Semua Bab Pendekar Pedang Api: Bab 81 - Bab 90
167 Bab
Ch. 81 - Kau Sudah Kalah
Han menyeret Luo Binghe dan cucunya keluar dari rumah yang sudah separuh terbakar meninggalkan Xiao Long dan musuhnya di dalam. Anak buah laki-laki itu terus mengejar Luo Ling, Han terpaksa membawa kabur gadis itu untuk sementara waktu hingga Xiao Long berhasil membereskan yang di dalam. Tiang-tiang kayu berapi jatuh di atas kepala mereka, Xiao Long memandang waspada pada musuh. "Apa maksudmu membawa orang tuaku? Memang kau tahu mereka siapa?""Ya, aku tahu. Karena dia mengatakan bahwa klanmu adalah klan yang sangat berbahaya dan harus dimusnahkan."Terkejut, Xiao Long menjawab cepat. "Kau tahu sesuatu tentang ayah ibuku-?" Wajahnya ragu saat melihat lawan mencebik, seolah-olah enggan memberi tahunya sesuatu. "Siapa yang memberitahumu? Dan apa yang kalian sembunyikan dariku?""Kau bahkan tak tahu-menahu tentang kedua orangtuamu, heh?"Kenyataan itu benar adanya. Kematian kedua orangtuanya begitu cepat terjadi. Xiao Qizuan tak per
Baca selengkapnya
Ch. 82 - Situasi yang Pelik
Kekuatan Dou Jin. Bayang-bayang hitam terlihat samar mendekat dari balik kobaran api. Tepat di belakang Paman Luo Ling yang telah tewas, Xiao Long dapat melihat sebilah pedang terjulur ke bawah penuh darah. Dou Jin berjalan pelan mendekat, seperti biasa langkahnya tegap dan juga pelan. Memiliki kharisma kuat  serta kekejaman yang mengerikan.Dari tatapannya saja, Xiao Long sudah tahu Dou Jin tengah dilanda kemarahan besar. Laki-laki itu kemungkinan besar adalah bawahannya. Xiao Long yakin benar Dou Jin mengutus pria itu untuk membunuhnya. Dan kini suara seruan di halaman rumah mulai menghakiminya."Pembawa bencana! Pergilah dari tempat kami!""Bakar rumah ini, dia hanya akan membuat sial siapa pun yang tinggal di sini!""Bunuh!!!" Suara-suara berisik kembali mengisi sekitar, obor api dan juga minyak tanah yang dilemparkan para orang-orang kampung semakin memperbesar nyala api di rumah Luo Binghe. Sedangkan laki-laki tua itu hanya b
Baca selengkapnya
Ch. 83 - Arah Tujuan
Jauh dari pemukiman penduduk, terdapat sebatang pohon tua yang amat besar. Di sana Han berhenti berjalan, dia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya pasrah. Tidak ada lagi tempat berteduh selain pohon ini. Semua orang telah membuang mereka. "Bahkan kau yang manusia saja diasingkan seperti ini. Tak heran mengapa mereka memburuku.""Apa maksudmu?" Sahutan dari Xiao Long seketika itu juga membuat Han menutup mulut. "Bagaimana dengan lukamu? Jangan memintaku menggendongmu sepanjang jalan, bodoh.""Aku sedang memulihkannya. Mungkin perlu waktu tiga jam agar tubuhku bisa bergerak lagi."Tak ada jawaban. Han hanya berdiam. Tubuhnya disandarkan pada batang pohon dengan kedua tangan di belakang kepala. Melihat langit biru yang begitu terik membakar wilayah perbukitan. Diam beberapa hingga Han kembali membuka pembicaraan."Kau tahu mengapa hari itu aku mendatangimu?""Karena kau kelaparan." Xiao Long menjawab asal.&nb
Baca selengkapnya
Ch. 84 - Peralihan Tanggungjawab
Han membetulkan posisi duduknya agar bisa duduk berhadapan dengan Xiao Long, "Katakan.""Pertama, aku ingin menemui nenek peramal yang telah mengatakan bahwa bencana dan penyelamat akan lahir. Aku yakin ada kesalahan di sana. Kedua, tentang ayah ibuku. Dan semua yang terjadi sebelum aku dilahirkan. Apa yang terjadi pada dan apa yang telah membunuh mereka."Ditariknya napas perlahan, "Dan terakhir-""Menjadi Sepuluh Terkuat," potong Han. Dia sampai bosan mendengarnya. Sementara Xiao menambahkan, "Dan menghentikan perang yang akan terjadi di saat itu tiba."Han sempat terdiam beberapa saat. Dia melihat sekitar. Lalu menunjuk ke arah sekelompok prajurit yang tengah berjalan mengiringi kereta kuda. Mereka semua bersenjata lengkap untuk mengantarkan penumpang di dalamnya. "Lihatlah. Di Kekaisaran ini, untuk menjadi pendekar cukup sulit. Tidak ada pekerjaan karena semua tanggungjawab itu sudah diambil alih oleh prajurit-prajurit kekaisaran. Lal
Baca selengkapnya
Ch. 85 - Pendekar Abadi
Dulu Xiao Long sempat mempelajari tentang ilmu pengobatan. Tapi dia tak pernah melihat hal seperti ini. Pendekar yang seharusnya sedang meregang nyawa itu terbangun di saat keduanya masih kebingungan. "Aku akan menjelaskannya nanti. Kalian ikutlah denganku. Sangat berbahaya jika terus di sini. Kalian pasti akan dibunuh oleh mereka."Sebelum tiba ke tempat laki-laki itu tinggal, mereka bertiga sempat kedatangan musuh pemanah. Hanya tiga orang, tapi setiap bidikan mereka nyaris tepat sasaran. Namun mereka bisa selamat dengan tangkisan. Butuh waktu lima jam untuk sampai ke sebuah tempat yang menyerupai desa, kali ini tempat itu jauh lebih menyedihkan dari semua tempat yang pernah Xiao Long lalui. Semua masyarakatnya mengenakan pakaian tambal, mereka memiliki banyak anak dan juga lansia. Saat laki-laki itu datang hampir semuanya keluar, kebingungan. Saling berebut tempat untuk melihat siapa gerangan dua anak muda yang datang bersama pendekar sewaan merek
Baca selengkapnya
Ch. 86 - Cacing Darah
Mendengar Xiao Long tiba-tiba menyelutuk, Qiu Ying berpaling ke arahnya. "Sekitar dua belas orang lagi. Tapi dua belas orang itu setara dengan tiga puluh orang. Bandit-bandit itu seperti singa kelaparan. Mereka akan turun ke gunung dan menyerang satu desa hanya untuk menemukan secuil makanan."Mata Qiu Ying beralih menatap pedang hitam di pinggang Xiao Long, sama halnya dengan Han yang menenteng sebuah pedang biasa. Dia mengambilnya dari penjahat yang hampir membunuh Qiu Ying semalam. "Apa kalian juga pendekar?""Terlalu cepat mengatakannya," sangkal Han mengorek telinga. "Persetan dengan basa-basi kalian. Xiao Long, kita tidak bisa berlama-lama di sini. Kita harus pergi."Han beranjak keluar pintu dengan suara berisik, dia menjatuhkan beberapa gentong air dengan sengaja. Xiao Long tak beranjak dari tempatnya."Heh, curut! Memangnya kau mau apa di desa ini, tidak ingat bagaimana penduduk desa sebelumnya memperlakukanmu? Bisa-bisa kau dibaka
Baca selengkapnya
Ch. 87 - Siap Bertarung
Cacing Darah membutuhkan inang untuk terus hidup. Dan sebagai bayarannya, Qiu Ying tak bisa merasakan apa itu mati. Xiao Long bertanya hati-hati, "Berapa lama kau hidup?""Enam puluh tahun. Itu masih dibilang wajar." Sempat Qiu Ying berpikir bagaimana dia menjawab pertanyaan itu di lima ratus tahun mendatang. Rasanya hal itu sangat menyakitkan. Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari sebuah rumah petani, mereka bertiga segera bangkit. Di sebuah terjadi kekacauan, saat melihat Qiu Ying datang laki-laki berusia 30 tahun segera bersujud memohon ampun."Kami minta maaf! Kami minta maaf!"Di dalam rumah terdapat lima tubuh orang dewasa telah ditutupi dengan jerami, di sisi tubuh mereka keluarganya bersimpuh sembari menangis. Orang-orang itu adalah mereka yang sakit akibat kelaparan dan wabah penyakit. Kehidupan di desa ini sangat-sangat menyedihkan. Makanan mereka kebanyakan telah bercampur dengan jamur, sedangkan minum mereka ditumpahi k
Baca selengkapnya
Ch. 88 - Markas Musuh
Jalur di jalan hutan begitu sepi, Qiu Ying menjelaskan banyak hal sebelum sampai ke tempat ini. Tempat yang dikuasai sekumpulan bandit, ada beberapa tengkorak disangkutkan pada pagar. Dulunya merupakan sebuah perkampungan biasa yang damai, tapi semenjak krisis di Kekaisaran melunjak berbagai perbuatan keji mulai bermunculan. Kerja paksa, pajak tanah, perang, kekeringan, perampasan seolah-olah mencekik para rakyat biasa.Hal itu juga berimbas pada para kelompok penjahat. Mereka melakukan hal yang lebih brutal dari sekadar mencuri. Yaitu membakar dan meneror wilayah-wilayah kecil yang rawan. Bukan hanya satu-dua saja tempat yang hancur dibuat oleh mereka.Semenjak kehadiran Qiu Ying, bandit itu mulai hancur. Perlahan tapi pasti. Kini hanya tersisa 12 terkuat di antara mereka. Sibuk mencari makan untuk mengisi perut. Perkampungan yang dikuasai bandit itu berada di bawah mereka. Dari atas semua bagian tempat terlihat dengan jelas. Ada banyak sekali kendi arak
Baca selengkapnya
Ch. 89 - Rencana yang Gila
"Senior Qiu turun ke timur. Barat dan selatan ada di tanganku. Han langsung ke posisi, bersiap saat Senior Qiu mengeluarkan tanda."Mereka berpencar cepat. Xiao Long menyelinap di antara rumah-rumah panggung, melihat tidak ada satu pun orang di sana. Hanya ada para budak dan tawanan yang mulai berisik saat melihat kedatangannya.Dengan pelan Xiao Long mendekat pada kurungan sandera, "Aku akan membebaskan kalian segera. Tunggu aku mengamankan tempat ini."Mereka mengangguk, ketakutan saat sebuah suara membentak terdengar."Ke mana arakku?!"Pedang hitam di tangannya mulai diangkat. Bandit yang ada di barat mulai bergerak ke tengah. Xiao Long tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Selagi tidak ada sahutan yang membalas laki-laki itu, Xiao Long berlari ke tempat paling sepi. Menginjak sebuah besi hingga menimbulkan bunyi berisik. Dia segera memanjat ke atas rumah di mana dirinya bisa melihat bandit berbadan gempal itu kembali untuk memeriksa
Baca selengkapnya
Ch. 90 - Barisan Tiga Petarung
Xiao Long baru saja mencabut pedangnya dari musuh yang telah tergeletak tak bernyawa, menyadari Qiu Ying datang. Bergerak dengan satu serangan, tiga tebasan dan membunuh sisa musuh dalam satu tarikan napas. "Kita berhasil," ucapnya saat mendekati Xiao Long. "Apa sandera di sini adalah orang-orang desa?" "Benar." "Kalau begitu kita harus cepat." Ketiganya kembali berpencar untuk membebaskan para sandera, ada sekitar sembilan orang yang masih hidup. Dengan jumlah sebanyak itu mereka dapat membawa semua beras dan makanan lainnya yang disimpan dalam gudang penyimpanan bandit. Tak begitu banyak. Tapi cukup untuk mengisi perut mereka. Dengan langkah beriringan ketiganya berjalan kembali ke desa diikuti oleh para sandera dan budak yang telah dibebaskan.  ** "Semakin lama Kekaisaran ini semakin menggila. Kaisar sama sekali tidak memikirkan nasib rakyatny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status