Home / Romansa / Maduku Sayang / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Maduku Sayang: Chapter 101 - Chapter 110

144 Chapters

101. Jogging Bertiga

Hari minggu seperti biasa tentu pekerjaan masih selalu ada dan harus segera dikerjakan, mencuci misalnya. Namun, kata Ferdila lebih baik ditinggal dulu karena kami akan jogging bersama.Menyenangkan bukan? Tentu saja bagi mereka, tidak denganku. Akan tetapi, mau tidak mau harus pergi juga demi menjalankan misi."Cepat pakai sepatunya," tegur Ferdila pada Vidia yang sangat lama. Aku sebenarnya mengerti kalau itu kode agar mereka bersikap romantis."Susah. Gak bisa," rengek Vidia memandangi sepatu putih berpadu merah muda itu. Ferdila dengan cepat menunduk dan memakaikan tali sepatu. Seperti anak-anak saja tingkahnya. Kali ini kami sama. Sama-sama tidak mengenakan jilbab karena merasa kesulitan olahraga jika tidak berpakaian ketat. Sebenarnya hal ini salah dan aku sadari itu."Ayo!" ajak Ferdila setelah selesai mengikat tali sepatu sang istri.Mulai deh lari keliling dan tentu saja aku harus mensejajarkan diri dengan Ferdila karena jika
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

102. Mencoba Memahami

"Ke mana mereka?" tanya Naren ketika kami saling bertemu. Dia baru saja selesai mencuci mobil, sementara aku sedang menjemur pakaian."Tadi lagi jogging bareng, entah sekarang mereka ke mana. Mungkin singgah di warung makan." Aku menjawab tanpa ekspresi."Kamu cemburu?" Pertanyaan itu membuatku menarik sudit bibir ke atas, kemudian beralih menatap Naren yang kemudian tersenyum. Di tangan kanannya ada secangkir kopi buatan sendiri."Tidak, Ren. Wajar bagi mereka kalau mau keluar bareng atau singgah ke mana gitu.""Kamu tidak sedang mencoba memahami keadaan, kan? Ferdila itu suami kamu yang sah di mata negara dan agama. Tentu sebagai perempuan, pasti ada rasa cemburu, resah dan gelisah."Aku hanya merespon dengan senyuman tipis karena Naren tidak akan berhenti mengingatkan bahwa Vidia adalah perusak rumah tangga. Memang sebenarnya kepo juga mereka ada di mana karena matahari sudah semakin meninggi.Andaikan bisa menebak, mungkin F
last updateLast Updated : 2021-12-24
Read more

103. Seranjang dengan Madu?

Pukul sembilan malam Ferdila sudah masuk di kamarku. Dia menyeringai layaknya singa kelaparan. Sementara aku hanya duduk bersandar di kepala ranjang menanti lelaki itu memulai lebih dulu.Detak jantung seakan saling berkejaran. Sensasinya seperti malam pertama dan entah mengapa aku sangat menginginkan. Ferdila.Aku menelan saliva ketika jarak kami semakin dekat. Dia duduk di tepi ranjang. "Apa kamu sudah siap bertempur malam ini, Sayang?""Sekarang?""Iya, kamu cantik sekali malam ini, Din. Sepertinya saat ini adalah waktu yang tepat. Aku tidak sabar menyentuh setiap inci tubuhmu."Aku tersenyum manis. Aroma parfum Ferdila menusuk indera penciuman. Dia semakin memutus jarak di antara kami. Tangan sudah saling berpegangan.Tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar. Aku terperanjat bukan main melihat Vidia memeluk bantal. "Malam ini aku tidur di sini, Din. Takut di kamar sendirian, ada yang ketuk-ketuk jendela.""Benarkah? Atau itu cuma akal-
last updateLast Updated : 2021-12-25
Read more

104. Aku Masih Sama

POV VIDIA MAIDA***"Jika ada ular yang terlihat jinak, jangan kau pastikan tidak berbisa. Seperti itulah aku, bersikap baik dan cengeng pada kakak madu hanya untuk membuatnya terluka lebih lama," gumamku sambil menatap ke luar jendela hotel.Tidak ada sesiapa pun di sini karena orang yang datang bersamaku baru saja pergi. Dia tahu kalau Ferdila akan datang sore nanti. Ya, kami akan jalan bertiga sesuai rencana, tetapi sebenarnya tidak.Aku memang mengirim pesan pada Ardina, memintanya untuk siap-siap. Namun, ada sesuatu di balik itu semua.Saat melirik jam, sudah menunjuk angka tiga, aku menelepon Ferdila dan langsung terhubung. "Fer," lirihku."Vid, kamu kenapa?""Aku ... perutku sakit banget, Fer. Mungkin gak bisa ikut pergi bareng kalian.""Sakit banget emang?""Iya, kan lagi halangan. Sakit banget ini," rengekku lagi padahal semua ini palsu."Kalau gitu kita tunda saja keluarnya. Nanti aku telepon Ardina dan
last updateLast Updated : 2021-12-25
Read more

105. Pak Robby

POV ARDINA***"Ferdila belum datang, Din?" tanya Naren dari dalam rumah. Ya, aku masih duduk di dekat jendela sambil terus memandang ke luar. Jam sudah menunjuk angka tujuh."Belum, mungkin lagi belanja sama Vidia. Abis itu singgah ke sini dan langsung berangkat biar gak repot ganti bajunya nanti." Aku menjawab ragu.Ada rasa gelisah yang menyelimuti jiwa, tetapi malu mengungkap pada Naren. Biar bagaimana pun, Ferdila tetaplah seorang suami yang wajib aku jaga kehormatannya. Aku merasa seperti itu untuk sesaat."Coba ditelepon, jangan sampai menunggu padahal gak jadi pergi.""Sudah, ponselnya gak aktif. Vidia juga gak baca pesan aku. Kemungkinan besar sibuk belanja."Naren hanya mengangguk. Aku mengerti bagaimana prihatinnya lelaki itu. Beberapa detik kemudian ada deru mobil dan aku spontan menoleh, sayang sekali itu mobil milik tetangga."Sampai kapan kamu akan menunggu, Din?""Sampai Ferdila datang. Aku percaya dia ak
last updateLast Updated : 2021-12-25
Read more

106. Hampa

Aku gamang. Jantung berdegup semakin cepat. Lelaki itu menyeringai dengan tatapan tajam seakan ingin menerkamku habis-habisan."Tidak usah mencari berkas yang tidak ada. Mari kita menikmati malam berdua, kita habiskan dengan bercumbu rayu!" Pak Robby mendekat. Dia mendorongku."Jangan! Tolong!" teriakku berusaha menghindar, tetapi kalah kekuatan. Tentu saja!"Tidak ada orang lain di sini. Kita nikmati malam ini." Pak Robby hendak membuka bajunya, tetapi terhenti karena pintu tiba-tiba terbuka. Ada yang menendangnya dari luar.Malaikat penolong, pasti itu Naren! batinku penuh harap."Jangan mau menikmati sendirian Robby, bagi ke gue juga!" bentaknya.Robby hanya tersenyum. Dia mempersilakan untuk menj*mahku lebih dulu. Rasa takut semakin menjadi. Aku mulai menitikkan air mata, Naren tidak juga muncul.Lelaki hidung belang yang umurnya tidak lagi muda itu melempar jaket yang dikenakannya asal. Dia pun sudah selesai melepas baju dan ters
last updateLast Updated : 2021-12-25
Read more

107. Kiss Mark

Siang hari barulah Vidia kembali ke rumah, dia sendiri dengan tanpa membawa belanjaan. Wajahnya nampak begitu ceria."Dari mana aja, Vid?" Aku yang sedang duduk di sofa tentulah terusik untuk bertanya."Dari bareng Ferdila tadi malam, cuma gak dianter ke sini." Vidia tersenyum. "Oh iya, tadi malam lupa ngabarin kita gak jadi jemput karena aku sakit perut."Aku hanya diam membiarkan Vidia masuk. Rumah masih berantakan, aku enggan untuk membereskan sebelum ada penjelasan dari Ferdila.Hati merasa gamang. Sekilas aku melihat tanda merah di leher perempuan tadi. Tidak mungkin tadi malam mereka sibuk berc*mbu di hotel dan membiarkanku sendirian di rumah."Kenapa rumah berantakan gini?" Vidia kembali ke luar sambil mengedarkan pandangan ke seluruh sisi."Gak tahu, mungkin tadi malam ada pencuri. Tanya pada Naren karena dia di sini juga tadi malam.""Naren di sini?"Aku mengangguk. Tidak lama kemudian beranjak juga menghampiri perempu
last updateLast Updated : 2021-12-26
Read more

108. Chat Mesra David

Pukul empat sore aku baru tiba di rumah karena malas jika bertemu Vidia sepanjang hari. Huh, berat sekali beban hidup yang bertengger di pundak."Dari mana?""Bukan urusanmu!" jawabku ketus."Tadi itu Arnila, kan?" Tatapan Vidia terlihat menyelidik. Aku menggeleng cepat sambil mengibaskan tangan berusaha menghindari pertanyaan yang bisa menjebak sampai ketahuan."Arnila apanya?""Aku tidak bisa kamu bohongi, Din. Telinga ini sudah sangat hafal suara saudari kembarmu itu."Untuk sesaat aku memutar bola mata malas, kemudian berlalu masuk kamar. Hati sedang tidak mood untuk diajak membahas hal sepele seperti itu. Biarlah dia menerka sendiri agar tahu bagaimana rasanya penasaran.Dalam kamar aku bersandar pada headboard sambil terus menatap ponsel yang tidak ada kabar dari Ferdila bahkan pesan suara yang aku kirim hanya dibaca. Mungkin dia ingin menjelaskan secara langsung.Ada notifikasi Whats*pp dan itu bukan dari suamiku, tetapi
last updateLast Updated : 2021-12-26
Read more

109. Lari dari Luka

Baru pukul empat sore, deru mobil sudah terdengar memasuki halaman rumah. Gegas kaki melangkah ke luar untuk memastikan siapa yang datang dan benar saja itu suamiku. Dia melangkah mendekat dan langsung mengulurkan tangannya ketika mata kami saling bertemu."Capek!" keluhnya menjatuhkan bobot di sofa. Aku ikut menemani sementara Vidia sekilas terlihat masuk dapur.Ada rasa iba melihat suami pulang dengan peluh yang membasahi sekujur tubuh. Jadi, untuk membahas sekarang rasanya tidak perlu. Nanti berujung pertengkaran."Tumben pulang cepat?""Karena mulai besok harus lembur selama sebulan.""Lembur sampai jam berapa?""Jam sembilan malam."Aku hanya mengangguk apalagi tidak terlalu faham dunia pekerjaan. Tidak lama, Vidia keluar dengan baki yang berisi kopi hangat. Senyuman lelaki itu seketika mengambang sempurna.Vidia duduk di sampingku, dia berkata dengan suara sangat lembut, "Mau aku siapin air untuk mandi?""Boleh, Sa
last updateLast Updated : 2021-12-26
Read more

110. Terciduk Lagi

POV ARNILASetelah mengirim pesan balasan pada Ardina, aku langsung mematikan ponsel karena nendengar suara pintu kamar yang terbuka. Benar sekali, seseorang yang keluar adalah adik iparku si Ferdila.Dia menoleh dengan raut wajah bingung. Beruntung aku sudah di depan kamar jadi tidak terlalu pusing mengambil alasan."Kenapa ke luar?""Tadi aku haus, jadi mau ke dapur buat minum. Kamu sendiri?" Aku berusaha bersikap santai. "Mau minum juga," jawab Ferdila santai. "Kenapa bawa ponsel?"Aku menatap ponsel, kemudian tertawa renyah. "Ah, iya kenapa bawa ponsel padahal ponselnya mati."Lelaki itu geleng-geleng kepala kemudian melangkah ke dapur. Mau tidak mau aku harus mengikuti dari belakang karena kalau langsung masuk kamar bisa ketahuan. Lagi pula siapa tahu ada kesempatan mencuri informasi.Lampu dapur sudah menyala, aku gegas mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih. Setengah saja karena tidak benar-benar haus. Ber
last updateLast Updated : 2021-12-26
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status