"Nara?!" "Bunda?!" Langsung saja Nara memelukku, lalu mencium tangan ini dengan takzim. Aku hampir saja tak mengenali wajah putri kecilku, yang kini sudah dewasa. Dia lebih cantik dari yang dulu. Kulitnya putih, hidungnya mancung, serta senyumnya yang manis. "Bagaimana kabarmu, Nak?" Tanyaku melonggarkan pelukan. "Baik, Bun." "Alhamdulillah, Bunda senang kamu baik-baik saja, Nak." "Iya, Bun. Nara sering ke sini menjenguk Abang Habib dan juga Azura. Rumah Nara gak jauh dari sini jika Bunda ingin mampir." "Bunda pasti mampir nanti." "Duh, yang lagi kangen-kangen sampai lupa untuk duduk," sindir Habib. Rasa bahagia ini yang meluap membuatku lupa kalau ada Habib. Ini sudah tujuh belas tahun berlalu, baru kali ini dipertemukan kembali dengan Nara.
Last Updated : 2022-03-31 Read more