"Hahaha, jangan kaget begitu. Dia adalah Sang Dewi Ular. Lagipula mengapa kau memperhatikannya? Kau tertarik padanya?"
Xiao Long membalikkan pandangannya pada Han. Gong Xiang meledeknya, untung suara pria itu tidak didengar oleh Chi Shui.
"Aku hanya tertarik dengan obat-obatan.""Baguslah. Kau berada di jalan yang benar."
Gong Xiang lalu tertawa lagi. Laki-laki itu sudah menganggap Xiao Long seperti temannya sendiri. Tidak canggung sama sekali. Gong Xiang menceritakan tentang muridnya yang bernama Chi Shui. Mereka berasal dari satu perguruan kecil yang saat ini telah hancur.Chi Shui berasal dari klan terpandang di tempatnya. Namun dalam satu kejadian, ayahnya dibunuh oleh pembunuh bayaran. Nyawanya diincar atas alasan yang tak pernah diketahuinya. Semenjak kejadian itu, Gong Xiang dipanggi
Waktu berlalu begitu cepat, kini tiba saatnya untuk pergi. Han telah sembuh. Chi Shui mengatakan bahwa dia ingin tetap tinggal di dalam hutan. Gong Xiang memakluminya sebab muridnya itu lebih aman bersembunyi dibandingkan menjadi incaran para pembunuh bayaran. Setelah melewati hutan berkabut mereka bertiga berpisah. Gong Xiang mengatakan dia harus menemui seseorang lagi.Han mendecak."Terima kasih."Xiao Long dan Gong Xiang menoleh. Kaget bukan main."Oh ..." Gong Xiang menjadi canggung atau sebenarnya dia ingin tertawa. Xiao Long juga menahan mulutnya agar tak menertawai Han. Aneh sekali mendengar Han berterima kasih. Mengingat bagaimana sifat dia selama ini."Mengapa? Kalian ingin menertawaiku!?"Han bersiap meledakkan muka Xiao Long jika dia mendengar suara tawa sekecil apa pun."Kukira yang ada di kepalamu hanya sialan, berengsek dan bodoh.""Cih.""Tapi aku mengerti. Andai Anda tidak datang hari itu aku yakin
"Saya akan ceritakan dengan singkatnya. Ini semua tentang penyerangan di kediaman Klan Xue. Terjadi pembunuhan pada satu malam yang menewaskan delapan belas anggota Klan Xue. Pembunuhan itu bukan dilakukan oleh satu orang melainkan oleh sebuah kelompok aliran hitam yang berasal dari selatan. Kami menyebutnya Iblis Menara. Karena mereka tinggal di sebuah tempat yang dipenuhi oleh menara kuno terbuang-""Katakan saja, apa hubungannya dengan kami?!"Tekanan dari Han berhasil membuat mulut Feng De tertutup rapat. Xiao Long menarik napas. Kelakuan Han memang menyebalkan."Kepala Klan Xue telah tiada. Hanya tersisa anaknya yang berusia enam belas tahun. Mungkin sepantaran dengan kalian. Tuan Muda Xue datang pada sahabat lama ayahnya, Tuan Lien untuk meminta bantuan. Beliau menyarankan untuk menyewa saudara berdua demi pembalasan atas kematian Ayah dari Tuan Muda Xue.""Maksudmu, kalian ingin menyewa kami sebagai pembunuh bayaran?"Feng De menga
"Naik kereta kuda?" Han mengernyit. Dia baru menapakkan kaki untuk naik ke dalam tumpangan itu. Namun seketika langkahnya terhenti, tak mendapati Xiao Long di dalam sana.Han melongokkan kepalanya ke dekat kuda."Aku jalan kaki saja.""Apa-apaan?! Siapa juga yang mau masuk ke dalam sini. Kau kira aku Tuan Putri harus naik kereta kuda. Hoi, Feng De! Masuk ke dalam!"Feng De tak berani, tempat itu dikhususkan untuk mereka berdua bukan dirinya. Lagipula dia akan dimarahi tuannya jika kedapatan mengambil tempat tamu klan Xue. Mau menolak pun Han terus mendorongnya ke dalam, Feng De dikunci dalam kereta kuda tersebut. Sementara Han bertolak pinggang dengan senang.Dua hari perjalanan Han mulai jengah. Kakinya hampir mati rasa berjalan kaki sejauh ini. Ditambah cuaca panas yang seolah-olah membuat darah di kepalanya mendidih. Han menengok Xiao Long sekali lagi. Wajahnya masih tampak biasa, tapi kali ini Xiao Long membalas tatapann
"Beritahu aku, berapa musuh yang harus kami hadapi."Pertanyaan Xiao Long membuat Xue Zhan diam sejenak, dia menutup mulutnya sambil memejamkan mata. Berat mengatakan bahwa musuh-musuh mereka adalah orang yang cukup hebat."Iblis Menara, 'kan katamu, Feng De?!"Sahutan Han membuat Feng De yang semula menunduk tiba-tiba angkat kepala, lalu mengangguk-angguk lima kali."Be-benar.""Lalu apa yang kalian sembunyikan? Kenapa kau diam begitu? Ada yang salah?"Feng De ingin menegur Han atas sikapnya yang sangat tidak sopan pada majikannya. Tapi dia sendiri takut untuk membuka mulut lagi. Apalagi ditatapi Han seperti seekor kelinci yang sedang dimangsa harimau. Jelas saja Feng De lebih memilih membungkam mulut.Di sisi lain Xue Zhan mulai membuka suara, suaranya terdengar cemas. "Aku sudah mengirimkan beberapa mata-mata untuk melihat berapa jumlah mereka, tapi sayangnya mereka tak pernah kembali sejak hari itu. Aku menyimpul
Selama dua puluh tahun Xue Tang melatih kemampuan berpedangnya, dengan kesabaran dan ketekunan. Di antara semua musuh yang dihadapinya, kemampuan itu ibarat pisau tajam beracun. Semua lawan tunduk di bawah kakinya. Hari ini salah satu lawan itu ingin menginjak kepalanya agar tunduk."Aku pikir kau bilang ingin menguji kami, kenapa malah menjadi pertarungan mundur-mundur seperti ini?" Han mencibir dari samping halaman, terdengar jelas di telinga Xue Tang tapi laki-laki itu berpura-pura tuli.Tiap gerakan Xiao Long tak bisa dihentikan. Xue Zhan yang menonton di dekat Han hanya bisa terpana dengan setiap ayunan pedang itu. Sangat indah dan juga berbahaya, seseorang bilang kehebatan seseorang tergantung usaha dan kerja kerasnya. Xue Zhan yakin, latihan Xiao Long jauh berbeda dengan latihan pamannya Xue Tang hingga perbedaan kekuatan di antara mereka sangatlah besar."Berhenti. Aku sudah cukup mengujimu.""Aku belum mengalahkanmu.""Tidak perlu. I
Pada dasarnya laki-laki ditakdirkan untuk menafkahi. Untuk mencari makan pada anak istri. Karena hal itu ayah Xue Zhan berpikir bahwa Huang Ji harus mandiri mencari uang sendiri.Pengelana itu berhenti meminta pada keluarga Xue setelah dua bulan. Dia tak menampakkan diri lagi semenjak hari itu. Xue Zhan tak menyangka dia akan kembali menjadi serigala pendendam. Keluarganya hancur. Ayah ibunya dibunuh. Paman dan saudaranya meninggal demi melindungi Xue Zhan seorang.Takut dan benci menguasai hati Xue Zhan. Dia tak berkutik, akan tetapi kemarahan masih setia menguasai pikirannya. Xue Zhan ingin membunuh orang itu saat ini juga. Dia mengutuk kakinya yang sama sekali tidak bisa digerakkan. Padahal musuhnya sudah ada di depan mata."Kau benci padaku?""Sangat ..." Geraman Xue Zhan tenggelam, matanya masih terus mengalirkan air mata."Kenapa kau melakukan ini pada orang yang telah membantumu?""Membantu, apa katamu?""Ayahku perna
"Siapa kau ini?"Huang Ji tak bisa mengenali siapa lawannya ini, dari wajah atau pun ciri-cirinya."Apakah saat kau mengambil nyawa mereka kau selalu menanyakan namanya?"Decihan kasar keluar dari mulut Huang Ji, dia kembali menatap Xiao Long. "Sepertinya kau cukup sombong juga hanya karena bisa menangkis seranganku.""Tuan Muda, mundur. Aku akan menghentikannya untukmu."Xue Zhan masih menunduk, pedang di tangannya diangkat gemetar. "Pakai pedang ini ..." Dia menyodorkan pada Xiao Long, pedang ayahnya yang selalu diasahnya setiap malam."Bunuh dia dengan pedang ini. Dengan begitu, Ayahku akan tenang di alam sana."Huang Ji tertawa terbahak-bahak, menertawai ketidakberdayaan Xue Zhan saat ini. Jarang-jarang dia melihat Klan Xue meminta pertolongan dari orang lain. Hal itu semua dikarenakan Xue Zhan yang tidak pernah becus menggunakan pedang. Sebagai putra satu-satunya, Xue Zhan terlalu dimanja. Tangannya tak pernah tergores lu
Huang Ji tak percaya. Seharusnya saat ini Xiao Long lemah karena dia sengaja menguras tenaga Xiao Long untuk menyembuhkan lukanya. Dia sendiri telah kehabisan kekuatan untuk melakukan serangan gencar-gencaran. Tak ingin mati konyol, Huang Ji berniat mundur. Dia masih bisa membunuh Xue Zhan kapan saja. Tapi saat ini nyawanya tak bisa diselamatkan jika terus berhadapan dengan Xiao Long.Sebuah pedang hitam muncul. Xiao Long merasakan kekuatannya kembali seperti semula. Selama menggunakan pednag jtu Xiao Long merasa senjata tersebut mengambil seluruh kekuatan dari musuh yang telah tewas dan menyalurkannya pada tubuhnya saat kehabisan kekuatan.Dan kali ini Huang Ji terpukul mundur sebab Xiao Long yang sekarang tak akan mungkin dihadapinya lagi. Kekuatan besar yang misterius, keluar dari tubuh Xiao Long bersama dengan aura hitam pembunuh. Huang Ji tak sebodoh itu menyia-nyiakan nyawanya. Dia meloncat dari jendela. Berpikir nyawanya selamat hari itu, tapi tubuhn
Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert
Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah
Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d
Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un
"Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel
Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan
Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak
Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb
Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu