Home / CEO / DADDY IN BLACK SUIT / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of DADDY IN BLACK SUIT: Chapter 11 - Chapter 20

65 Chapters

BAB XI - Hal yang Seharusnya Tak Telihat

Jiwa Rachel seakan pergi dari raganya setelah melihat notifikasi email dari bank tempatnya bekerja. Ia juga sering melamun, dan saat perjalanan pulang Royan berulang kali menegurnya karena tidak memperhatikan apa yang diucapkan pria itu. Sepanjang perjalanan Rachel juga terus merenungi kesalahan yang sebenarnya tak pernah ia perbuat. Walaupun masih baru pada posisi tersebut, Rachel merasa bahwa dirinya cukup cakap dalam melaksanakan pekerjaannya."Permisi, Bu," ucap Rachel setelah mengetuk pintu atasannya tersebut."Masuk!" jawab wanita itu dengan singkat."Saya ingin mendiskusikan tentang surat peringatan yang kemarin dikirim pada email saya, Bu," kata Rachel membuka percakapan."Jadi, sudah tahu masalahnya?" Bu Santi memperhatikan Rachel lamat-lamat."Saya tidak pernah berhubungan dengan nasabah bernama Ibu Melati, dan saya juga tidak pernah memiliki niat sedikitpun untuk memalsukan transaksi, Bu," jelas Rachel."Apa kamu ada bukti kuat un
Read more

BAB XII - Selamat Hari Ibu

Rachel berusaha sebaik mungkin untuk menutupi rasa gugupnya. Berada di antara ibu-ibu membuat nyalinya sedikit menciut, karena memang ini pertama kalinya Rachel harus datang ke acara sekolah yang mestinya dihadiri wali murid. Kalau soal ambil hasil belajar, dulu ia sudah sering melakukannya, bukan tanpa alasan tapi tante nya selalu memberikan iming-iming uang jajan agar mau menggantikan untuk mengambil hasil belajar ponakannya.Selain gugup karena berada di lingkungan yang asing, Rachel juga masih menenangkan hatinya semenjak kejadian yang ia alami sebelumnya. Masih tergambar jelas raut wajah Royan saat memandangnya hanya menggunakan pakaian bagian bawah. Belum lagi saat itu gilanya Rachel sedang coba menggunakan set dalaman warna merah menyala."Ibu, anaknya kelas apa?" tanya seorang wanita di samping Rahcel."Kelas B, Bu," jawab Rachel yang sudah mempersiapkan pertanyaan jauh-jauh hari."Wah sudah besar ya, habis ini lulus, Bu. Gak kerasa anak-anak cepe
Read more

BAB XIII - Diner

Rachel belum bertemu lagi dengan Royan setelah insiden 'tabrakan bibir' saat acara hari ibu di sekolah Rey. Bukannya tidak pernah bertemu, tapi memang Rachel sengaja menghindari pria tersebut. Jangankan melihat wajahnya, hanya memikirkannya pun Rachel sudah merasakan kecanggungan luar biasa. Namun tak dapat dipungkiri bahwa kini separuh jiwanya masih terus memikirkan kecupan Royan hari itu, yang datang tiba-tiba entah dari mana."Rachel!" seru Bu Sinta membuyarkan lamunan wanita itu."Maaf, Bu. Ada perlu?" tanya Rachel yang langsung sadarkan diri."Kamu ke ruangan saya sebentar," katanya.Rachel yang mendengar hal tersebut sedikit was-was, karena terakhir kali ia masuk ke ruangan itu dirinya harus mendapatkan surat peringatan. Entah saat ini apa lagi yang harus diterimanya saat memasuki ruangan tersebut. Raachel hanya dapat menunduk pasrah dan mengikuti Bu Santi menuju ruangannya."Duduk," ujar Bu Santi mempersilakan Rachel."Baik, Bu." Rach
Read more

BAB XIV - Seseorang Dari Masa Lalu

"Gerald?" tanya Royan pada orang di seberang telepon.Saat Royan mengatakan nama tersebut, Rachel tak lagi fokus mendengarkannya. Tangannya juga gemetar saat mencuci piring, keringat membasahi lehernya yang ditutupi anak-anak rambut. Melihat hal tersebut Royan tahu pasti ada yang tidak beres dengan keduanya, sehingga ia harus mengambil sikap yang baik."Maaf tapi Rachelnya lagi keluar, nanti saya sampaikan kalau ada telepon. Terima kasih," tutup Royan.Ia pun akhirnya memilih kembali ke ruang tamu dan menaruh ponsel Rachel di sana. Royan masih memperhatikan wanita itu, tidak satu pun kata keluar dari bibirnya. Rasa ingin tahu sudah sangat merajai Royan, namun ia tidak ingin lancang untuk memulai pembicaraan tentang ini."Makasih Mas, udah bantu angkat," kata Rachel."Ok. Kenalanmu?" tanya Royan memastikan."Dulu Mas, sekarang udah gak kenal." Rachel menyempatkan dirinya untuk tersenyum getir."Yaudah. Kirain orang asing." Royan menghe
Read more

BAB XV - Waktu yang Tepat

"Halo, Mas Roy," kata Rachel mengangkat telepon."Nanti pulang aku jemput sekalian, ya," ujar Royan."Ng ...." Rachel sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi bahwa dirinya sedang menangis.Royan merasa ada yang berbeda dari Rachel, saat ia mengantarnya tadi Rachel terus bersikeras bahwa lebih baik naik ojek online, dan tidak merepotkan Royan. Dengan alasan tersebut Royan meneleponnya, untuk meyakinkan wanita itu agar pulang bersamanya. Namun, yang ada kini Rachel dengan cepat menyetujui permintaannya, tanpa alasan apapun."Lagi di mana?" tanya Royan."Lagi di jalan," jawab Rachel dengan suara serak."Tenggorokanmu sakit? Serak begitu?" tanya Royan saat menyadari suara Rachel berubah serak."Gapapa kok, Mas. Nanti aku kabarin lagi pulangnya jam berapa, mau ketemu nasabah dulu," tutup Rachel.Setelah perbincangan singkat dengan Royan melalui telepon, Rachel merasa hatinya sedikit tenang. Entah mengapa, hanya mendengar su
Read more

BAB XVI - She's Mine

Seringai Gerald menandakan bahwa ia siap bertarung dengan Royan. Entah bagaimana Roy mengetahuinya tapi memang Gerald membawa sebuah pisau portable di sakunya. Demi mempertahankan Tuan Putrinya, tentu saja Gerald tak keberatan untuk bertarung satu lawan satu dengan duda beranak satu, yang pastinya tidak muda lagi. Melihat Gerald yang sudah meletakkan pisaunya, perlahan Royan menggapai tangan Rachel, dan melepaskan dari pinggangnya. "Mas, jangan. Mending kita balik aja," rayu Rachel."Percuma, dia bakal terus ngejar kamu, kalo gak dikasih pelajaran, Chel," ucap Royan."Tapi Mas nggak tahu Gerald. Dia emang suka berantem dari dulu," kata Rachel mengiba."Kayanya aku belum pernah cerita kalo aku juga tukang berantem dari dulu." Royan berusaha menenangkan Rachel dengan candaannya."Aku beneran ini Mas Roy, gak bercanda." Rachel kesal karena peringatannya tak diindahkan oleh Royan."Iya aku tahu. Udah lepasin dulu, sekarang ambil payungmu,
Read more

BAB XVII - Semoga Dugaanku Salah

Setelah mendapatkan pesan dari Rey, Rachel langsung bergegas menuju unit Royan saat itu juga. Mungkin luka yang didapatnya semalam juga menjadi salah satu faktor pendukung demam tingginya. Belum lagi kemarin hujan lebat, dan tentu saja Royan tidak membawa payung, entah mengapa semua itu tidak terpikirkan olehnya semalam. Jika Rachel sudah memberinya obat pencegahan kemarin malam, mungin Royan tidak akan demam yang terlalu tinggi."Rey, Papa mana?" tanya Rachel yang sudah menyelonong masuk, dan menjumpai Rey di depan pintu."Lah, Tante kok bisa masuk?" Rey heran menatap Rachel dengan rambut berantakan dan piyama tidur yang juga sama kondisinya."Nanti tanyain sendiri sama Papa, sekarang Papa di mana? di kamar?" tanya Rachel yang semakin panik."Papa di dapur, Tante. Kan lagi nyiapin sarapan buat Rey," kata pria mungil itu sambil terus memakai seragamnya.Tanpa aba-aba Rachel pun segera berlari ke arah dapur untuk menggantikan Royan yang membuat sara
Read more

BAB XVIII - Anggap Saja Simulasi

Rachel membuka matanya yang sudah membengkak akibat tangisannya semalam. Entah berapa jam ia terus meringkuk di dalam selimut hangat, dan ia pun tak tahu pukul berapa Royan pergi meninggalkan kamarnya. Seperti biasa Rachel tentu saja membuka ponsel terlebih dahulu, memastikan ada kabar apakah hari ini. Ia tersenyum getir saat melihat kalender yang kini masih ada di hari kamis, sedangkan ia berbaring lemah di atas ranjangnya hingga pukul delapan."Chel!" panggil Royan sambil mengetuk pintu kamarnya. Tak tahu sejak kapan pria itu ada di sana.Sekuat tenaga Rachel menuju ke arah pintu, karena tenggorokannya terasa sakit jika harus berteriak menjawab Royan. Teh herbal yang pria itu buatkan semalam tak dihabiskan oleh Rachel, karena ia malas untuk makan, dan minum. Kini kebalikannya, Rachel merasakan lapar yang luar biasa."Mas semalem tidur sini?" tanya Rachel."Nggak lah, terus Rey sama siapa kalo aku di sini," jawab Royan."Iya sih. Mas kok belum ber
Read more

BAB XIX - Kini Aku Hanya Memilikimu

"Tante, aku mau nambah susu," kata Rey sambil membawa gelas kosongnya."Cepet banget abisnya," jawab Rachel yang langsung mengisi ulang gelas tersebut."Chel, punyaku tambahin selai nya," pinta Royan."Siniin piringnya, aku tambahin," ujar Rachel.Hari ini tepat dua minggu dirinya hanya berkutat di apartmen, dan bahkan sampai lupa jika sebenarnya ia hanya menjalani masa skorsing, bukannya dipecat. Kini, tiap pagi ia akan bangun, dan menyiapkan sarapan untuk dua pria tampan yang kini duduk di meja makan. Royan berpendapat bahwa jika Rachel melakukan hal tersebut setiap harinya, ia akan tetap merasa produktif seperti saat bekerja.Tentu saja, bahkan setelah Royan dan Rey pergi untuk beraktivitas, tanpa mereka ketahui Rachel juga membersihkan tampat tinggal mereka. Mungkin hanya dengan seperti itu, Rachel tidak akan terpikirkan oleh pekerjaannya lagi. Saat mereka sedang asik menyantap sarapan di meja makan, ponsel Rachel menyala, dan mena
Read more

BAB XX - Memulai Hidup Baru

"Rey, yang pinter ya. Inget gak boleh bandel sama Oma, atau Opa. Janji?" kata Royan sambil mengacungkan kelingkingnya."Janji. Rey gak akan bandel dan ngerepotin Oma, Opa." Rey menautkan kelingking kecilnya pada Royan."Tante juga janji dulu sama Reyhan. Tante bakal balik lagi, kan?" kata Rey yang juga mengacungkan kelingking tangan sebelahnya pada Rachel."Iya, Tante balik lagi kok." Rachel menautkan kelingkingnya pada Rey, walaupun sebenarnya ia takut bahwa tidak akan pernah kembali lagi, dan menetap di kota asalnya.Saat akhir pekan, tentu saja bandara dipadati oleh orang-orang yang hendak berlibur. Abimanyu, dan Tiara mengantarkan Rey yang ingin melihat keberangkatan Rachel, dan Royan. Pada akhirnya dengan persetujuan Abimanyu, Royan tetap memilih untuk mengantarkan Rachel ke kota tujuannya. Selain itu, Royan harus mengurus bisnis perpanjangan kontrak dengan Adnan, Papa Rachel, dan beberapa urusan lainnya."Kita masuk dulu, ya. Mama sama Papa h
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status