Home / Fantasi / Jerat Cinta Tuan Vampire / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jerat Cinta Tuan Vampire: Chapter 11 - Chapter 20

154 Chapters

Tuan Heinze

"Bangun Suci…." Suara bariton terdengar di telinga wanita berwajah mulus tanpa noda itu. Manik mata cokelat tuanya terbuka perlahan, dan tertegun menatap wajah tampan di depannya.  "Ayo bangun, kita sudah sampai…," ujar suara itu lagi. Seakan tersadar, Suci melompat bangun dari tidurnya dan menyadari kalau dia tengah berada di dalam sebuah mobil. "Aku di mana?"  Rey berdecak menatap Suci tajam. "Tentu saja ada di bumi, kamu pikir kamu ada di bulan sekarang!"  Suci menatap ke sekelilingnya, mendapati mobil yang sedang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah gedung mewah yang terlihat seperti hotel. "Ayo turun!" ajak Rey lagi. Pria berkulit pucat itu keluar lebih dulu meninggalkan Suci yang masih kebingungan di kursi mobil. Wanita itu bergegas turun saat menyadari Rey s
Read more

Tuan Heinze Dua

"Kita akan menginap disini, Pak?" Rey mengangguk dan menjatuhkan dirinya ke sofa kamar hotel. "Apa aku boleh pulang saja, Pak?" tanya Suci lagi. "Kenapa memangnya? Apa kamar yang aku pesan ini tidak cukup bagus untukmu?"  Suci mengangkat dua tangan ke atas dada dan mengayunkannya dengan cepat. "Bukan, bukan begitu, Pak. Aku hanya—"  "Tidurlah disini, kita akan pulang besok pagi!" potong Rey bangkit dari sofa. "Tapi, Pak. Aku tidur di mana nanti?"  "Kamu bisa tidur di sofa kalau kamu mau," sahut Rey santai. Suci melongo, tidak menyangka atasannya akan berkata begitu padanya. Bagaimana mungkin pria berambut putih itu menyuruhnya tidur di sofa? Apa dia tidak bisa memesankan satu kamar lagi untuknya?  Kesal, Suci menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Dia ingin sekali protes, tapi Rey sudah lebi
Read more

Kesal

"Dari mana saja kamu, hah?!" sentak Rey saat Suci baru saja masuk ke dalam kamar mereka. "Kamu mengagetkan aku, Pak." sahut Suci mengusap dada. "Aku tanya kamu dari mana?!" tanya Rey lagi. "Aku dari bawah, Pak. Mencari makanan untuk kita, tapi aku tidak sempat memesan makanan karena bertemu dengan Tuan Heinze di sana," terang Suci berdiri di depan atasannya. "Apa? Kenapa kamu berkeliaran sendirian di sini? Apa aku menyuruhmu ke bawah, hah?!"  Rey kembali memarahinya untuk hal yang tidak penting menurut Suci. Apa pria ini memang hobi marah-marah pada orang lain sejak dulu?  Dia masih kesal dengan perlakuan tuan Heinze padanya dan kini Rey malah menambah rasa kesalnya? Suci ingin sekali melempar sepatunya ke wajah Rey sekarang. "Kenapa kamu diam?!" Rey masih membentak Suci. "Lalu aku harus menjawab apa? Aku la
Read more

Pesta

"Kamu mau ke mana Suci?" tanya Susi melihat anaknya sudah tampak cantik dan menawan. "Aku akan menemani bosku ke sebuah pesta, Mom."  Susi mengernyit. "Kamu mau pergi lagi dengan bosmu malam ini?" Suci mengangguk. "Apa kalian sudah dekat sekarang, hm?" goda wanita paruh baya itu. "Maksud Mommy apa? Kami hanya sebatas atasan dan bawahan, Mom … jangan berpikir yang tidak-tidak!" elak Susi dengan wajah yang memerah. "Mommy hanya bertanya Suci, kamu yang terlalu berburuk sangka dengan mommy."  "Terserah Mommy saja, aku pergi dulu. Dia sudah menungguku di luar."  "Ya, buat dia terus terpesona denganmu…!" sahut Susi setengah berteriak sebelum pintu depan rumah mereka tertutup. Suci melangkah cepat masuk ke dalam mobil bosnya dengan perasaan bahagia. Entah karena ucapan ibunya, atau karena tahu d
Read more

Kamu Sudah Punya Kekasih?

"Ini laporan yang Pak Rey minta." Suci menyodorkan sebuah dokumen ke tangan atasannya. "Kamu sudah memeriksanya dengan teliti?" Suci mengangguk. "Sudah, Pak."  "Bagus, kalau begitu pesankan aku makan siang." Rey menaruh dokumen di tangannya begitu saja ke atas meja. "Bapak tidak ingin memeriksanya lagi?" kaget Suci. "Tidak perlu, aku yakin kamu pasti mampu menyelesaikan laporan itu dengan baik."  Suci hanya bisa mengangguk, mengikuti apa yang dikatakan pria berkulit pucat itu. Dia kembali duduk di depan meja kerjanya dan menghubungi seseorang untuk memesan makanan untuk Rey. "Bapak, ingin makan apa?" tanya Suci lupa bertanya tadi. "Darah…." "Apa?"  "Maksud aku daging … steak," sahut Rey merutuki mulutnya sendiri. Hampir saja di
Read more

Percakapan Keluarga

"Kamu sadar dengan pilihanmu ini Rey? Dia manusia, dia bisa membahayakan klan kita dan juga dirimu sendiri! Tolong pikirkan lagi untuk menahan dia disisimu…." "Tapi Dad, dia mate-ku. Belahan jiwa dan separuh hidupku. Mana mungkin aku melepaskannya hanya karena dia seorang manusia. Aku mencintainya, bahkan sebelum Suci hadir dalam hidupku. Aku menunggunya selama beratus-ratus tahun Dad, bagaimana mungkin kamu memintaku untuk berpisah dengannya?!" Ayah dan anak itu saling menatap tajam, duduk di ruang keluarga setelah Suci ditemukan pingsan, jauh dari kastil mereka. "Lalu bagaimana dengan klan kita? Apa mereka juga tidak sama penting bagimu? Kamu juga harus memikirkan klan kita Rey … kamu mau klan kita hanya tinggal nama saja nanti? Kaum hitam akan terus menyerang klan kita jika kamu masih bersikeras menahan manusia itu!" sahut Olympus bersikeras. "Suci, Dad. Namanya Suci! Yang kamu sebut
Read more

Tindakan Tak Terduga

"Bagaimana hubunganmu dengan tuan Rey, Suci?" tanya Olivia teman satu kantornya. "Hubungan?" sahut Suci tidak mengerti. "Iya, kalian pasti sudah sangat dekat sekarang…." "Ya, kami dekat sebagai atasan dan bawahan saja, Liv…," sahut Suci apa adanya. "Jangan bohong, aku tahu kamu dan tuan Rey pasti ada hubungan yang lebih dari sekedar itu," goda Olivia. "Terserah kamu saja mau berpikir apa!"  Dua wanita muda itu sedang duduk menikmati makan siang bersama di kantin perusahaan. Sudah berbeda ruangan tidak menjadikan hubungan Suci dan Olivia merenggang. Mereka sekarang lebih banyak menghabiskan waktu berbicara satu sama lain tentang banyak hal. Disaat sedang senggang seperti ini. "Apa selama ini bos kita selalu memperlakukanmu dengan baik Suci?" tanya Olivia lagi masih penasaran. "Su
Read more

Dibanting Kuat

"Jadilah milikku seutuhnya Suci…." bisik Rey di telinga istrinya.  Dalam cumbuan panas mereka, Rey membawa Suci hanyut dalam sapuan bibir basah pria itu.  Suci tahu ini sudah salah, Rey bisa saja hanya mempermainkannya. Pria itu pasti punya banyak wanita dalam hidupnya, dia tidak mau jatuh begitu saja di pelukan atasannya. Apalagi melihat perangai Rey yang selama ini selalu membentaknya, Suci jadi curiga kalau Rey hanya ingin coba-coba saja dengannya. "Aku mencintaimu…," bisik Rey lagi di sela-sela ciumannya. Seakan tersadar dengan perkataan pria berambut putih itu yang begitu tiba-tiba, Suci mendorong Rey dengan kuat hingga dia mundur ke belakang. "A-apa maksud ucapanmu, Pak?" tanya Suci terbata. Rey tertunduk, bingung harus bagaimana lagi. Semakin lama dia tidak bisa menyembunyikan perasaan di hatinya untuk Suci.
Read more

Akibat Serangan

"Brengsek!" Rey menendang kuat kaum hitam yang tengah berada di atas tubuh istrinya dengan marah. "Bawa Suci pergi dari sini Michael!" teriak Rey pada asistennya. Pria itu dengan sigap membawa Suci keluar dari ruangan atasannya dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri. Rey dengan cepat kembali ke kantornya saat mendengar panggilan Suci. Pria itu bisa merasakan apa yang sedang mate-nya rasakan di saat dia tengah terancam melalui suaranya. "Berani sekali kau datang kesini dan mengganggu ketenanganku?!" marah Rey dengan manik mata memerah dan wajah yang bergaris hitam mirip tato. "Kau harus membayar apa yang sudah kau lakukan pada istriku!" Rey maju menyerang kaum hitam itu lebih dulu. Keduanya terlibat baku hantam sambil melayang di udara. Bunyi dentuman keras terdengar memenuhi ruang kerja Rey dengan pecahan kaca dimana-mana. Rey tahu kal
Read more

Bellboy

"Bagaimana persiapan kita Michael?"  "Semua sudah siap, Pak. Peresmiannya tinggal menunggu kehadiran Bapak dan Tuan Heinze di sana." Rey mengangguk duduk di kursi belakang dengan hati yang tidak sabar, sebentar lagi dan dia bisa menyelesaikan semua rencana yang sudah mereka susun dengan matang selama ini. Rey yakin kemenangan akan bisa mereka raih, dan kaum hitam akan kehilangan salah satu pemimpin terkuat mereka. "Pak Rey, ini masih ada dokumen yang belum Bapak tanda tangani…." Suci menyela pembicaraan atasannya dan menyodorkan dua buah map ke tangan Rey. "Kita ada di mobil dan kamu masih saja bekerja?" sahut Rey mengambil pena dari saku jasnya. "Iya, Pak. Aku tidak mau pekerjaanku menumpuk saat kita kembali nanti." Rey tersenyum senang dalam hati, istrinya memang sangat cekatan dalam bekerja. Dia tidak mau membuang-buang wak
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status