Home / Fantasi / Jerat Cinta Tuan Vampire / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Jerat Cinta Tuan Vampire: Chapter 51 - Chapter 60

154 Chapters

Rekan Satu Ruangan

"Bagaimana tugasmu semalam Michael?" Rey duduk di belakang meja kerja ruangannya.    Mereka sedang berada di perusahaan Lucky, Corp sembari menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena penyerangan Kaum Hitam tempo hari.   "Semuanya berjalan dengan lancar Tuan, pemimpin Kaum Hitam terakhir itu pasti sedang kewalahan mencari bibit tanaman herbalnya sekarang. Ladang mereka sudah hangus, rata dengan tanah!"    Rey tersenyum puas mendengar laporan asistennya, Michael memang selalu bisa diandalkan.   "Kerja bagus Michael, aku yakin pria licik itu tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Nanti setelah pesta perayaan perusahaan selesai, kita akan mulai menyerang kerajaan mereka. Pastikan kaumnya kesulitan mencari bibit-bibit tanamannya!"    "Baik Tuan." Michael menunduk memberi hormat, undur diri dari hadapan Rajanya.   "Tunggu Michael…!" tahan Re
Read more

Kedatangan Fourd

"Kamu mau kemana malam-malam begini Rey?" Suci mengernyit melihat suaminya sudah tampak rapi dengan jubah panjang berwarna merah tua, menjuntai sampai ke bawah. Pria yang ditanya tersenyum, mendekati Suci di kursi sofa ruang tengah kastilnya. "Ada yang harus aku kerjakan sebentar My Lady. Aku hanya akan ke ujung kota mengunjungi Klan kami yang bertugas berjaga di sana."  "Tapi ini sudah malam Rey, apa tidak bisa besok pagi atau setelah pulang kantor saja kamu kesana?" protes Suci tidak ingin ditinggalkan. "Kamu lupa suamimu ini adalah Vampire?" Rey mengusap dagu runcing wanitanya.  "Vampire tidak keluar berjalan-jalan saat matahari sedang terik-teriknya bersinar. Tenang saja, aku tidak akan lama. Kamu bisa menungguku di kamar," sambung Raja Vampire itu setengah membujuk istrinya. Sebagai seorang pemimpin tertinggi Klan yang punya banyak kewajiban da
Read more

Kau Memang Cerewet!

"Permisi, Pak. Ini laporan perencanaan pesta yang kita bahas kemarin." Olivia menyerahkan sebuah lembaran kertas ke atas meja Michael. Pria bertubuh kekar itu sedang fokus mengerjakan pekerjaanya ketika Olivia masuk ke dalam ruangan mereka. "Aku pikir kau yang akan mengurus semua itu Olivia…?"  Olivia mengernyit. "Kenapa saya, Pak? Bukannya kemarin Pak Rey berkata kita harus mengurusnya bersama? Aku sudah memberikan laporan perencanaan kita juga pada Pak Rey tadi, dia bilang kita harus mengurus ini semua sama-sama." Michael berdecak, kembali menyibukkan dirinya dengan lembaran kertas yang lain di atas meja. "Aku tidak punya waktu Olivia … kau saja yang mengurus pesta itu. Lagipula kau adalah wanita, kau yang lebih tahu bagaimana merencanakan sebuah pesta yang baik!" sahutnya tidak mau ambil pusing dengan ucapan wanita itu. Olivia mendengus
Read more

Bukan Karena Ada Maunya

"Rey…." "Ada apa?"  "Bisakah nanti malam aku pergi dengan Olivia?" tanya Suci meminta izin. Rey sedang duduk membaca di ruang perpustakaan dalam kastil saat Suci masuk ke dalam sana menemuinya. "Kamu mau kemana dengannya?" Rey meletakkan buku, meminta istrinya duduk di atas pangkuan dia. Suci mendekat dengan patuh, melingkarkan tangannya ke leher Rey.  "Kami hanya akan belanja dan makan malam saja Rey. Sudah lama kami tidak pernah lagi keluar berjalan-jalan bersama." Rey mengangguk, mengusap lembut rambut panjang wanitanya. "Apa perlu aku menemanimu?"  "Tidak perlu, nanti setelah kamu selesai melakukan tugas malammu mengecek para Klan yang berjaga. Kamu bisa menyusulku kesana kalau kamu mau."  "Baiklah kalau begitu, aku akan mengutus beberapa Klan-ku untuk pergi denganmu
Read more

Tatap Mataku

"Capek sekali, kakiku sampai sakit berkeliling mall ini." Olivia duduk di dekat Joseph yang sama menggerutunya dengan kekasihnya. Pria itu membawa hampir sepuluh tas belanjaan di tangan, hasil perburuan Olivia di dalam toko-toko yang mereka masuki. "Lain kali aku tidak mau menemanimu belanja lagi!" Joseph berucap dengan wajah yang terlihat lelah. Semua belanjaan Olivia dia letakkan begitu saja di lantai dekat meja restoran di mana mereka duduk.  "Aku tidak menyuruhmu menemaniku, kan? Kamu yang memaksa ingin ikut, jadi berhenti protes kepadaku!" sahut Olivia sedikit tersinggung dengan ucapan Joseph barusan. "Iya, iya … aku yang salah. Harusnya aku tidak mengikuti kalian berdua malam ini!" Olivia mendengus, melipat tangannya di depan dada.  Telinganya juga sudah sakit mendengar keluhan dari bibir Joseph sejak tadi. Pria itu juga sempat tidak ma
Read more

Bagian dari Kaum Hitam

"Apa yang terjadi Auntie?" Rey datang dengan wajah yang khawatir.  Pria itu belum lama dihubungi oleh pamannya Aaric, saat dia masih memeriksa penjagaan diujung kota.  Rey langsung kembali ke kastil dengan cepat mendengar Suci ada bersama dengan bibi dan pamannya. "Istrimu pingsan Rey, dia hampir saja dibawa oleh kaum hitam tadi…," sahut Selena duduk di pinggir ranjang di mana Suci terbaring. "Apa, kaum hitam?!" kaget Rey. "Iya, aku tidak sengaja bertemu dengan mereka saat kaum hitam akan membawa Suci ke dalam lift," terang Selena menjelaskan kronologi ketika mereka berada di dalam satu mall yang sama. "Kenapa kau bisa membiarkan Suci berjalan sendirian tanpa penjagaan Rey? Kau lupa kaum hitam masih terus mengejar istrimu?!" sambung Selena menatap tajam keponakannya. Meski baru beberapa kali bertemu dengan Suci saat makan
Read more

Tidak Menyangka

Masuk ke dalam kastil, Michael mengikuti Rajanya begitu selesai melaksanakan tugas yang diberikan Rey.  Pria bermanik mata biru itu menunggu Michael di ruang kerja dalam kastil, dan sedang berdiri di depan jendela, menatap keluar dengan pandangan mata penuh kebencian. "Di mana bajingan itu berada Michael?!" Rey bersuara setelah tahu asistennya sudah masuk di dalam ruangan bersamanya. "Sepertinya dia sedang bersembunyi di suatu tempat. Kami tidak menemukan dia di rumahnya. Dia pasti sudah tahu kaum hitam yang membawa Ratu telah gagal melakukan tugasnya, dan memilih kabur sebelum ditangkap oleh kita."  Rey mengepalkan tangannya kuat, kecurigaannya tempo hari ternyata benar. Dia tidak menyangka Joseph akan bergerak hari ini disaat Suci lepas dari pengawasannya.  "Tapi Rey, darimana kamu tahu pria itu adalah salah satu dari kaum hitam?" tanya Michael masih penasaran de
Read more

Tanaman Obat

"Thomas memberi hormat…." Kaum hitam kepercayaan King baru saja tiba di kerajaannya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Pria berbadan tegap itu membungkuk, dengan suara seraknya yang khas.  "Kau sudah tiba?" sahut King berbaring diatas ranjang kamarnya. "Iya, Tuan. Aku membawa beberapa tanaman obat herbal yang berhasil aku temukan di negara bagian lain."  King mengangguk, berusaha bangkit dari atas ranjangnya. Tubuh pria itu semakin pucat dan lemah, King mulai kehabisan obat-obatan penunjang hidupnya. "Berbaringlah Tuan, jangan memaksakan tubuhmu…," tahan Thomas tidak tega. Dia sedih melihat keadaan pemimpin terakhir mereka, yang mungkin tidak akan lama lagi bertahan jika dia terlambat kembali ke Kerajaan Kaum Hitam. Dibelakang Thomas datang seorang tabib yang berjalan terburu-buru membawa s
Read more

Satu-satunya Cara

"Kau yakin menyetujui pertukaran yang diminta anak Olympus itu, Tuan?"  King mengangguk. "Hanya itu satu-satunya cara agar kita bisa mendapatkan bibit tanaman herbal yang tersisa, Thomas. Kita tidak mungkin melewatkan kesempatan bagus seperti ini…," ucapnya penuh keyakinan. "Tapi, Tuan. Aku masih bisa mencurinya dari kastil Olympus. Tongkat Tuan Heinze sangatlah berharga, aku yakin pria licik itu punya rencana yang tidak baik untuk kaum kita setelah mendapatkannya…!" sahut Thomas tidak terima. Semua orang tahu bagaimana kuatnya sihir yang ada dalam tongkat milik Tuan Heinze. Thomas yakin Fourd sengaja menggunakan kesempatan ini untuk mencari keuntungan dari keadaan pemimpinnya. "Kau tidak perlu melakukannya Thomas. Nyawamu dan kaum kita lebih berharga dibanding tongkat itu. Aku tidak mau ada yang mati sia-sia lagi hanya untuk obat-obatku!" King terdengar memohon namun setengah meme
Read more

Buaian Lembut

Bunyi pintu yang dibuka dari luar membuat Rey mendongak dari balik meja kerjanya. Wanita bermata sipit dengan rambut panjang hitamnya, masuk mendekati Raja Vampire itu. "Kamu tidak ke kantor Rey?" tanya Suci melirik jam dinding di samping kiri suaminya. Sudah jam delapan pagi dan pria itu masih berleha-leha di dalam ruang kerjanya.  "Tidak My Lady, aku sudah meminta Michael menggantikan aku mengurus perusahaan sementara waktu."  Suci mengernyit. "Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya khawatir. Rey menggeleng. "Tidak ada My Lady, aku hanya ingin terus di kastil saja menemanimu," jawabnya. Rey memang tidak mau meninggalkan istrinya sendirian sekarang. Hampir kehilangan Suci tempo hari membuat Raja Vampire itu takut dan resah. Rey akan terus disamping Suci setidaknya sampai Joseph ditangkap oleh Klan Vampire-nya "Kamu berbicara se
Read more
PREV
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status