Tiga hari semenjak Han tidak sadarkan diri, kini Gong Xiang dan Xiao Long tiba di kawasan hutan terlarang yang akan mengantarkan mereka pada rumah Sang Dewi Ular. Dikatakan bahwa wanita itu tak sembarangan menerima tamu. Kebanyakan tewas saat melewati hutan ilusi. Gong Xiang sempat menanyakan pada warga setempat tentang keberadaan wanita itu. Mereka hanya tahu lewat cerita-cerita, tidak ada yang tahu pasti di mana letaknya tinggal.
Melewati hutan yang dilindungi kabut putih, Gong Xiang menyuruh Xiao Long untuk tetap waspada. Mereka tidak tahu bahaya apa yang sedang mengincar. Pandangan mereka pendek, terhalangi kabut-kabut putih yang semakin lama semakin tebal.
Dalam situasi seperti ini Xiao Long hanya bisa mengandalkan pendengarannya. Tidak ada yang mendekat. Saat sedang berusaha memusatkan pendengaran, Gong Xiang tiba-tiba menepuk pundaknya. Xiao Long tersentak.
"Kita harus cepat keluar dari kabut ini!"
"Racun?""Benar!" Gong Xiang mulai kalangXiao Long hampir tidak bisa bernapas. Dari matanya dia dapat melihat kalajengking itu dengan jelas. Matanya cukup banyak, tidak seperti kalajengking biasa. Xiao Long sama sekali tidak bisa menggunakan pedangnya yang terjatuh di bawah kakinya. Sementara siluman itu mulai mendekatkan Xiao Long ke mulut untuk dimakan."Tangan-tangan Setan."Secara tak diduga beberapa tangan muncul di balik punggung Xiao Long. Menyerang kepala kalajengking itu dengan ganas. Terakhir kali Xiao Long menggunakan teknik ini, dia sampai kehilangan kesadaran. Namun Xiao Long telah berlatih lebih banyak untuk mengendalikan kekuatan serta pikirannya. Dalam kurun waktu lima menit, Tangan-tangan Setan berhasil melepaskan Xiao Long dari cengkraman musuh.Xiao Long langsung mengambil pedangnya. Selagi Siluman itu panik, dia menyerangnya dengan tiga jurus terkuat. Kedua capit terpotong, jatuh ke tanah dan mengucurkan darah hitam kental. Tak habis sampai di sana, Xiao Long mengakhiri nyawa
Saat sedang sibuk melihat obat-obatan yang diracik Chi Shui, Xiao Long kaget saat seekor ular keluar dari dalam lengan gaun Chi Shui."Hahaha, jangan kaget begitu. Dia adalah Sang Dewi Ular. Lagipula mengapa kau memperhatikannya? Kau tertarik padanya?"Xiao Long membalikkan pandangannya pada Han. Gong Xiang meledeknya, untung suara pria itu tidak didengar oleh Chi Shui."Aku hanya tertarik dengan obat-obatan.""Baguslah. Kau berada di jalan yang benar."Gong Xiang lalu tertawa lagi. Laki-laki itu sudah menganggap Xiao Long seperti temannya sendiri. Tidak canggung sama sekali. Gong Xiang menceritakan tentang muridnya yang bernama Chi Shui. Mereka berasal dari satu perguruan kecil yang saat ini telah hancur.Chi Shui berasal dari klan terpandang di tempatnya. Namun dalam satu kejadian, ayahnya dibunuh oleh pembunuh bayaran. Nyawanya diincar atas alasan yang tak pernah diketahuinya. Semenjak kejadian itu, Gong Xiang dipanggi
Waktu berlalu begitu cepat, kini tiba saatnya untuk pergi. Han telah sembuh. Chi Shui mengatakan bahwa dia ingin tetap tinggal di dalam hutan. Gong Xiang memakluminya sebab muridnya itu lebih aman bersembunyi dibandingkan menjadi incaran para pembunuh bayaran. Setelah melewati hutan berkabut mereka bertiga berpisah. Gong Xiang mengatakan dia harus menemui seseorang lagi.Han mendecak."Terima kasih."Xiao Long dan Gong Xiang menoleh. Kaget bukan main."Oh ..." Gong Xiang menjadi canggung atau sebenarnya dia ingin tertawa. Xiao Long juga menahan mulutnya agar tak menertawai Han. Aneh sekali mendengar Han berterima kasih. Mengingat bagaimana sifat dia selama ini."Mengapa? Kalian ingin menertawaiku!?"Han bersiap meledakkan muka Xiao Long jika dia mendengar suara tawa sekecil apa pun."Kukira yang ada di kepalamu hanya sialan, berengsek dan bodoh.""Cih.""Tapi aku mengerti. Andai Anda tidak datang hari itu aku yakin
"Saya akan ceritakan dengan singkatnya. Ini semua tentang penyerangan di kediaman Klan Xue. Terjadi pembunuhan pada satu malam yang menewaskan delapan belas anggota Klan Xue. Pembunuhan itu bukan dilakukan oleh satu orang melainkan oleh sebuah kelompok aliran hitam yang berasal dari selatan. Kami menyebutnya Iblis Menara. Karena mereka tinggal di sebuah tempat yang dipenuhi oleh menara kuno terbuang-""Katakan saja, apa hubungannya dengan kami?!"Tekanan dari Han berhasil membuat mulut Feng De tertutup rapat. Xiao Long menarik napas. Kelakuan Han memang menyebalkan."Kepala Klan Xue telah tiada. Hanya tersisa anaknya yang berusia enam belas tahun. Mungkin sepantaran dengan kalian. Tuan Muda Xue datang pada sahabat lama ayahnya, Tuan Lien untuk meminta bantuan. Beliau menyarankan untuk menyewa saudara berdua demi pembalasan atas kematian Ayah dari Tuan Muda Xue.""Maksudmu, kalian ingin menyewa kami sebagai pembunuh bayaran?"Feng De menga
"Naik kereta kuda?" Han mengernyit. Dia baru menapakkan kaki untuk naik ke dalam tumpangan itu. Namun seketika langkahnya terhenti, tak mendapati Xiao Long di dalam sana.Han melongokkan kepalanya ke dekat kuda."Aku jalan kaki saja.""Apa-apaan?! Siapa juga yang mau masuk ke dalam sini. Kau kira aku Tuan Putri harus naik kereta kuda. Hoi, Feng De! Masuk ke dalam!"Feng De tak berani, tempat itu dikhususkan untuk mereka berdua bukan dirinya. Lagipula dia akan dimarahi tuannya jika kedapatan mengambil tempat tamu klan Xue. Mau menolak pun Han terus mendorongnya ke dalam, Feng De dikunci dalam kereta kuda tersebut. Sementara Han bertolak pinggang dengan senang.Dua hari perjalanan Han mulai jengah. Kakinya hampir mati rasa berjalan kaki sejauh ini. Ditambah cuaca panas yang seolah-olah membuat darah di kepalanya mendidih. Han menengok Xiao Long sekali lagi. Wajahnya masih tampak biasa, tapi kali ini Xiao Long membalas tatapann
"Beritahu aku, berapa musuh yang harus kami hadapi."Pertanyaan Xiao Long membuat Xue Zhan diam sejenak, dia menutup mulutnya sambil memejamkan mata. Berat mengatakan bahwa musuh-musuh mereka adalah orang yang cukup hebat."Iblis Menara, 'kan katamu, Feng De?!"Sahutan Han membuat Feng De yang semula menunduk tiba-tiba angkat kepala, lalu mengangguk-angguk lima kali."Be-benar.""Lalu apa yang kalian sembunyikan? Kenapa kau diam begitu? Ada yang salah?"Feng De ingin menegur Han atas sikapnya yang sangat tidak sopan pada majikannya. Tapi dia sendiri takut untuk membuka mulut lagi. Apalagi ditatapi Han seperti seekor kelinci yang sedang dimangsa harimau. Jelas saja Feng De lebih memilih membungkam mulut.Di sisi lain Xue Zhan mulai membuka suara, suaranya terdengar cemas. "Aku sudah mengirimkan beberapa mata-mata untuk melihat berapa jumlah mereka, tapi sayangnya mereka tak pernah kembali sejak hari itu. Aku menyimpul
Selama dua puluh tahun Xue Tang melatih kemampuan berpedangnya, dengan kesabaran dan ketekunan. Di antara semua musuh yang dihadapinya, kemampuan itu ibarat pisau tajam beracun. Semua lawan tunduk di bawah kakinya. Hari ini salah satu lawan itu ingin menginjak kepalanya agar tunduk."Aku pikir kau bilang ingin menguji kami, kenapa malah menjadi pertarungan mundur-mundur seperti ini?" Han mencibir dari samping halaman, terdengar jelas di telinga Xue Tang tapi laki-laki itu berpura-pura tuli.Tiap gerakan Xiao Long tak bisa dihentikan. Xue Zhan yang menonton di dekat Han hanya bisa terpana dengan setiap ayunan pedang itu. Sangat indah dan juga berbahaya, seseorang bilang kehebatan seseorang tergantung usaha dan kerja kerasnya. Xue Zhan yakin, latihan Xiao Long jauh berbeda dengan latihan pamannya Xue Tang hingga perbedaan kekuatan di antara mereka sangatlah besar."Berhenti. Aku sudah cukup mengujimu.""Aku belum mengalahkanmu.""Tidak perlu. I
Pada dasarnya laki-laki ditakdirkan untuk menafkahi. Untuk mencari makan pada anak istri. Karena hal itu ayah Xue Zhan berpikir bahwa Huang Ji harus mandiri mencari uang sendiri.Pengelana itu berhenti meminta pada keluarga Xue setelah dua bulan. Dia tak menampakkan diri lagi semenjak hari itu. Xue Zhan tak menyangka dia akan kembali menjadi serigala pendendam. Keluarganya hancur. Ayah ibunya dibunuh. Paman dan saudaranya meninggal demi melindungi Xue Zhan seorang.Takut dan benci menguasai hati Xue Zhan. Dia tak berkutik, akan tetapi kemarahan masih setia menguasai pikirannya. Xue Zhan ingin membunuh orang itu saat ini juga. Dia mengutuk kakinya yang sama sekali tidak bisa digerakkan. Padahal musuhnya sudah ada di depan mata."Kau benci padaku?""Sangat ..." Geraman Xue Zhan tenggelam, matanya masih terus mengalirkan air mata."Kenapa kau melakukan ini pada orang yang telah membantumu?""Membantu, apa katamu?""Ayahku perna