Home / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Chapter 81 - Chapter 90

189 Chapters

Bab 81. Syarat yang Berbahaya

Sedikit berbahaya mengatakannya di sini. Naiklah ke atas kuda. Dalam perjalanan, aku akan mengatakannya,” bisik Raja Edgar. Ketika Raja Edgar berbisik, embusan napasnya menggelitik telingaku sehingga bulu kudukku spontan berdiri.Aku tidak yakin apakah syarat itu akan menguntungkanku. Akan tetapi, sekarang aku tidak punya pilihan lain. Aku sudah terlalu lama berada di luar dan melibatkan terlalu banyak orang. Jadi, aku harus menghentikan diskusi yang semakin membuat orang lain menjadi repot. Beberapa dari para pelayan Marquess Bradley juga sudah terlihat terlalu lelah dengan wajah yang mulai memucat karena telah berdiri terlalu lama di malam yang dingin.“Baiklah,” jawabku. Kemudian, aku melangkah ke tempat kuda Raja Edgar berada.Tadi aku tidak merasakannya karena aku berdiri di depan pintu Mansion Marquess Bradley, sehingga kehangatan dari dalam Mansion itu masih terasa di tempat aku berdiri. Akan tetapi, sekarang setelah aku berjalan beberap
Read more

Bab 82. Perang Fisik dan Batin dengan Raja Edgar

Baru saja aku menambahkan berkuda sebagai kegiatan favoritku, kini aku ingin mencabutnya kembali.Berkuda tidak semudah yang dibayangkan. Itu juga tidak terlalu menyenangkan seperti kesan awal. Jika berkuda, maka harus duduk di alas punggung kuda yang keras. Sudah begitu, duduknya bukan dengan cara duduk manis ala wanita bangsawan. Akan tetapi, duduk mengangkang hingga membuat paha dalam terasa sangat sakit. Bahkan, hentakan-hentakan tubuh yang disebabkan oleh langka kaki kuda itu membuat pinggangku sakit. Bahkan, di tengah perjalanan, aku bersandar di dada bidang Raja Edgar dan melimpahkan semua beban tubuhku padanya, karena tulang punggungku tidak sanggup lagi menahan beban tubuhku.Rasanya, selama dua hari berturut-turut aku mendapatkan siksaan fisik yang luar biasa. Dimulai dari tubuhku yang nyeri karena apa yang dilakukan oleh Raja Edgar waktu itu, hingga barusan aku menaiki kuda dengan kondisi tubuh seperti ini. Jika di dunia ini ada salep atau tukang urut, aku i
Read more

Bab 83. Menang sebagai Tanda Awal

"Jika Yang Mulia ingin memaksakan kehendak Anda, silakan saja. Maka saya juga akan melakukannya dengan cara saya. Mari kita lihat, cara Yang Mulia dengan cara saya, siapa yang akan lebih dulu membuat keinginan masing-masing terjadi,” ucapku sambil menyeringai.Ada pepatah yang mengatakan bahwa ‘karena nira setitik, rusak susu sebelanga’. Mirip dengan hal itu, orang-orang pasti setuju akan fakta bahwa dibutuhkan sedikit waktu untuk seseorang untuk jatuh, dibandingkan waktu mereka untuk bangkit kembali.Sesuai dengan istilah-istilah itu, Raja Edgar pasti mengerti maksud ucapanku, bahwa aku tidak akan menggunakan cara yang baik untuk memaksakan kehendakku terwujud. Apalagi setelah aku ada mengungkit tentang kematian sebelumnya. Aku bisa melihat ekspresi wajah Raja Edgar yang ketakutan. Itu adalah tanda kemenangan mutlak untukku.“Baiklah, kamu memang tidak bisa dikalahkan mengenai strategi. Jadi, aku akan mengalah kali ini,” ucap Raja
Read more

Bab 84. Desakan Pernikahan Raja dengan Saintess

"Tentu saja aku siap, Tuan Bradley,” balasku dengan percaya diri.Di tengah keceriaan aku dan Marquess Bradley, ekspresi wajah Karl dan Steein terlihat tidak terlalu baik.“Apakah kamu benar-benar baik-baik saja, Lissa?” tanya Karl dengan kerutan dahi di wajahnya yang biasa ia tunjukkan jika ia merasa gelisah dan khawatir.“Tentu saja aku baik-baik saja, Karl. Jangan khawatir,” balasku.“Ya, ampun Tuan Duke Kesar, kendalikan dirimu. Sekalipun kamu menyukai Nyonya Anette, tidak seharusnya kamu khawatir berlebihan dan menunjukkan sisi lemahmu di saat-saat yang penting seperti ini,” cetus Marquess Bradley yang bermaksud menggoda putranya itu.Wajah Karl spontan memerah karena ucapan terus terang itu, sementara aku hanya tertunduk malu.“Duduklah, Lissa,” ucap Steein sambil menarik kursi di sebelahnya.Aku baru tersadar kalau dari tadi aku dengan tidak sopan berbicara panjang lebar sam
Read more

Bab 85. Keadaan Berpihak Padaku

“Ahh, Halo ... Ternyata semuanya sudah ada di sini,” ucap Rissa sambil menyelipkan rambut di balik daun telinganya.Aku hampir saja tertawa karena melihat sikap manis dan nada bicara Rissa yang ramah itu. Padahal jelas sekali tadi mata Rissa sempat berkerut begitu ia melihat sosok diriku di ruangan rapat ini.“Aku ada mendengar kabar bahwa kalian sedang membicarakan sesuatu yang penting. Apakah boleh, aku yang bukan bangsawan, ikut dalam rapat ini? Karena aku merasa bahwa topik rapat kali ini berkaitan denganku,” lanjut Lissa.“Jelas boleh, Saintess. Jika Saintess tidak sibuk, kami sangat senang jika Saintess ikut dalam rapat,” ucap para bangsawan itu secara bersusulan.Lissa kemudian duduk di bangku kosong yang ditarik oleh slah satu bangsawan. Setelah ia duduk, ia melihat ke arahku sehingga tatapan kami bertemu. Sepertinya Rissa ingin menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat dihargai dan mendapat perlakuan spesia
Read more

Bab 86. Raja Cabul

"Apakah sebegitu bencinya kamu karena telah ditarik ke dunia ini, sehingga kamu jadi mengatakan semua itu?” tanya Raja Edgar yang saat ini masih duduk tenang di tempat duduknya.Sepertinya yang dimaksud Raja Edgar ialah ketika tadi aku mengatakan bahwa ‘di masa depan tidak akan ada lagi Saintess yang dipanggil dari dunia asing dan melakukan tes serta latihan yang rumit'. Ya, sejujurnya aku mengatakan itu karena dendam pribadi, karena aku sendiri sudah melewati semua proses yang menyebalkan itu.Jadi, aku menjawab Raja Edgar dengan jujur. “Benar, Yang Mulia.”“Apakah itu juga yang membuatmu kesal sehingga kamu memberikanku obat tidur semalam?” tanya Raja Edgar lagi.Aku Cuma mengalihkan pandanganku karena menolak untuk menjawab.“Kamu benar-benar pintar, Lissa. Jadi, sejak awal kamu sudah merencanakan itu semua dan membuat persyaratan dalam satu permintaanku?” ucap Raja Edgar dengan jengkel.Jel
Read more

Bab 87. Dibawa ke Kuil

Gedung yang megah, cahaya keemasan dan warna gedung yang terang. Pohon yang asri di sekitarnya, dan beberapa orang yang memakai jubah. Putih berjalan ke sana ke sini di sekitar gedung itu.“Ini adalah kuil?” tanyaku karena merasa bahwa tempat itu begitu bersih dan suci.“Kamu benar,” jawab Rissa. Kemudian, Riss melangkah masuk ke dalam kuil, dan aku mengikutinya dari belakang.“Salam kepada Saintess!” seru orang-orang setiap kali Rissa berpapasan dengan mereka. Seperti sudah terbiasa mendapatkan salam seperti itu, Rissa hanya tersenyum sambil mengangguk seolah-olah mengartikan bahwa ia sudah menerima salam dari mereka.Rasanya agak aneh melihat mereka. Mereka seperti sedang menyembah dewa-dewi yang tidak terlihat. Dan masalahnya sekarang, dewi yang mereka anggap itu adalah manusia biasa yang punya banyak dosa, Rissa.“Lagi pula, ketika Rissa menjadi Saintess, itu sudah cukup aneh rasanya,” batinku lag
Read more

Bab 88. Patung Dewi

Aku menatap patung dewi itu lekat-lekat.“Apakah sekarang aku dipengaruhi juga? Apakah sekarang aku seolah-olah punya kepercayaan dan menjadi pengikut setia Dewi?” batinku bingung.Aku kembali mengingat kilasan ketika aku berpikiran buruk tentang Rissa. Jadi, aku kembali berpikir dalam hati. “Apakah Dewi marah karena aku sering meremehkan dan mengutuk Saintess yang merupakan orang suci yang mereka sembah? Aku bahkan juga mengutuknya ketika aku berdiri di depan patung ini. Apakah mungkin setelah ini aku jadi akan mendapat musibah?”Mataku melihat dengan saksama bagaimana penampilan patung dewi itu dari atas ke bawah. “Penampilan Dewi ini terlihat tidak asing. Apakah ini adalah perawakan Saintess di masa lalu? Apakah aku mungkin pernah melihatnya di suatu tempat di duniaku? Atau, Saintess itu sebelumnya adalah seorang artis yang terkenal, sehingga aku jadi pernah melihatnya?”Setelah beberapa saat, aku mengedip-ngedipkan
Read more

Bab 89. Fenomena Alam atau Taktik Musuh

“Monster mengamuk.”Itu adalah kata awal yang diucapkan Raja Edgar untuk memulai rapat.“Apa??!” batinku berteriak.Aku dan Rissa menoleh di saat yang sama karena kami baru saja mengetahui tentang fakta ini. Sementara itu, melihat para bangsawan yang hanya gelisah, dan tidak terkejut menunjukkan kalau mereka sudah lebih dulu mengetahui ini.“Tadi, ada laporan dari masyarakat dari daerah utara kalau monster menyerang pemukiman warga. Untungnya tidak ada yang meninggal. Namun, ada banyak warga yang luka,” lanjut Raja Edgar.“Apa? Monster mengamuk, bahkan sampai menyerang warga? Ini aneh ... Tidak ada catatan sejarah yang pernah mencatat bahwa monster menyerang penduduk. Dalam segala waktu, kenapa harus sekarang? Tidak ada hal yang bisa menjadi faktor mereka mengamuk. Kami bahkan tidak ada mengganggu mereka atau menyerang habitatnya selama aku ada di sini, dan itu artinya sudah berlangsung selama beberapa bula
Read more

Bab 90. Kasak-Kusuk

Ketika aku memfokuskan diriku, dan membuka telinga, akhirnya aku bisa mendengar apa yang sedang mereka bisikkan.“Jadi, Nyonya itu telah menggoda Yang Mulia?”“Benar, gila sekali, ‘kan? Padahal sudah ada pembicaraan mengenai pernikahan Yang Mulia dengan Lady Saintess, tapi bisa-bisanya ia melakukan hal itu.”“Apakah mungkin, agar ia tidak keluar dari Istana? Yang Mulia ‘kan memberikannya kamar dan mengizinkkannya tinggal di kamar ini. Ia pasti takut jika suatu saat diusir jika Lady Saintess menjadi Ratu.”“Atau ... Apa mungkin ... Nyonya itu menyukai Yang Mulia?”“Pfftt ... Khok, khok, khok!” Aku mengeluarkan suara yang keras karena terbatuk. Sebenarnya, aku terbatuk karena salah menelan air liurku sendiri. Kalimat-kalimat mereka di awal memang membuatku marah. Akan tetapi, kalimat terakhir mereka telah berhasil membuatku tersedak.Setelah aku terbatuk, mereka sepertinya
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status