Home / Thriller / Bloody Revenge / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bloody Revenge: Chapter 1 - Chapter 10

15 Chapters

Prolog

 Farizka selesai menyalin jadwal mengajarnya untuk satu semester ganjil enam bulan ke depan. Dia kembali memperhatikan jadwal yang sudah berpindah pada buku harian yang selalu dibawa. Dua puluh lima jam dalam seminggu, mengajar dari hari Senin sampai Jumat. Semuanya kelas sepuluh. Kepala sekolah sempat menyampaikan dalam rapat pleno pada hari pertama masuk bahwa semua guru baru yang terhitung hanya dua orang, akan mengajar di kelas sepuluh. Farizka dan Angga. Angga—guru Olahraga—juga mendapatkan jam mengajar di kelas sepuluh. Tentu saja Angga akan mengajar di lapangan olahraga yang bersebelahan dengan lapangan upacara. Namun, Farizka justru harus mengajar di kelas yang sama, dari hari Senin sampai Jumat. Kelas 211. Kelas yang terletak di pojok lantai dua, menjorok ke dalam. Tidak terlihat dari lantai satu, bahkan dari lapangan upacara. Semua kelas di lantai dua dapat dilihat dari lantai satu. Kelas 201-212 sem
Read more

Sekolah Baru

 Kantin siswa tampak sangat ramai. Hampir setiap bangku terisi penuh dengan anak-anak yang sibuk makan atau sedang ngerumpi meski hanya memesan segelas es teh. Minggu fakultatif menjadikan kantin sebagai tujuan utama mereka menghabiskan waktu di sekolah bagi sebagian siswa yang tidak ikut kegiatan Masa Orientasi Siswa(MOS) atau lomba. Setelah memesan nasi goreng telur mata sapi dan segelas es teh, Farizka berkeliling mencari bangku yang kosong. Anak-anak sibuk dengan kegiatannya sendiri dan tampak acuh tak acuh dengan keberadaan guru yang baru lima hari berada di sekolah tersebut. Sebenarnya, bisa saja Farizka menyuruh salah satu dari mereka untuk bergeser dan mencari tempat duduk lain, tetapi niat tersebut urung dilakukan. Dia ingin menguji sejauh mana kepekaan anak-anak—calon siswa barunya.Akhirnya, seorang siswa laki-laki segera berdiri ketika Farizka sampai di bangku pojok.“Silakan, Bu,” u
Read more

Kelas 211

Minggu fakultatif telah berakhir seiring selesainya MOS untuk anak-anak kelas sepuluh. Sekarang sudah memasuki minggu aktif, kegiatan belajar mengajar akan berlangsung sebagaimana mestinya.Farizka menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan mengajar untuk hari Senin. Buku Panduan Matematika dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas sepuluh. Tak lupa, dia juga membawa kotak bekal makanannya dan botol mineral. Istirahat pertama hanya berlangsung lima belas menit. Waktu tersebut akan habis jika digunakan bolak-balik naik turun tangga dari pojok gedung lantai dua (kelas 211) menuju pojok gedung lantai satu (ruang guru). Farizka memutuskan untuk menghabiskan jam istirahat pertama dengan tinggal di dalam kelas saja sambil sarapan.Bel tanda masuk jam pertama berbunyi. Farizka segera bergegas menuju kelas 211. Jarak yang lumayan jauh dari ruang guru membuatnya harus lebih efisien dalam mengatur waktu. Tidak ada waktu untuk menunda berangkat menuju ke kelas.
Read more

Milna and The Geng

 Hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa, sudah sebulan Farizka menghabiskan waktu mengajar di kelas 211. Sepertinya, dia tak sependapat jika kelas 211 harus menjadi kelas yang paling dihindari bagi rekan-rekan sesama guru. Justru, dari kelas paling pojok ini, dia sering mendapatkan inspirasi dalam mengajar. Membuat media pembelajaran yang baru atau kadang-kadang mendapatkan ide dalam membuat soal-soal untuk latihan siswanya.Suasana kelas yang sepi, jauh dari hiruk pikuk siswa, menjadi alasan terkuat bagi Farizka untuk betah berada di dalamnya. Di samping itu, dia juga bisa fokus mengerjakan apa pun tanpa diganggu siapa pun.Sama seperti hari Senin ini, jadwal mengajar Farizka penuh dari jam pertama sampai jam terakhir. Ditambah jam tambahan pembinaan olimpiade Matematika sampai sore. Dan malamnya, dia harus lembur membuat silabus pembelajaran.Sebenarnya, jadwal lembur tidak harus dikerjakan di sekolah. Boleh saja diker
Read more

Siswi Bangku Pojok

 Keesokan harinya, Farizka mendapatkan panggilan dari Pak Yajid, sang kepala sekolah. Dia mendapatkan pujian karena sebagai guru baru mengumpulkan tugas silabus untuk pertama kali. Farizka dianggap mampu memberi contoh kepada guru lain terutama para senior karena memiliki disiplin waktu yang tinggi dalam mengerjakan tugas. Namun, imbas dari itu semua, dia mendapatkan tugas tambahan untuk membuat silabus kelas sebelas. Sebenarnya, tugas ini bukan tugasnya, melainkan tugas Bu Milna.Farizka keluar dari ruang kepala sekolah dengan tertunduk lesu. Harusnya, nanti malam dia bisa sekadar untuk beristirahat sejenak dari aktivitas lembur.Sementara itu, setelah Farizka keluar, Milna keluar dari salah satu ruang dari ruangan kepala sekolah. Ruang kepala sekolah ini memang memiliki tiga ruang. Ruang untuk tamu, ruang kerja, dan satunya ruangan kosong.“Harusnya, kamu bisa mencontoh si Farizka,” ujar Pak Yajid.Milna mengerucutka
Read more

Farizka dan Angga

  “Farizka,” panggil seseorang saat Farizka menuruni anak tangga dari lantai dua.Ternyata, Angga. Guru Olahraga itu menatap Farizka sambil tersenyum dari ujung tangga lantai satu.“Untung ada Angga.” Farizka berjalan bersebelahan dengan Angga menuju ruang guru.“Kok belum pulang?”“Iya, masih lembur,” jawab Farizka dengan napas yang masih memburu.Angga menghentikan langkahnya. Kali ini, mereka berhadapan. Angga menatap Farizka.Bukannya Farizka tidak tahu. Sebenarnya, dari awal Farizka tahu bahwa Angga ada rasa yang tidak biasa. Itulah kenapa Milna dan teman-temannya tidak menyukainya. Mungkin alasan “hati” ini masuk ke dalam salah satunya. Tentu saja juga ada segudang alasan lain untuk orang yang iri. Mau sebaik apa pun, kalau berhadapan dengan orang yang iri, semua akan terlihat salah.“Lembur apa lagi?” Angga menatap lurus ke a
Read more

Backstreet

Perasaan Farizka jauh lebih tenang sekarang setelah bercerita kepada Angga. Ditambah juga jauh lebih berbunga-bunga. Setidaknya, dia tidak perlu merasa takut lagi saat berada di kelas 211. Nasihat pacar barunya, Angga, selama hantu itu tidak mengganggu, tidak masalah. Terlebih, Angga berjanji akan menemaninya lembur jika dia terpaksa lembur di kelas 211. Termasuk, menemaninya lembur nanti malam.Masalah jadian, mereka sepakat untuk backstreet agar tidak terjadi gosip macam-macam. Sekaligus menjaga perasaan Milna.Malam itu, selesai melatih ekstrakurikuler basket, Angga berencana segera naik ke lantai dua, ke kelas 211, menemani pacarnya untuk lembur mengerjakan silabus kelas sebelas. Dalam hati, Angga sedikit jengkel. Meski Pak Yajid Harahap adalah ayah kandung dari Milna, se
Read more

Can You Help Me?

Perasaan Farizka jauh lebih tenang sekarang setelah bercerita kepada Angga. Ditambah juga jauh lebih berbunga-bunga. Setidaknya, dia tidak perlu merasa takut lagi saat berada di kelas 211. Nasihat pacar barunya, Angga, selama hantu itu tidak mengganggu, tidak masalah. Terlebih, Angga berjanji akan menemaninya lembur jika dia terpaksa lembur di kelas 211. Termasuk, menemaninya lembur nanti malam.Masalah jadian, mereka sepakat untuk backstreet agar tidak terjadi gosip macam-macam. Sekaligus menjaga perasaan Milna.Malam itu, selesai melatih ekstrakurikuler basket, Angga berencana segera naik ke lantai dua, ke kelas 211, menemani pacarnya untuk lembur mengerjakan silabus kelas sebelas. Dalam hati, Angga sedikit jengkel. Meski Pak Yajid Harahap adalah ayah kandung dari Milna, seharusnya sang kepala sekolah tidak bisa membela anaknya terus-menerus dan melakukan tindakan semena-mena terhadap Farizka. “Pak, anak-anak sudah menunggu di rua
Read more

Mencari Informasi

Pagi itu, sebelum jam pertama dimulai, mereka memutuskan untuk mencari info ke bagian TU (Tata Usaha) sekolah tentang siswi yang bernama Monica Miyana Renaldi. “Buat apa?” tanya Bu Elok, penjaga TU, sebelum memberikan data.Untungnya, Farizka dan Angga sudah mengantisipasinya. Mereka sudah menyiapkan jawaban-jawaban yang akan diberikan jika ada pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Bagaimanapun, mereka tidak mungkin menceritakan apa sebenarnya yang mereka alami. Meskipun mungkin sebagian penghuni sekolah sudah tahu misteri kelas 211. Apalagi, Bu Elok adalah senior TU di sini dan sudah mengabdikan diri puluhan tahun di yayasan ini, pasti beliau juga pernah mendengar desas-desus cerita hantu itu. “Buat apa kalian menanyakan Monic?” ulang Bu Elok melihat kedua guru baru di hadapannya masih terdiam.Farizka akhirnya angkat bicara, “Saya butuh data anak-anak pindahan, Bu, terutama anak blasteran. Untuk keperlu
Read more

Flashback

Farizka dan Angga keluar dari ruang TU dengan pikiran masing-masing. Kira-kira, benda apa yang dimaksud Monic? Kalau mengingat kata Bu Elok tadi, berarti Monic adalah teman Milna, Eka, dan Rahma. Mereka seangkatan. Ya, kami seangkatan. Tapi, kenapa hantu itu tetap menjadi siswa SMA, sedangkan kami sekarang sudah beranjak dewasa?Farizka tampak pusing, pusing mengaitkan antara satu masalah dan masalah yang lainnya. Sepertinya, benang merahnya satu per satu mulai bisa diusut. Namun, bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya sekarang. Dia dan Angga harus mengajar pada jam pertama.Farizka harus kembali menuju kelas 211. Seperti biasa. Dia juga akan bersikap biasa saja seandainya Monic ikut bergabung belajar di kelasnya. Sementara itu, Angga langsung menghambur ke lapangan bersama siswanya.Sepulang sekolah sore nanti, mereka berjanji untuk membahas masalah ini. Di tempat biasa. Di Warung Bakso Prima.            &n
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status