Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 92 - Tudung Jubah dan Keluarga Walikota

Share

Ch. 92 - Tudung Jubah dan Keluarga Walikota

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-28 12:57:39

Perjalanan dari desa ke kota memakan sangat banyak waktu, mereka harus melewati barisan bukit dan juga jalan-jalan panjang untuk sampai di pasar. Ada begitu banyak pedagang di pinggiran jalan, menarik pelanggan untuk singgah ke tempatnya. Han berhenti di depan toko reyot yang terjepit di antara dua toko ramai. Masuk ke dalam sembarangan.

"Ada yang jual jubah?" 

Seorang wanita tua renta menyambut mereka. Matanya menyipit saat melihat Han. "Aha, anak muda. Ada yang bisa aku bantu?" Senyumannya mengembang lebar, memperlihatkan deretan gigi yang salah satunya berwarna keemasan. 

"Aku bilang jubah. Di sini ada jual jubah tidak?" Nada bicara Han terkesan menyolot. Namun sikap itu ditanggapi sang nenek dengan senyuman juga. "Tentu saja, tunggu sebentar. Aku akan mengambilnya."

Kaki nenek itu terhenti, dia tidak dapat melihat sosok di belakang Han dengan jelas. Terlebih lagi wajahnya ditutupi oleh caping kepala. 

"Untuk temanmu, ya? Mau be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mirles
Wii... berarti seusia dgn ku dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 93 - Tidak Punya Pilihan

    Han menjawab asal, "Enam belas atau tujuh belas tahun."Terjadi keheningan dalam waktu lama. Ibu Lien Li, Lien Ning menghela napas berat. "Aku tidak yakin mereka bisa menangani pembunuh bayaran itu. Bukan hanya suamiku yang akan tewas, mereka juga akan mati.""Setidaknya jelaskan keadaannya. Kami akan memutuskan bisa membantu atau tidak."Lien Ning mengangguk dengan berat. "Suamiku, Lien Feng ditawan oleh pembunuh bayaran. Mereka menginginkan sejumlah uang. Sementara suamiku itu adalah orang yang jujur. Semua uang yang dia miliki dikembalikan pada rakyatnya. Kami mana punya uang sampai sepuluh ribu keping emas?"Lien Ning mengeluarkan sekantong uang dengan wajah pias, "Kami hanya punya dua ribu. Aku tidak memberi tahu hal ini pada penduduk karena hanya akan membuat mereka cemas."Pembunuh bayaran itu mengatakan jika kami mengirimkan prajurit maka mereka akan segera membunuh kami.""Lalu tugas kami apa?""Selamatkan suamiku

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 94 - Rumah Kayu

    Dalam surat pembunuh bayaran itu mengatakan dia menyandera Lien Feng di sebuah rumah kosong yang letaknya sangat jauh dari pemukiman manusia. Hampir tidak ada orang di sana. Letak rumah kosong itu pun langsung berhadapan dengan sungai dalam dan di belakangnya hutan lebat berisi banyak binatang buas.Lien Li turun dari kereta kuda dan langsung disambut puluhan laki-laki bersenjata. Hanya tiga orang datang. Lien Li, pengawalnya dan penunggang kuda yang ditinggalkan bersama kudanya sementara keduanya disuruh masuk dengan cepat.Tak ada yang memperhatikan kereta kuda sama sekali. Han yang bersembunyi di dalamnya keluar diam-diam dan segera berlari ke hutan tanpa ada yang menyadari. Sangat berbahaya bersembunyi di sana, Han tidak bisa memastikan tempat itu bersih dari musuh atau tidak. Namun dia mendapatkan satu sasaran empuk yang tengah berjalan ke dalam hutan untuk buang air kecil.Jelas saja laki-laki itu dibunuhnya diam-diam. Dengan belati kecil dan t

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 95 - Penyamaran Han

    Semua orang terdiam. Si penyandera Lien Li berteriak semakin kencang."Bawakan ke mana walikota itu pergi! Sialaan!" Salah satu perompak dengan topeng rubah datang tergopoh-gopoh, dia berucap panik. "Tuanku, sandera kita telah melarikan diri." Si laki-laki yang menyandera Lien Li kaget. Bukan hanya karena Lien Feng melarikan diri."Tuanku? Siapa yang kau sebut Tuanku-" Terlambat. Pedang panjang dengan cepat memotong tangan laki-laki itu. Karena tebasannya tak sempurna, tangannya masih bergelantungan di tempatnya, mengeluarkan darah banyak di sana. Han membuka topeng rubahnya sambil tersenyum puas. "Aku daging sapi dengan kualitas terbaik setelah ini."Xiao Long tertawa kecil, mengambil alih Lien Li dan membunuh siapa pun yang mendekat. Pertahanan keduanya masih sama seperti di hutan dulu.Han mundur bersama Lien Li saat keadaan kembali tak terkendali. Sedangkan di depan mereka Xiao Long menghadang sisa-sisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 96 - Penyerangan di Awal Fajar

    Xiao Long tetap menunduk, tudung jubah menutupi hampir seluruh wajahnya.Lien Li yang duduk di dekat ayahnya berbisik, "Pendekar itu mengatakan tidak ingin memberitahu namanya, Ayah.""Begitu," tanggap Lien Feng sedikit kecewa. "Kalau begitu di manakah kalian berasal?""Sepertinya Tuan Lien ini banyak sekali pertanyaannya." Han mencibir, melihat Xiao Long dengan ekor mata.Xiao Long tak enak terus seperti itu. "Tidak ada yang bisa aku katakan jika itu tentang informasi pribadi.""Hahah tentu saja tidak masalah, maaf aku tidak tahu. Makanlah. Jika tuan-tuan bersedia menginaplah di rumah kecil ini, sebuah kehormatan bagi kami untuk menyambut kebaikan tuan."Xiao Long dan Han tidak menolak. Tidur di kediaman walikota tentunya berbeda dengan tidur di hutan. Tidak ada nyamuk atau binatang buas yang akan mengganggu. Dan juga di rumah ini jauh lebih hangat. Malam buta berlalu, Han sama sekali tidak bisa tidur.Han membaringkan tu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 97 - Duka di Keluarga Lien

    Upacara pemakaman Lien Ning diselimuti duka, hingga acara berakhir Lien Li masih terus berada di makam ibunya. Tangisnya tak pernah berhenti. Ayahnya tak ada di sana. Lien Feng terbaring sekarat dan dikawal puluhan prajurit. "Penjagaan yang terlambat," sindir Han saat melewati barisan prajurit. Semua telah terjadi. Pelayan setia keluarga Lien, pengawal walikota dan istri dari Lien Feng menjadi korban di malam berdarah itu. Para penduduk turut berdukacita. Mereka tak tahu apa-apa soal sekelompok perampok tersebut. Han sempat berbalik badan. "Kau jaga perempuan itu. Aku akan melihat keadaan ayahnya." Xiao Long mengangguk pelan. "Tolong jaga dia." Butuh waktu lama sampai menunggu Lien Feng sembuh, dia mendapatkan luka tusuk di perut. Di waktu itu Xiao Long dan Han memutuskan untuk tinggal lebih lama demi memastikan keselamatan Lien Li. Ada begitu banyak tamu datang, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang penting. Saudara dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 98 - Penutupan Jalan

    "Arrghh!" teriak Han tak sanggup lagi. Panas matahari, bau dekil, hiruk-pikuk pasar dan debu jalanan yang berterbangan di depan hidungnya membuat otak Han mendidih. Pikirannya dibuat dangkal di tengah kerumunan manusia berisik dan kumuh ini, lagi dan lagi mereka memasuki wilayah padat yang kotor. Tempat para penjahat dan kriminalitas beranak-pinak.Setelah beberapa hari berlalu Xiao Long memutuskan untuk membeli cincin penyimpanan, demi menjaga harta mereka tidak dicuri. Namun harga benda itu hampir meraup semua uang yang diberikan Lien Li. 1800 keping emas melayang, berganti dengan sebuah benda kecil yang kini tersemat di jari Xiao Long.Cara bekerja cincin ruang penyimpanan cukup mudah. Hanya pemilik yang telah meneteskan darah ke cincin itu yang dapat mengeluarkan harta yang disimpan di dalamnya.Terlepas dari kebangkrutan mereka karena membeli cincin penyimpanan, sekarang mereka dihadapkan sebuah masalah baru yang tidak diduga.Kota

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 99 - Tawaran dan Kesepakatan

    "Bagaimana dengan kalian sendiri?"Zheng Yu mengulas senyum tengil, "Hei, tunjukkan pada mereka harta berharga kita."Teman-temannya berdiri, membuka sebuah peti kayu berisi berbagai adonan kue, daging dan juga buah-buahan. Han tak pernah percaya jika Zheng Yu mengatakan dia membeli itu semua."Kau memang rajanya kalau soal mencuri."Terdengar ledakan tawa dari mulutnya, Zheng Yu justru merasa bangga. "Bagaimana, bagaimana? Sepakat? Kalau bukan karena teman juga tak akan aku tawarkan padamu.""Jadi tugas kami apa?" tanya Xiao Long akhirnya. Zheng Yu menarik senyuman kembali. Dia menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan kursi khusus untuk dua tamu baru mereka.Setelah ketiganya saling duduk berhadap-hadapan Zheng Yu menjawab, "Hajar orang bernama Yan Zi. Usianya dua puluh empat tahun kurang lebih, kulitnya putih. Ada ukiran bunga hitam di tangan kirinya. Tapi kalian harus berhati-hati, orang itu jago berkelahi. Bisa tumbang dibuatnya kalau

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 100 - Racun Kelabang Batu

    Di akhir pertarungan yang berat sebelah, Yan Zi mundur lalu lari dari Xiao Long. Anak-anak buahnya berpencar ke berbagai arah sambil mengumpat-umpati mereka bertiga. Mengancam akan membalas sepuluh kali lipat lebih parah dari apa yang mereka perbuat.Tak terima mereka kabur Han menghalangi jalan Yan Zi, laki-laki itu berhenti. Menyaksikan bagaimana Han menatapnya mengejek, kekalahan memalukan ini tak akan pernah dilupakannya seumur hidup."Habis kalah kau ingin kembali ke kandangmu lagi? Ingin memanggil anak buahmu yang lain, begitu?"Han tertawa sinis, "Percuma aku biarkan kalian lepas jika beberapa hari kemudian kalian datang membalas."Secara cepat sebuah belati bergerak ke arah Yan Zi, laki-laki terlambat menyadari. Lengan kanannya robek dibuat Han, darah mengalir deras di sana tanpa henti. Tak ada ampunan lagi, Han menghabisi sejadi-jadinya sampai wajah Yan Zi sulit dikenali.Xiao Long berulang kali ingin menghentikan Han, tapi Zheng

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status