Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 98 - Penutupan Jalan

Share

Ch. 98 - Penutupan Jalan

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-28 13:14:28

"Arrghh!" teriak Han tak sanggup lagi. Panas matahari, bau dekil, hiruk-pikuk pasar dan debu jalanan yang berterbangan di depan hidungnya membuat otak Han mendidih. Pikirannya dibuat dangkal di tengah kerumunan manusia berisik dan kumuh ini, lagi dan lagi mereka memasuki wilayah padat yang kotor. Tempat para penjahat dan kriminalitas beranak-pinak. 

Setelah beberapa hari berlalu Xiao Long memutuskan untuk membeli cincin penyimpanan, demi menjaga harta mereka tidak dicuri. Namun harga benda itu hampir meraup semua uang yang diberikan Lien Li. 1800 keping emas melayang, berganti dengan sebuah benda kecil yang kini tersemat di jari Xiao Long.

Cara bekerja cincin ruang penyimpanan cukup mudah. Hanya pemilik yang telah meneteskan darah ke cincin itu yang dapat mengeluarkan harta yang disimpan di dalamnya. 

Terlepas dari kebangkrutan mereka karena membeli cincin penyimpanan, sekarang mereka dihadapkan sebuah masalah baru yang tidak diduga.

Kota

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 99 - Tawaran dan Kesepakatan

    "Bagaimana dengan kalian sendiri?"Zheng Yu mengulas senyum tengil, "Hei, tunjukkan pada mereka harta berharga kita."Teman-temannya berdiri, membuka sebuah peti kayu berisi berbagai adonan kue, daging dan juga buah-buahan. Han tak pernah percaya jika Zheng Yu mengatakan dia membeli itu semua."Kau memang rajanya kalau soal mencuri."Terdengar ledakan tawa dari mulutnya, Zheng Yu justru merasa bangga. "Bagaimana, bagaimana? Sepakat? Kalau bukan karena teman juga tak akan aku tawarkan padamu.""Jadi tugas kami apa?" tanya Xiao Long akhirnya. Zheng Yu menarik senyuman kembali. Dia menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan kursi khusus untuk dua tamu baru mereka.Setelah ketiganya saling duduk berhadap-hadapan Zheng Yu menjawab, "Hajar orang bernama Yan Zi. Usianya dua puluh empat tahun kurang lebih, kulitnya putih. Ada ukiran bunga hitam di tangan kirinya. Tapi kalian harus berhati-hati, orang itu jago berkelahi. Bisa tumbang dibuatnya kalau

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 100 - Racun Kelabang Batu

    Di akhir pertarungan yang berat sebelah, Yan Zi mundur lalu lari dari Xiao Long. Anak-anak buahnya berpencar ke berbagai arah sambil mengumpat-umpati mereka bertiga. Mengancam akan membalas sepuluh kali lipat lebih parah dari apa yang mereka perbuat.Tak terima mereka kabur Han menghalangi jalan Yan Zi, laki-laki itu berhenti. Menyaksikan bagaimana Han menatapnya mengejek, kekalahan memalukan ini tak akan pernah dilupakannya seumur hidup."Habis kalah kau ingin kembali ke kandangmu lagi? Ingin memanggil anak buahmu yang lain, begitu?"Han tertawa sinis, "Percuma aku biarkan kalian lepas jika beberapa hari kemudian kalian datang membalas."Secara cepat sebuah belati bergerak ke arah Yan Zi, laki-laki terlambat menyadari. Lengan kanannya robek dibuat Han, darah mengalir deras di sana tanpa henti. Tak ada ampunan lagi, Han menghabisi sejadi-jadinya sampai wajah Yan Zi sulit dikenali.Xiao Long berulang kali ingin menghentikan Han, tapi Zheng

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 101 - Terowongan Tua

    Gong Xiang terdiam sejenak, dia memastikan sekali lagi"Biang Iblis Pemakaman? Itu adalah tempat yang ingin aku kunjungi. Di desa mana itu kalau boleh tahu?""Di laut Teiyang, tuan.""Tidak begitu jauh." Gong Xiang menengok sekitar. "Tapi akan sangat sulit karena tak ada satu pun yang boleh meninggalkan kota ini.""Mengurus surat perizinan mungkin akan memakan waktu paling lama empat hari. Kau tahu saja ulah penjaga kota, mereka lebih memilih menggoda perempuan dibanding membereskan pekerjaannya." Salah satu penduduk bercelutuk, pemuda kedai juga mengiyakan. Sudah berurusan dengan orang-orang penting seperti mereka.Seseorang datang memecah kerumunan sembari berteriak. "Berikan kami jalan!"Zheng Yu kembali. Lalu berjongkok di depan Han"Ke mana saja kau-!?" Xiao Long benar-benar kehilangan kesabaran. Dia ingin menyalahkan Zheng Yu, andai dia tadi tidak menahan Xiao Long untuk menarik Han semua ini tak akan terjadi. Racun telah menyebar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 102 - Mundur Bukan Pilihan

    "Cepatlah." Mata Zheng Yu tertuju pada Xiao Long yang panik. "Kami tidak tahu jalan ini masih bagus atau tidak. Mungkin saja buntu karena ditimbun pasir atau batu. Atau juga ada binatang buas di dalam."Satu ketukan yang amat keras mendarat di besi tersebut. Xiao Long dan Zheng Yu sama-sama berpaling ke ujung jalan di mana dua orang prajurit tersebut akan datang. Mereka sudah begitu dekat. Kepanikan tersebut membuat teman-teman Zheng Yu lebih ceroboh lagi. Besi berkarat yang telah diangkat di tangan mereka jatuh ke tanah.Dua penjaga kota datang dengan membawa obor api. Mereka melihat anak jalanan tersebut tengah tersenyum kikuk. Lantas salah satunya memutar bola mata malas."Kalian lagi ... Kalian lagi! Tidak bosan-bosannya membuat masalah! Mau kutampar muka kalian yang jelek itu sekali lagi?!" gertaknya. Zheng Yu menggaruk pipinya. "Kami hanya mencari seekor tikus. Semuanya baik-baik saja."Pria berkumis itu mengerutkan alis, melihat satu per

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 103 - Kalajengking Hitam

    Tiga hari semenjak Han tidak sadarkan diri, kini Gong Xiang dan Xiao Long tiba di kawasan hutan terlarang yang akan mengantarkan mereka pada rumah Sang Dewi Ular. Dikatakan bahwa wanita itu tak sembarangan menerima tamu. Kebanyakan tewas saat melewati hutan ilusi. Gong Xiang sempat menanyakan pada warga setempat tentang keberadaan wanita itu. Mereka hanya tahu lewat cerita-cerita, tidak ada yang tahu pasti di mana letaknya tinggal.Melewati hutan yang dilindungi kabut putih, Gong Xiang menyuruh Xiao Long untuk tetap waspada. Mereka tidak tahu bahaya apa yang sedang mengincar. Pandangan mereka pendek, terhalangi kabut-kabut putih yang semakin lama semakin tebal.Dalam situasi seperti ini Xiao Long hanya bisa mengandalkan pendengarannya. Tidak ada yang mendekat. Saat sedang berusaha memusatkan pendengaran, Gong Xiang tiba-tiba menepuk pundaknya. Xiao Long tersentak."Kita harus cepat keluar dari kabut ini!""Racun?""Benar!" Gong Xiang mulai kalang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 104 - Sang Dewi Ular

    Xiao Long hampir tidak bisa bernapas. Dari matanya dia dapat melihat kalajengking itu dengan jelas. Matanya cukup banyak, tidak seperti kalajengking biasa. Xiao Long sama sekali tidak bisa menggunakan pedangnya yang terjatuh di bawah kakinya. Sementara siluman itu mulai mendekatkan Xiao Long ke mulut untuk dimakan."Tangan-tangan Setan."Secara tak diduga beberapa tangan muncul di balik punggung Xiao Long. Menyerang kepala kalajengking itu dengan ganas. Terakhir kali Xiao Long menggunakan teknik ini, dia sampai kehilangan kesadaran. Namun Xiao Long telah berlatih lebih banyak untuk mengendalikan kekuatan serta pikirannya. Dalam kurun waktu lima menit, Tangan-tangan Setan berhasil melepaskan Xiao Long dari cengkraman musuh.Xiao Long langsung mengambil pedangnya. Selagi Siluman itu panik, dia menyerangnya dengan tiga jurus terkuat. Kedua capit terpotong, jatuh ke tanah dan mengucurkan darah hitam kental. Tak habis sampai di sana, Xiao Long mengakhiri nyawa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 105 - Rubah Putih

    Saat sedang sibuk melihat obat-obatan yang diracik Chi Shui, Xiao Long kaget saat seekor ular keluar dari dalam lengan gaun Chi Shui."Hahaha, jangan kaget begitu. Dia adalah Sang Dewi Ular. Lagipula mengapa kau memperhatikannya? Kau tertarik padanya?"Xiao Long membalikkan pandangannya pada Han. Gong Xiang meledeknya, untung suara pria itu tidak didengar oleh Chi Shui."Aku hanya tertarik dengan obat-obatan.""Baguslah. Kau berada di jalan yang benar."Gong Xiang lalu tertawa lagi. Laki-laki itu sudah menganggap Xiao Long seperti temannya sendiri. Tidak canggung sama sekali. Gong Xiang menceritakan tentang muridnya yang bernama Chi Shui. Mereka berasal dari satu perguruan kecil yang saat ini telah hancur.Chi Shui berasal dari klan terpandang di tempatnya. Namun dalam satu kejadian, ayahnya dibunuh oleh pembunuh bayaran. Nyawanya diincar atas alasan yang tak pernah diketahuinya. Semenjak kejadian itu, Gong Xiang dipanggi

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 106 - Utusan Klan Xue

    Waktu berlalu begitu cepat, kini tiba saatnya untuk pergi. Han telah sembuh. Chi Shui mengatakan bahwa dia ingin tetap tinggal di dalam hutan. Gong Xiang memakluminya sebab muridnya itu lebih aman bersembunyi dibandingkan menjadi incaran para pembunuh bayaran. Setelah melewati hutan berkabut mereka bertiga berpisah. Gong Xiang mengatakan dia harus menemui seseorang lagi.Han mendecak."Terima kasih."Xiao Long dan Gong Xiang menoleh. Kaget bukan main."Oh ..." Gong Xiang menjadi canggung atau sebenarnya dia ingin tertawa. Xiao Long juga menahan mulutnya agar tak menertawai Han. Aneh sekali mendengar Han berterima kasih. Mengingat bagaimana sifat dia selama ini."Mengapa? Kalian ingin menertawaiku!?"Han bersiap meledakkan muka Xiao Long jika dia mendengar suara tawa sekecil apa pun."Kukira yang ada di kepalamu hanya sialan, berengsek dan bodoh.""Cih.""Tapi aku mengerti. Andai Anda tidak datang hari itu aku yakin

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status