All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 291 - Chapter 300

Saat itu juga anak buah Deka yang masih berdiri segera menerjang menuju Indra dengan senjata golok panjang di tangannya, Jatra sendiri kini langsung bergerak bersama bandit lainnya mengepung Indra dari berbagai penjuru mata angin. Sementara itu Deka masih tetap berdiri di tempatnya seperti biasa untuk menunggu saat yang tepat menyerang Indra.Indra yang sudah ada di tengah-tengah kepungan musuh mulai semakin waspada dalam kuda-kuda gerakan pancalima andalannya, dia pikir mungkin akan semakin sulit menghadapi mereka semua jika Deka ikut ambil bagian di dalamnya. Saat Indra tengah berpikir tersebut seorang bandit sudah melesat cepat mengayunkan goloknya mengarah ke leher Indra, melihat sudah ada yang bergerak empat bandit lainnya ikut menerjang dengan golok mereka masing-masing.Indra segera mengayunkan tangannya membelokan serangan bandit pertama lalu menghindari dua tebasan golok yang mengarah kepada dirinya, dua serangan lainnya berhasil Indra hindari tanp

“Haduh!”“Gatal!”“Ulat bulu, awas banyak ulat bulu!” teriak beberapa anak buah Deka sambil mengibaskan tangannya di sekitar tubuh. Beberapa diantara yang lainnya segera membuka baju dan mulai menghempaskan ulat bulu yang ada di baju mereka semua.Ketujuh anak buah Deka terlihat sibuk dengan ulat bulu yang berjatuhan dari pohon rindang akibat tadi batangnya dihantam oleh Indra. Ya, tidak salah lagi kalau tempat tersebut adalah tempat Indra tadi beristirahat, dia sengaja membawa mereka ke sana untuk menjebaknya dengan ulat bulu yang ada di dedaunan pohon tersebut.Jatra sendiri yang sudah tidak berdaya setelah perutnya dihajar Indra hanya bisa tergeletak tak sadarkan diri, di sekujur tubuhnya juga terlihat banyak ulat bulu merayap sebab tadi dia menghantam dedaunan rimbun pohon tersebut setelah dilemparkan oleh Indra ke sana. Indra sendiri hanya tertawa cekikikan saja melihat para bandit tersebut

Melihat hal itu Indra terkejut bukan main, dia mendadak teringat dengan ajian dwibaya yang dimiliki oleh Wirarasa. Udara yang dihantam oleh Deka mendadak memadat dan melesat menuju ke arah Indra dari kejauhan, sekarang Indra paham mengapa Deka malah mundur menjaga jarak darinya untuk menggunakan ilmu kanuragannya.Riuh angin seketika bergemuruh mengiringi lesatan ajian teunggar kala yang dihantamkan oleh Deka, tanah yang dilewati oleh tekanan udara itu langsung berhamburan meninggalkan jejak di permukaan tanah, pepohonan yang dilewati oleh ajian tersebut seketika hancur lebur berkeping-keping. Indra tidak punya pilihan lain selain menghantamkan ajian bayubaraja miliknya mencoba menahan tekanan udara yang melesat datang.‘Bbhhhaaammrrrrr’Suara dentuman keras terdengar saat kedua ajian tingkat tinggi itu berbenturan di udara, kaki Indra mulai terdorong ke belakang sementara tangannya tetap menahan tekanan udara yang datang. Perlahan

Indra segera memakai lagi bajunya yang sudah basah karena telah dicuci, perlahan dia berjalan menuju ke tepi kolam sambil terus memperhatikan wanita berbaju putih yang duduk di dahan pohon. Melihat Indra bergerak, tiba-tiba saja wanita itu segera bangkit dan hanya dalam sekejap mata dia melesat menuju Indra dengan tendangan kaki kanannya.Sontak saja Indra terkejut bukan main, dia tidak menyangka wanita muda itu malah akan menyerangnya sebelum mengatakan apapun. Indra dengan cepat menyilangkan kedua lengannya untuk menahan tendangan wanita tersebut, suara benturan terdengar amat nyaring di tengah malam yang sunyi. Tubuh Indra yang belum siap untuk bertarung kembali terpental ke tengah-tengah kolam ikan karena tenaga yang dikerahkan oleh wanita itu lebih kuat dari dugaan Indra.‘Byurr’Tubuh Indra kembali tercebur, namun dia segera bangkit lagi sebab melihat wanita yang menyerangnya kembali melesat menapak di atas permukaan air serta

“Begitu ya, aku paham rahasia dibalik gerakan silatnya,” pikir Indra. Dia sekarang sadar bahwa jika Wina mengerahkan seluruh tenaganya maka kekuatan pukulan yang dia hasilkan rasanya tetap sama dengan pukulan pelan yang mendadak terasa menjadi kuat tadi. Jadi kekuatannya tidaklah bertambah meskipun pergerakannya semakin cepat, namun selambat apapun serangannya kekuatannya juga tidak berkurang sama sekali.“Kau tidak akan bisa lari sebelum aku bawa ke Paguron Kencabuana!” tegas Wina yang kali ini mengayunkan tangan kirinya dengan pelan mengarah ke bahu kanan Indra.‘Deukh’Kembali terdengar benturan keras, kali ini bahkan wujud Indra kembali terlihat saat tangan kanannya menangkis pukulan tangan kiri Wina, air kolam tempat mereka bertarung kembali menghambur ke udara akibat dampak benturan yang terjadi. Benar saja perkiraan Indra, kekuatannya memang sama seperti kekuatan pukulan cepat Wina yang mengerahkan sel