All Chapters of Pendekar Pedang Api: Chapter 91 - Chapter 100
167 Chapters
Ch. 91 - Si Kepala Merah
"Sialan, lepaskan aku! Kepala batu, kau ini tuli, ya?! Aku sedang berurusan dengan manusia besi itu!"Xiao Long baru melepaskan Han saat mereka sudah berada di jalan sepi. Tatapannya seperti sedang mengumpati Han. "Jika kau tertangkap di sana aku juga yang susah, bodoh.""Oh, hei. Tanpa perlu kau bebaskan aku juga akan selamat dengan sendirinya." "Nah sekarang kita ke mana?" Han bertolak pinggang."Aku tidak mendengar ada sungai di sekitar sini. Lagipula kadal api sepertimu juga butuh minum? Yang benar saja!"Han mendecih, terpaksa mengekori Xiao Long dari belakang. "Biarpun siluman begini setidaknya aku lebih baik darimu. Dari segi kekuatan, pengetahuan, dan kecekatan. Aku memiliki segalanya."Xiao Long mendelik, mukanya tampak prihatin. Darah Han langsung naik ke ubun-ubun, kesal. "Hei, apa maksud tatapanmu itu?""Si paling sempurna memang. Lihat saja jika ada yang bertanya, orangtuamu mana, nak? Aku tak sabar melih
Read more
Ch. 92 - Tudung Jubah dan Keluarga Walikota
Perjalanan dari desa ke kota memakan sangat banyak waktu, mereka harus melewati barisan bukit dan juga jalan-jalan panjang untuk sampai di pasar. Ada begitu banyak pedagang di pinggiran jalan, menarik pelanggan untuk singgah ke tempatnya. Han berhenti di depan toko reyot yang terjepit di antara dua toko ramai. Masuk ke dalam sembarangan."Ada yang jual jubah?" Seorang wanita tua renta menyambut mereka. Matanya menyipit saat melihat Han. "Aha, anak muda. Ada yang bisa aku bantu?" Senyumannya mengembang lebar, memperlihatkan deretan gigi yang salah satunya berwarna keemasan. "Aku bilang jubah. Di sini ada jual jubah tidak?" Nada bicara Han terkesan menyolot. Namun sikap itu ditanggapi sang nenek dengan senyuman juga. "Tentu saja, tunggu sebentar. Aku akan mengambilnya."Kaki nenek itu terhenti, dia tidak dapat melihat sosok di belakang Han dengan jelas. Terlebih lagi wajahnya ditutupi oleh caping kepala. "Untuk temanmu, ya? Mau be
Read more
Ch. 93 - Tidak Punya Pilihan
Han menjawab asal, "Enam belas atau tujuh belas tahun."Terjadi keheningan dalam waktu lama. Ibu Lien Li, Lien Ning menghela napas berat. "Aku tidak yakin mereka bisa menangani pembunuh bayaran itu. Bukan hanya suamiku yang akan tewas, mereka juga akan mati.""Setidaknya jelaskan keadaannya. Kami akan memutuskan bisa membantu atau tidak."Lien Ning mengangguk dengan berat. "Suamiku, Lien Feng ditawan oleh pembunuh bayaran. Mereka menginginkan sejumlah uang. Sementara suamiku itu adalah orang yang jujur. Semua uang yang dia miliki dikembalikan pada rakyatnya. Kami mana punya uang sampai sepuluh ribu keping emas?"Lien Ning mengeluarkan sekantong uang dengan wajah pias, "Kami hanya punya dua ribu. Aku tidak memberi tahu hal ini pada penduduk karena hanya akan membuat mereka cemas. "Pembunuh bayaran itu mengatakan jika kami mengirimkan prajurit maka mereka akan segera membunuh kami.""Lalu tugas kami apa?""Selamatkan suamiku
Read more
Ch. 94 - Rumah Kayu
Dalam surat pembunuh bayaran itu mengatakan dia menyandera Lien Feng di sebuah rumah kosong yang letaknya sangat jauh dari pemukiman manusia. Hampir tidak ada orang di sana. Letak rumah kosong itu pun langsung berhadapan dengan sungai dalam dan di belakangnya hutan lebat berisi banyak binatang buas. Lien Li turun dari kereta kuda dan langsung disambut puluhan laki-laki bersenjata. Hanya tiga orang datang. Lien Li, pengawalnya dan penunggang kuda yang ditinggalkan bersama kudanya sementara keduanya disuruh masuk dengan cepat. Tak ada yang memperhatikan kereta kuda sama sekali. Han yang bersembunyi di dalamnya keluar diam-diam dan segera berlari ke hutan tanpa ada yang menyadari. Sangat berbahaya bersembunyi di sana, Han tidak bisa memastikan tempat itu bersih dari musuh atau tidak. Namun dia mendapatkan satu sasaran empuk yang tengah berjalan ke dalam hutan untuk buang air kecil.Jelas saja laki-laki itu dibunuhnya diam-diam. Dengan belati kecil dan t
Read more
Ch. 95 - Penyamaran Han
Semua orang terdiam. Si penyandera Lien Li berteriak semakin kencang. "Bawakan ke mana walikota itu pergi! Sialaan!" Salah satu perompak dengan topeng rubah datang tergopoh-gopoh, dia berucap panik. "Tuanku, sandera kita telah melarikan diri." Si laki-laki yang menyandera Lien Li kaget. Bukan hanya karena Lien Feng melarikan diri."Tuanku? Siapa yang kau sebut Tuanku-" Terlambat. Pedang panjang dengan cepat memotong tangan laki-laki itu. Karena tebasannya tak sempurna, tangannya masih bergelantungan di tempatnya, mengeluarkan darah banyak di sana. Han membuka topeng rubahnya sambil tersenyum puas. "Aku daging sapi dengan kualitas terbaik setelah ini."Xiao Long tertawa kecil, mengambil alih Lien Li dan membunuh siapa pun yang mendekat. Pertahanan keduanya masih sama seperti di hutan dulu. Han mundur bersama Lien Li saat keadaan kembali tak terkendali. Sedangkan di depan mereka Xiao Long menghadang sisa-sisa
Read more
Ch. 96 - Penyerangan di Awal Fajar
 Xiao Long tetap menunduk, tudung jubah menutupi hampir seluruh wajahnya.Lien Li yang duduk di dekat ayahnya berbisik, "Pendekar itu mengatakan tidak ingin memberitahu namanya, Ayah.""Begitu," tanggap Lien Feng sedikit kecewa. "Kalau begitu di manakah kalian berasal?""Sepertinya Tuan Lien ini banyak sekali pertanyaannya." Han mencibir, melihat Xiao Long dengan ekor mata. Xiao Long tak enak terus seperti itu. "Tidak ada yang bisa aku katakan jika itu tentang informasi pribadi.""Hahah tentu saja tidak masalah, maaf aku tidak tahu. Makanlah. Jika tuan-tuan bersedia menginaplah di rumah kecil ini, sebuah kehormatan bagi kami untuk menyambut kebaikan tuan."Xiao Long dan Han tidak menolak. Tidur di kediaman walikota tentunya berbeda dengan tidur di hutan. Tidak ada nyamuk atau binatang buas yang akan mengganggu. Dan juga di rumah ini jauh lebih hangat. Malam buta berlalu, Han sama sekali tidak bisa tidur.Han membaringkan tu
Read more
Ch. 97 - Duka di Keluarga Lien
Upacara pemakaman Lien Ning diselimuti duka, hingga acara berakhir Lien Li masih terus berada di makam ibunya. Tangisnya tak pernah berhenti. Ayahnya tak ada di sana. Lien Feng terbaring sekarat dan dikawal puluhan prajurit.  "Penjagaan yang terlambat," sindir Han saat melewati barisan prajurit. Semua telah terjadi. Pelayan setia keluarga Lien, pengawal walikota dan istri dari Lien Feng menjadi korban di malam berdarah itu. Para penduduk turut berdukacita. Mereka tak tahu apa-apa soal sekelompok perampok tersebut.  Han sempat berbalik badan. "Kau jaga perempuan itu. Aku akan melihat keadaan ayahnya." Xiao Long mengangguk pelan. "Tolong jaga dia." Butuh waktu lama sampai menunggu Lien Feng sembuh, dia mendapatkan luka tusuk di perut. Di waktu itu Xiao Long dan Han memutuskan untuk tinggal lebih lama demi memastikan keselamatan Lien Li.  Ada begitu banyak tamu datang, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang penting. Saudara dari
Read more
Ch. 98 - Penutupan Jalan
"Arrghh!" teriak Han tak sanggup lagi. Panas matahari, bau dekil, hiruk-pikuk pasar dan debu jalanan yang berterbangan di depan hidungnya membuat otak Han mendidih. Pikirannya dibuat dangkal di tengah kerumunan manusia berisik dan kumuh ini, lagi dan lagi mereka memasuki wilayah padat yang kotor. Tempat para penjahat dan kriminalitas beranak-pinak. Setelah beberapa hari berlalu Xiao Long memutuskan untuk membeli cincin penyimpanan, demi menjaga harta mereka tidak dicuri. Namun harga benda itu hampir meraup semua uang yang diberikan Lien Li. 1800 keping emas melayang, berganti dengan sebuah benda kecil yang kini tersemat di jari Xiao Long.Cara bekerja cincin ruang penyimpanan cukup mudah. Hanya pemilik yang telah meneteskan darah ke cincin itu yang dapat mengeluarkan harta yang disimpan di dalamnya. Terlepas dari kebangkrutan mereka karena membeli cincin penyimpanan, sekarang mereka dihadapkan sebuah masalah baru yang tidak diduga.Kota
Read more
Ch. 99 - Tawaran dan Kesepakatan
"Bagaimana dengan kalian sendiri?"Zheng Yu mengulas senyum tengil, "Hei, tunjukkan pada mereka harta berharga kita."Teman-temannya berdiri, membuka sebuah peti kayu berisi berbagai adonan kue, daging dan juga buah-buahan. Han tak pernah percaya jika Zheng Yu mengatakan dia membeli itu semua."Kau memang rajanya kalau soal mencuri."Terdengar ledakan tawa dari mulutnya, Zheng Yu justru merasa bangga. "Bagaimana, bagaimana? Sepakat? Kalau bukan karena teman juga tak akan aku tawarkan padamu.""Jadi tugas kami apa?" tanya Xiao Long akhirnya. Zheng Yu menarik senyuman kembali. Dia menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan kursi khusus untuk dua tamu baru mereka.Setelah ketiganya saling duduk berhadap-hadapan Zheng Yu menjawab, "Hajar orang bernama Yan Zi. Usianya dua puluh empat tahun kurang lebih, kulitnya putih. Ada ukiran bunga hitam di tangan kirinya. Tapi kalian harus berhati-hati, orang itu jago berkelahi. Bisa tumbang dibuatnya kalau
Read more
Ch. 100 - Racun Kelabang Batu
Di akhir pertarungan yang berat sebelah, Yan Zi mundur lalu lari dari Xiao Long. Anak-anak buahnya berpencar ke berbagai arah sambil mengumpat-umpati mereka bertiga. Mengancam akan membalas sepuluh kali lipat lebih parah dari apa yang mereka perbuat. Tak terima mereka kabur Han menghalangi jalan Yan Zi, laki-laki itu berhenti. Menyaksikan bagaimana Han menatapnya mengejek, kekalahan memalukan ini tak akan pernah dilupakannya seumur hidup. "Habis kalah kau ingin kembali ke kandangmu lagi? Ingin memanggil anak buahmu yang lain, begitu?"Han tertawa sinis, "Percuma aku biarkan kalian lepas jika beberapa hari kemudian kalian datang membalas."Secara cepat sebuah belati bergerak ke arah Yan Zi, laki-laki terlambat menyadari. Lengan kanannya robek dibuat Han, darah mengalir deras di sana tanpa henti. Tak ada ampunan lagi, Han menghabisi sejadi-jadinya sampai wajah Yan Zi sulit dikenali.Xiao Long berulang kali ingin menghentikan Han, tapi Zheng
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status