Semua Bab Living with Mr. Arrogant: Bab 11 - Bab 20

126 Bab

11. Sekretaris

Reyner menatap tajam wajahnya sendiri. Zinnia pun membalas tatapannya itu dengan wajah kesal. Gadis itu mencoba untuk menahan amarahnya agar tak mencakar wajahnya sendiri."Dengar! Aku juga tak mau bertukar jiwa dengan karyawan biasa sepertimu. Dan asalkan kamu tahu, jika masalah ini sudah selesai aku akan langsung memecatmu," ancam Rey dengan sinisnya. Pria itu menarik dasi miliknya yang dipakai oleh Zinnia. Gadis itu hanya bisa terdiam mendengarkan ancaman direktur dingin itu.‘Memangnya kapan masalah ini akan selesai? Sok tahu banget nih si bos rese,' umpat Zinnia tentunya dalam hati. Bisa gawat jika ia mengutarakannya secara terang-terangan."Jadi, apa Pak Rey punya rencana?" tanya Zinnia mencoba memberanikan diri."Sampai saatnya tiba. Setidaknya kita akan mencari tahu bagaimana pun caranya," tegas Rey."Dan kita harus sepakat bahwa hal ini tak boleh diketahui oleh siapa pun. Aku tak mau mendapat kesulitan dan diremehkan oleh orang perus
Baca selengkapnya

12. Move

Memasuki hari kedelapan, Zinnia kembali pada tubuh aslinya. Gadis itu bersiap untuk berangkat kerja. Dengan setelan kemeja berwarna biru muda serta rok panjang hingga ke betis menambah sempurna penampilannya. Tak lupa Zinnia memoleskan sedikit make up pada wajah manisnya. Ia sangat senang karena dapat memakai liptint yang baru saja dibeli. Jika ia adalah Rey, ia tak bisa mencobanya pada hari itu."Sip. Sekarang tinggal berangkat. Satu hari bersabar bersama bos sombong," gumam Zinnia di depan cermin kamarnya.Gadis itu kemudian mengambil tas kerja dan berjalan keluar kamar. Kemudian mengambil sepatu pantopel dan hendak berjalan keluar kontrakan sebelum ia mendengarkan sebuah ketukan pada pintunya. Siapa gerangan yang datang di pagi itu? Apakah Reyner sudah berbaik hati mau menjemputnya?"Permisi, Mbak. Apakah benar Mbak yang namanya Zinnia Shafira?" tanya seorang pria berkaos hitam dengan topi berwarna sama saat gadis itu membuka pintu kontrakan
Baca selengkapnya

13. Emosi

"Ck. Jangan ngarep kamu akan dapat perlakuan baik dariku. Aku hanya tak ingin dirugikan dengan pertukaran kita. Setidaknya aku bisa bangun di atas kasur yang empuk dan tempat nyaman. Berterimakasihlah karena aku sudah mengasihimu," ucap Rey dengan angkuhnya. Membuat Zinnia menahan urat-urat kemarahannya."Baik, Pak Reyner," balas Zinnia mencoba bersabar sembari memasang senyuman yang ia paksakan."Cepetan masuk! Tuh barang-barangmu sudah datang," perintah Rey saat ia mendengar suara klakson mobil dari luar."Bawa barang-barangmu sekalian!" perintah Rey."Baik, Pak Reyner," balas Zinnia masih memasang senyuman paksa.'Tadi disuruh masuk, sekarang disuruh ambil barang di luar. Dasar direktur sableng,' rutuk Zinnia sembari berjalan menuju pintu gerbang.Benar saja barang-barangnya sudah dibawa dengan sebuah mobil box. Kelima orang yang tadi datang ke kontrakannya pun sudah mulai menurunkan barang-barangnya. Dengan segera Zinnia meminta kelima o
Baca selengkapnya

14. Living Together

Hari itu merupakan hari ke sembilan setelah pertemuan pertama Rey dengan Zinnia. Pria itu kini sudah berada di kamar Zinnia. Ia melihat kaos dan celana panjang yang dipakai gadis itu sebagai kostum tidur. Ternyata gadis itu sudah mengantisipasi pertukaran jiwa mereka.Ketukan pintu pun terdengar. Membuat Rey harus memaksa dirinya membukakan pintu. Tampak di sana Zinnia yang berada di tubuhnya dengan wajah basah sehabis wudhu. Subuh itu pun masih petang. Zinnia hanya menatap dirinya sendiri. Kemudian berjalan masuk ke rumah kecil itu tanpa mempedulikan dengusan sang atasan. Gadis itu pun memasuki kamarnya dan mengambil mukena yang ia simpan di bawah meja kecil di dekat tempat tidur."Mau apa?" tanya Rey dengan suara wanita Zinnia."Mau sholat subuh lah. Memangnya Bapak gak pernah sholat," sungut Zinnia sembari memakai mukena putih bersih miliknya. Gadis itu kini bingung. Pasalnya, tubuh Rey terlalu tinggi dan mukena Zinnia terlalu kecil untuk tubuhnya sehingga ka
Baca selengkapnya

15. Diskusi

"Kenapa? Bapak mau pecat saya? Ancaman klasik," cecar Zinnia. Rey yang kesal dengan ketidaksopanan sekretaris barunya mendekati gadis itu. Ia perlu mendongakkan kepalanya untuk menatap manik gelap miliknya."Awas aja kamu! Setelah semua masalah ini selesai aku akan buat kamu menyesal!" ancam Rey sembari menunjuk wajahnya sendiri. Zinnia hanya memutar bola matanya malas. Ia sudah tak peduli dengan pangkat dan jabatan atasannya."Cepat sana! Kalau kamu gak nurut, aku akan tuntut kamu atas kerugian yang akan kamu timbulkan!""Memangnya berapa?" tanya Zinnia meremehkan."Berapa? Bahkan kalau kau jual ginjalmu itu tidak akan cukup untuk menebusnya," jawab Rey dengan sinisnya."Pak?""Totalnya tiga milyar." Ucapan Rey membuat mata Zinnia membulat."Bahkan ginjalmu mungkin hanya laku beberapa juta saja," imbuh Rey meremehkan."Ck. Jahat banget sih jadi direktur. Bapak zalim, tahu!" dengus Zinnia."Zalim? Duh. Makanya cepat sana
Baca selengkapnya

16. Pamer

Hari Minggu. Waktunya beristirahat dari kesibukan pekerjaan kantor, tapi bukan untuk pekerjaan rumah. Zinnia pun sudah kembali ke tubuh aslinya. Kini waktunya ia membersihkan rumah kecil yang ia tinggali. Pagi-pagi sekali ia sudah berkutat mencuci pakaian kotornya. Karena libur, ia bisa leluasa membersihkan barang-barang yang lain juga.Saat gadis itu sedang asyik berjemur di bawah sinar matahari pagi yang menyehatkan sembari menjemur pakaiannya, sang atasan tiba-tiba berjalan melewati samping rumah utama. Pria itu tengah membawa secangkir cokelat hangat dan roti panggang berbalut keju. Dengan sengaja pria itu berdiri di dekat pintu sembari memamerkan betapa nikmat sarapan paginya. Pria itu kemudian duduk membaca koran pagi ditemani cokelat dan roti."Ck. Apaan sih. Pamer gitu doang," gumam Zinnia menatap tajam sang direktur. Meski sebenarnya ia sedang kelaparan karena perutnya yang belum terisi apapun sejak bangun tidur. Gadis itu menelan ludahnya, tapi ia juga merasa
Baca selengkapnya

17. Pembalut

Hari ini merupakan hari ke sebelas setelah pertemuan Rey dan Zinnia. Tepat hari Senin, hari di mana mereka mulai kembali bekerja. Rey sudah bangun pada pagi itu. Bukan karena sengaja, tapi ia dibangunkan oleh dering alarm pada ponsel Zinnia yang begitu berisik. Terpaksa pria itu duduk mengumpulkan nyawa.Belum apa-apa tubuh yang dirasuki Rey sudah merasa lemas. Memangnya Rey hantu apa?Pria itu kaget saat ia mendapati bercak darah pada celananya. Bingung dirasakan pria itu. Menerka-nerka apa yang telah ia lakukan pada tubuh Zinnia. Bukan Rey yang biasanya, pria sombong itu panik lalu menyingkirkan barang bukti itu dan mengganti dengan yang baru.Beberapa saat kemudian benar saja gadis pemilik tubuh asli itu datang menghampirinya. Meski panik, pria itu tetap mencoba tenang. Duduk pada kursi kayu sembari menopang dagu. Zinnia melihat gelagat aneh sang atasan. Namun, gadis itu hanya diam. Melaksanakan kewajibannya."Kenapa Bapak senyum-senyum gitu? Sudah tah
Baca selengkapnya

18. Rapat Pertama Zinni

Hari ini merupakan hari ke dua belas. Kedua orang itu sudah kembali pada tubuh masing-masing. Mereka kini tengah bersiap untuk meeting dengan perusahaan lain yang akan menjalin kerja sama dengan SJ Grup. Rey tampak begitu rapi dan tampan sempurna dengan mengenakan setelan jas dan celana biru dongker. Setelan itu sudah disetrika sangat licin, hasil kerja Zinnia pada hari Minggu.Rey menatap Zinnia dari atas ke bawah. Menilai penampilan gadis itu. Pria itu juga masih memikirkan hal yang baru saja ia alami. Rasa nyeri yang menyerangnya pada hari sebelumnya membuat ia penasaran. Mengapa gadis sekecil Zinnia bisa menahan rasa sakit seperti itu dan bilang sudah biasa? Padahal pria itu merasakannya seperti mau mati."Ke-kenapa, Pak?" tanya gadis itu merasa malu ditatap lama oleh seorang pria."Lumayan. Yang penting sekarang kita berangkat," ucap Rey dengan nada dingin yang khas, mengalihkan pandangannya."Baik, Pak." Gadis itu terdengar antusias.
Baca selengkapnya

19. Makan Siang

"Memangnya kenapa, Pak?" tanya gadis itu heran."Aku mau makan siang.""Iya, Pak. Silakan kalau mau makan siang. Biasanya juga pergi gitu aja," cecar Zinnia mulai dongkol."Kau ikut denganku!" perintah Rey kemudian dengan jeda beberapa detik."Eh? Kenapa? Tumben," gumam Zinnia sembari menatap tembok di sampingnya, tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan pria itu."Nggak usah ngomong sama arwah. Cepet!" perintah Rey lagi."Ba-baik, Pak," ucap Zinnia sembari berlari kecil mengekor sang direktur."Mau ke mana kamu, Rey?" tanya Dani yang kebetulan hendak memasuki ruangan pria itu."Makan.""Ikut dong. Aku juga mau makan siang. Apalagi bareng sama Zinni," ucap Dani sembari menatap gadis di belakang kawannya itu."Terserah.""Dih. Cuek amat jadi atasan," sungut Dani. "Kamu yang tabah ya, Zinni. Meski sombong dan dingin, Rey ini sebenarnya baik hati kok," imbuhnya. Zinnia hanya tersenyum simpul. Sedangkan
Baca selengkapnya

20. Tembus

Hari ke tiga belas. Rey dan Zinnia kembali bertukar jiwa. Meski tubuhnya perempuan, tapi Reyner masih belum terbiasa memakai pembalut. Zinnia pun sebenarnya risih rutinitas tiap bulannya harus diketahui sang atasan. Apalagi atasannya itu seorang pria."Hari ini sakit lagi gak?" tanya pria itu dengan suara wanita. Menatap tubuhnya sendiri yang sedang sibuk mendandaninya."Enggak kok, Pak. Biasanya cuma di hari pertama saja," terang gadis itu."Syukur deh.""Duh aku cantik banget ya ternyata. Apalagi lihat diri sendiri dari dekat kaya gini," tutur Zinnia dengan percaya diri. Gadis yang berada di tubuh Rey itu melakukan gaya gemas ala perempuan."Jangan memuji diri sendiri dengan mulutku!" ucap Rey kesal. Pria itu kesal karena melihat dirinya sendiri yang bertubuh tinggi, tegap, dan kekar bertingkah kemayu."Apaan sih, Pak? Pak Rey iri? Ya udah deh bentar lagi Pak Rey juga jadi cantik," ucap gadis itu sembari tersenyum penuh arti."Ck,"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status