabar padaku. Namun aku selalu yakin akan janjinya yang akan me

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Menghilanglah Dari Kehidupanku

    Pov Soraya Almahyra"Ingat jangan mencariku lagi! Aku tak sudi melihat kamu Kang. Dan kamu! Kamu juga Suci, sudah ku berikan Kang Yana padamu. Jadi jangan ganggu kehidupanku lagi."Hmmh...terkadang aku tertawa sendiri, mengingat kata-kata yang kuluncurkan untuk dua makhluk tak berakhlak itu.Memang, mulutku bisa berkata seperti itu, tapi hatiku tidak. Justru Hatiku hancur saat mengatakannya pada mereka. Sebenarnya mereka penting bagiku, tapi rasa kecewaku terhadap mereka sudah terlanjur menggunung. Kesalahan mereka tak bisa dimaafkan.Suci si wanita pengambil Adhyanuarta dariku. Tapi ibu selalu saja mengingatkanku mungkin dia bukan jodohku, mungkin takdirku lebih baik. Mungkin dan mungkin.Lantas, apa kali ini juga takdirku? Umur pernikah

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Fitnah

    Pov Adhyana"Oke aku akan mengabulkan permintaanmu, Soraya Almahyra." Kubisikkan perkataan itu tepat di telinga Soraya istriku. Kuberikan surat perceraian sesuai permintaannya.Namun, sebenarnya aku tidak membubuhkan tanda tangan persetujuan pada surat itu. Karena sampai kapanpun aku akan menjadi suaminya. Hingga ajal menjemput aku akan tetap menghormatinya sebagai istriku.***Flashback"Cep, itu siapa ya yang sedang tilawah?" Tanyaku pada lelaki yang menyambutku, saat datang memenuhi undangan pengajian di Gedung Ukhuwah."Itu namanya Soraya Almahyra Kang." Jawab lelaki itu sembari membungkukkan badannya."Oh,,," Aku ha

Bab terbaru

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Teriakan Seorang Wanita

    "Sora, Soraya, Tolong!"Samar, seperti suara seorang wanita berteriak dari luar. Mataku mendelik, keningku mengerut. Kutajamkan runguku agar bisa mendengar dengan jelas. Namun, sedetik kemudian, hening, teriakan itu tak lagi terdengar.Ah, mungkin ini hanya halusinasiku. Mana ada, sepagi ini ada orang berteriak meminta tolong di depan ruamah. Sedangkan, gerbang depan saja masih jauh dari pintu rumah. Ditambah lagi, masih digembok. Mana mungkin ada orang menerobos masuk.Aku menggeleng, berusaha menepis prasangka yang sekelabat menghantui pikiran. Tentang masa lalu yang membuat rumah tanggaku diambang kehancuran. Tentang wanita misterius yang selalu datang tiba-tiba dan membuat hidupku dihantui rasa khawatir, curiga dan merasa sangat terancam.Tidak, tidak mungkin. Lagi pula wanita itu sudah jelas adanya, dan mengaku semua kesalahan yang dia perbuat. Wanita itu sudah bertaubat di depan umum. Dia sudah mengakui segala per

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Menunaikan Nafkah Batin (Season 2,season 1 tamat)

    Tibalah malam, malam yang selalu dinanti setiap pasangan pengantin. Ah, pengantin kadaluwarsa. Ya, aku dengan Kang Yana sudah lama menikah, tapi ini adalah kali pertama dia menyentuhku sedekat ini.Saat ini, ku tidak bisa menyembunyikan perasaanku yang berdebar hebat, sama seperti pertama kali Kang Yana mendekatiku. Sentuhan lembut tangannya membuat hati ini berdesir hebat, hingga menembus jantungku yang terasa semakin berdegup kencang. Napasku sungguh tak terkontrol."Sudah siap, Neng?" Kang Yana mendekatiku, lalu wajahnya hampir menempel dengan wajahku. Hidungnya yang bangir nyaris menyentuh hidungku. Tak ada sekat diantara kami. Kedua tangannya melingkar di pinggangku. Dia mendorongku pelan dan menempelkan bibirnya pada bibirku. Kami mengukir cinta yang abadi, di kamar indah yang penuh keromantisan. Memadu kasih dalam balutan kenikmatan surgawi. M

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Malam Pertama

    Malam pertama"Bidadari Aa, mau konsep bagaimana?"Kang Yana tiba-tiba memelukku dari belakang. Spontan, tanganku berhenti mengaduk bubur yang sedang kumasak untuknya. Dadaku berdesir. Nafasku kembang kempis. Bagaimana tidak? setelah dua bulan Kang Yana harusbed rest, inilah kali pertama dia menyentuhku sedekat ini. Hembusan nafasnya menembus jilbab menusuk telinga kananku hingga romaku berdiri.Jeda beberapa detik terdiam, jujur tak pernah terpikir olehku konsep seperti apa yang kuinginkan untuk acara resepsi pernikahan. Bagiku, kembali bersama Kang Yana sudah merasa sangat bahagia."Neng mah ikut Aa aja, kalau menurut Aa konsepnya bagus, Neng juga pasti suka."Aku Kembali mengaduk bubur

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Berbagi Suami?

    "Neng, ana uhibbuki fillah." Kang Yana menggenggam tanganku.Malu untuk menjawabnya, aku pun tersenyum membalasnya."Neng juga sayang Aa."______________________________________Brak!!!suara pintu terbuka menghentikan tanganku yang hendak menyuapi Kang Yana lagi.Sontak, kepalaku menoleh kearah pintu. Dan,,, spontan kakiku berdiri saat melihat sesosok perempuan diseret oleh Bradley masuk kedalam ruangan Kang Yana."Suci?" Akupun terkaget.Bradley mencengkram tangannya.Entah apa yang terjadi pada mereka, sampai-sampai Bradley memegang tangan Suci sebegitu eratnya."Ada apa Bradley? Kenapa kamu memegang tangannya seperti itu?"

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Kepribadian Suci

    Suci Rahma DhanySuci Rahma Dhani, ya itu memang namaku. Entah kenapa orang tuaku memberi nama itu untukku. Tapi nama itu telah mengutukku dalam guratan nasib kehidupan. Kehidupanku yang tidak seperti dongeng cinderella atau putri salju yang indah dikemudian hari.Sungguh tragis, semua yang kualami selalu berujung air mata. Dulu Adhyanuarta tidak pernah menyisakan hatinya setitikpun untukku. Dia malah membiarkanku terperosok dalam kesengsaraan batin.Ditambah lagi Kang Yana, hmmh Kang Yana? Geli rasanya mendengar panggilan itu dari mulut Soraya. Yah, Adhyana Afradhy. Memang dia adalah orang yang membuatku tergila-gila karena cinta.Memang, sebelumnya hatiku terkunci oleh Adhyanuarta alias kakaknya. Kakakmya yamg telah pergi membekaskan dendam dalam diri ini. Ya, awalnya aku hanya i

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Ana Uhibbuka Fillah(aku mencintaimu karena Tuhan)

    Seperti yang sudah-sudah, Bradley selalu menawarkan bantuan untukku. Meski dia pernah mengatakan perkataan yang konyol, tapi kuakui, pemuda itu termasuk salah satu tipe lelaki yang bertanggung jawab. Buktinya dari awal berangkat, hingga sampai akhirnya terdampar di klinik, dia masih terjaga disni. Mungkin dia juga merasa bersalah atas tertabraknya Suci."Sorry!! Aku tidak tahu, ternyata kamu sangat terpukul dengan kondisi wanita yang kutabrak tadi. Aku jadi merasa bersalah."Sesalnya sambil menundukkan kepala, seperti anak kecil yang meminta maaf pada ibunya ketika melakukan kesalahan."Tidak Bradley, kamu tidak perlu merasa bersalah! Semua sudah jadi jalan takdirNya. By the way, makasih udah jagain Suci tadi." Akupun tersenyum simpatik. Ternyata dia tak seburuk yang kukira. Dan aku berhar

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Ingin Mengukir kisah Indah Bersamanya

    Allah,Semua yang terjadi malam ini diluar dugaanku. Memang, aku mulai menikmati kebersamaan dengan Kang Yana. Tapi, masih saja Kang Yana menyembunyikan masalah sebesar ini?"Neng,"Suara itu mengagetkanku. Tiba-tiba Kang Yana sudah berada didepan pintu kamar mandi. Spontan aku menyimpan ponselnya kembali diatas kasur."Ayo Neng Aa antar lagi ke klinik! Bukannya Neng Khawatir sama Suci?"Suara Kang Yana sedikit tersenggal. Aku hanya mampu menatapnya mencari jawaban atas pesan yang dikirim dari dokter tadi, bahwa Kang Yana harus operasi. Namun tak ada tanda-tanda apapun. Kang Yana terlihat sehat-sehat saja didepanku."Neng, ayo!""Oh, iya ayo Kang!" Mungkin Kang Yana menyadari

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Rasa Cinta Dan Kejujuran

    Soraya AlmahyraMenjauh ketika rasa cinta mulai memudar?memang sangatlah mudah. Seperti saat aku mendengarkan rekaman suara desahan seorang wanita dimalam pertama, sungguh menguras emosi yang meluap-luap, ditambah lagi Suci yang selalu datang tiba-tiba menghantui kami.Tapi ternyata, suara desahan itu hanyalah rekaman dari ponsel Kang Yana.Ah, apa Kang Yana tidak menipuku? Apa memang alasannya karena penyakit yang dideritanya? hingga dia harus menonton video tak sewajarnya seperti itu. Penyakit apa sebenarnya? Atau aku yang terlalu bodoh? Tapi kenapa Kang Yana tidak terus terang dari awal pernikahan, kalau memang dia mempunyai penyakit?Pertanyaan-pertanyaan itu be

  • Nafkah Batin Yang Tak Tertunaikan   Kang Yana Vs Bradley

    Pov Adhyana Afradhya ( Kang Yana)Tanpa direncanakan, pertemuan terjadi begitu saja. Kemanapun Soraya pergi, aku selalu menemukannya. Memang ini adalah salah satu harapan terbesar setelah dia pergi dari rumah, bersyukur bisa tetap menatap dan memperhatikannya walau dari jauh.Allah selalu mengabulkan doa hambaNya yang merintih. Meski dosa menggunung tinggi, selagi bertaubat, ampunan selalu Dia berikan. Begitupun denganku, niat memperbaiki diri dengan menjelaskan kesalah fahaman saat itu. Telah membukakan setiap jalan. Meski hambatan tak henti menghadang, kala mulut sudah mulai berkata.Ketika aku tengah menelepon dan meminta solusi pada sahabatku yang masih tinggal di Arab. tiba-tiba suara seorang wanita seperti tak asing datang dari belakang membuatku terkaget. Aku langsung terperanjat. Tak

DMCA.com Protection Status