Home / Romansa / MARTA, cinta kedua / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of MARTA, cinta kedua: Chapter 51 - Chapter 60

79 Chapters

51. Payah!!

Jam dua belas, dan aku segera merapikan kertas-kertas yang terserak di meja. Sempat ku lirik Bos menyebalkan itu, dia sedang asyik melakukan sesuatu dengan komputernyaSesekali dia mengurut kening. Berdecak kesal, ataupun mendengus. Dan aku mulai terbiasa dengan raut wajah itu. Saat seperti ini, dia tidak mau diganggu. Salah gerak pun, amarahnya akan meledak.Lebih baik aku segera beristirahat.Tanpa permisi aku melangkah keluar. Makan bersama karyawan lain, sepertinya menyenangkan. Karyawan butik berjumlah lima orang, dan mereka biasa istirahat siang bergantian."Dasar, jaman sekarang tuh jadi atasan kayak nggak ada harganya." Pak Arka seperti dengan sengaja mengeraskan suara.Terpaksa aku melongokkan kembali kepalaku, "Bapak ada perlu dengan saya?""Nggak," jawabnya ketus."Oh, baik. Kalau begitu saya pamit makan siang dengan anak-anak di depan, Pak." Aku segera keluar kembali."Tunggu!"Yang terdengar selanjutnya hanya seperti beberapa buku dan alat tulis lainnya dirapikan dengan t
last updateLast Updated : 2022-05-26
Read more

52. Nikah, Yuk!

Aku duduk diantara rumput, setelah berhasil menarik kaki kanan yang tertimpa badan motor.Beruntung aku tidak salah membedakan rem dan gas. Dan motor tetap bisa ku kendalikan walau akhirnya terjatuh juga. Jatuh tepat di atas rumput tebal.Pak Arka, dia menatapku tajam tanpa berniat membantu. Sedikit kejam, tapi ku pikir itu wajar karena ini salahku. Lagi pula ini tak parah. Kakiku baik-baik saja.Sedikit ku goyangkan kaki kananku, sedikit nyeri. Mungkin ada sedikit urat yang tertarik. Selebihnya tak ada masalah."Kenapa, patah?" Nada Pak Arka terdengar seperti menahan geram."Tidak," jawabku santai."Huhh … kenapa nggak patah sekalian. Biar tau rasa. Sok jagoan. Kamu pikir ini arena balap liar?""Doanya jelek amat, Pak."Pak Arka masih menggerutu. Aku memilih diam dan berpura tak mendengar. Aku beringsut mundur. Menyandarkan punggung di tebing.Perlahan nyeri mulai merambat. Yang awalnya tak terasa sakit, sekarang seperti nyeri, panas dan seolah menebal.Pak Arka menegakkan motor mili
last updateLast Updated : 2022-05-29
Read more

53. Cinta Untuk Perempuan yang Tepat

Perawat itu mengangguk dan menutup pintu ruangan.Dengan teliti dia memeriksa dan juga berdiskusi dengan dokter di ruangan ini. Sesekali di olesnya salep dingin ke beberapa bagian kakiku yang membiru."Tidak apa-apa, cuma dalam beberapa hari sebaiknya dibalut dulu. Biar tidak ada kotoran masuk melalui luka-luka ini," kata Dokter ramah.Luka? Apa ada luka di kakiku? Kupikir hanya lebam-lebam saja."Apa lukanya parah?" tanyaku akhirnya."Tidak, hanya goresan sedikit agak dalam. Hanya saja kalau dibiarkan terbuka, bisa kena bakteri dan menimbulkan infeksi. Itu yang bahaya." Dokter menerangkan sambil membuka kacamatanya.Aku meringis saat perawat tadi mulai membersihkan lukaku. Ku lihat kapas di tangannya berwarna merah.Tadi sesaat setelah jatuh aku memang merasakan kakiku basah. Ku pikir itu oli atau bensin yang tumpah. Ternyata itu darah. Pantas tadi Pak Arka terlihat sedikit panik."Nggak dijahit kan, Mbak?" bisikku pada perawat itu."Tidak, Bu. Ini sudah tidak terjadi pendarahan kok.
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

54. Pesan yang Terhambat

Sosok itu mendekat. Wajahnya semakin jelas terlihat, seiring kelebatan waktu yang pernah kulalui bersamanya.Ah, aku tidak pernah menginginkan berada di posisi seperti ini. Menatapnya hanya menambah goresan tak bermakna. Yang hanya akan membuat perasaanku penuh oleh rasa dendam dan sakit hati.Aku tak pernah sekalipun membayangkan akan bertemu lagi dengannya.Lebih-lebih saat tanganku berada dalam genggaman Pak Arka. Bukan khawatir pada perasaan atau pemikirannya. Aku hanya tidak nyaman. Itu saja.Pak Arka menepuk lembut tanganku yang masih bertaut erat dengan tangannya. Tepukan yang membuatku sadar, aku harus bersikap seolah tak pernah terjadi hubungan spesial diantara kami. Aku dan Akmal.Semua yang berawal, akan berakhir. Begitupun aku dan dia. Telah lama usai. Meski sekarang aku tahu, ini bukan hanya tentang bayi di dalam perut Raina. Ada hal lain yang masih tersembunyi. Dan haruskah aku peduli? Tentu saja tidak.Kini kami sama-sama asing. Dan orang asing tidak perlu mengorek kehi
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more

55. Rencana

"Istirahatlah, aku hanya akan memberitahu tentang pesan si mobil putih kalau kamu sudah benar-benar bersedia menjadi istriku," ujarnya tegas.Pak Arka tahu 'si mobil putih' yang dimaksudnya adalah lelaki bernama Panji. Tapi bahkan dia enggan menyebut nama itu.Aku memutar bola mata. Apa dia sedang berusaha memanipulasi?"Bagaimana kalau Panji datang? Dia lebih kuat dari Akmal. Dia tak akan segan menghajarmu, seperti dia menghajar pak Har." Aku tersenyum miris."Ck, jangan ingat atau ucapkan sesuatu yang menyakitkan.""Bagaimana kalau Panji datang?" Aku mengulang pertanyaan.Pak Arka tampak tak peduli. Dia masih asyik menggerakkan jari di atas layar ponsel."Laki-laki itu akan datang beberapa menit sebelum kita menikah. Jika itu terjadi, apa yang akan kamu lakukan?" Pak Arka meletakkan ponsel, dan menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku baca. Sepertinya dia begitu yakin aku mau menikah dengannya.Jarak kami begitu dekat, hingga aku bisa melihat jika matanya berwarna coklat tua. Buka
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more

56. Patah Hati (lagi)

Berulang kali aku mencoba menghubungi Maya dan pak Haris. Nihil. Mungkin mereka kesulitan mendapat sinyal.Aku masih mencoba menghubungi keduanya. Terlalu sibuk hingga tak menyadari kedatangan Arka dengan dua kantong berisi makanan.Aku merasa dejavu.Perasaan pernah mengalami kejadian serupa. Malam itu Panji datang setelah dan memesan makanan lewat ojek online. Dia membawa masuk kantong berisi makanan. Kemudian mengajakku pergi."Kenapa ponselmu?" tanya Arka.Aku merasa kali ini sangat ceroboh. Mudah saja aku meng-iya-kan tawaran menikah dengan laki-laki ini. Apa aku memang segila itu?"Hei …, Ta …," tegurnya lagi."Hmmm, ya. Aku baru saja menghubungi Maya." Aku ingin bertanya, tapi tak tahu bagaimana caranya."Maya, dimana dia sekarang?""Dia sedang di perjalanan. Kemarin lelaki baik melamarnya."Alis Arka terangkat naik. "Baik? Ada apa denganmu? Tiba-tiba kamu membahas tentang laki-laki baik.""Ah, sudahlah. Ayo makan. Nanti kita bicarakan setelah makan," pungkasnya.Dengan cekatan
last updateLast Updated : 2022-06-16
Read more

57. Pesan dari Masa Lalu

Pagi ini aku kembali memulai aktivitasku dengan menyeduh kopi. Semalam Arka pulang, setelah membiarkan aku menangis hingga lelah.Kupikir dia akan bermalam, ternyata tidak. Dia tidak mau memberi kesempatan warga sekitar untuk berpikir negatif tentangku. Aku senang menyadari bahwa lelaki yang dekat denganku tak pernah berusaha untuk mengambil keuntungan.Arka memberiku libur selama tujuh hari. Itu berarti saat masuk kembali, statusku sudah berubah menjadi istri. Ada banyak gelombang rasa di hati. Takut, khawatir, sedih, bahagia ….Aku takut suatu hari nanti Arka mempermasalahkan statusku yang seorang janda. Bagaimanapun dia seorang lelaki yang belum pernah menikah. Mungkin saat ini dia memiliki pemikiran terbuka dan modern.Tapi tentang hati, siapa yang tahu? Bukankah hati sangat mudah terbolak balik? Apa aku siap menghadapinya suatu saat nanti?Bagaimana jika aku tak bisa memuaskan dirinya?Dia lelaki bebas. Mungkinkah dia tidak mempedulikan statusku, karena 'kebebasannya'? Bagaimana
last updateLast Updated : 2022-06-18
Read more

58. Rahasia (mantan) Suamiku

Kami membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai di kota asalku. Kota yang sama dengan tempat tinggal Akmal. Kami langsung menuju rumah sakit daerah, tempat ibu Akmal dirawat."Ka …, a--aku gugup." Aku meremas ujung kaos yang ku pakai."Kamu belum siap?" tanya Arka.Aku menunduk. Ternyata aku masih selemah ini. Seharusnya waktu bisa membuatku semakin kuat.Ayolah Marta! Kamu bisa! Kamu kuat! Aku terus menyemangati diriku sendiri.Arka menyodorkan sebotol air mineral yang telah dibuka sebelumnya. Aku segera menenggaknya. Menguras isinya hingga tersisa setengah."Ck, pelan-pelan." Arka memberiku selembar tisu. Beberapa tetes air menetes membasahi bagian atas kaos yang ku pakai."Setidaknya aku punya alasan tepat, kalau-kalau nanti terlalu sering ke kamar mandi," cengirku.Ponsel Arka kembali berdering. Lagi-lagi panggilan dari Akmal.Alih-alih mengangkat telepon, Arka mengabaikannya. Dia mengetik sesuatu sebentar. "Aku mengabarinya kalau kita sudah sampai," ujarnya tenang.Aku menata
last updateLast Updated : 2022-06-21
Read more

59. Maaf untuk Ibu

Arka menarik dan memaksaku duduk."Ini rumah sakit," ucapnya tajam saat aku menolak. Amarah yang meledak kuat membuatku hilang akal.Akhirnya aku duduk menyandar di bangku dan memejamkan mata. Mencoba menenangkan hatiku sendiri. Sebanyak mungkin ku raup oksigen.Perlahan akal sehatku kembali. Tak sepatutnya aku berkata kasar, bagaimanapun Akmal hanya seorang anak. Tak ada anak yang mau membuat ibunya larut dalam kesedihan. Hanya caranya salah. Tak sepatutnya dia membawa Raina.Aku dan Raina bertengkar hebat karenanya. Ku akui Raina juga keterlaluan. Tapi dia ...."Ta." Suara Arka terdengar pelan. Saat mataku terbuka, ku lihat dia menyodorkan air mineral."Maaf, ada yang bernama Raina di sini?"Seorang perawat muncul dari ruangan ibu sebelum aku sempat meneguk air yang Arka beri.Mendengar namanya di panggil, Raina berdiri. Perutnya yang membuncit membuatnya terlihat semakin cantik. Dengan sigap Pak Har mendampingi Raina. Namun langkahnya dihentikan perawat."Maaf, hanya ibu Raina," uc
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more

60. Detik Terakhir

"Ada apa, May?" tanyaku heran saat melihat mata Maya membulat."I--ini?" Dia menunjuk sesuatu di bagian belakang gaun. Aku segera merebutnya, tak sabar dan juga khawatir terjadi sesuatu pada gaun cantikku.Sementara itu Arka terlihat tenang.Tak hanya Maya, akupun terkejut melihat sebuah logo berwarna perak menyembul disana. Nyaris tak terlihat karena tersembunyi di bagian dalam.Logo mungil yang hanya berisi huruf 'A' yang tertulis dengan sangat cantik. Itu sebuah tanda jika gaun yang akan kupakai besok hasil karya seorang desainer papan atas yang cukup misterius. Dia hanya membuat gaun pengantin berjumlah terbatas dalam satu tahun. "Arka, kamu bohong. Ini bukan gaun rancanganmu, kan?" Aku kecewa.Bukankah kemarin Arka bilang, dia merancang gaun untukku? Tapi kenapa gaun yang sekarang ada ditanganku berlogo 'A'? Seharusnya disana terdapat logo pink dengan simbol huruf 'Art', seperti gaun-gaun rancangan Arka yang terpajang di butik."Ta, ini keren, loh! Aku sangat menginginkan gaun p
last updateLast Updated : 2022-07-01
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status