Home / Romansa / Jangan Mencintaiku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Jangan Mencintaiku: Chapter 111 - Chapter 120

123 Chapters

111#Kamu Kembali

Begitu melihat sosok yang sudah dikenalnya itu, rasa lega menyerbu dirinya. Rasanya ia bisa menangis, ia begitu gembira sampai-sampai ia harus menahan diri supaya tidak berlari dan memeluk laki-laki itu. Keyla memasang ekspresi kecewa dan menatap Mexsi ketika lelaki itu sudah berdiri di hadapannya. "Kau tahu sudah berapa lama aku menunggumu?" tanyanya.Mexsi tersenyum tipis mengangkat alis kananya, ia terlihat sangat lelah dan juga ingin menangis. Namun, kebingungan menghantam kepalanya, siapa gadis itu?"Ada apa ini? Bukankah aku datang hanya untuk pemotretan semata? Kenapa harus ada drama juga di sini. Aku tidak mengenalnya sama sekali, tapi ... " ucapannya terhenti cukup lama. Ketika melihat mata gadis itu dipenuhi dengan gumpalan air mata, hampir meluap keluar. Ini aneh sekali. Rasanya tubuh Mexsi tak bisa dikendalikan, ia ingin memukul sesuatu. Darah ditubuhnya semakin bergejolak, ia ingin meluapkan amarahnya. Namun pada siapa? Menatap wajah gadis itu membuat bahu kirinya seakan
Read more

112#Siapa Dia?

Beberapa saat kemudian Keyla telah selesai dengan urusan makeup, Walaupun ia sedikit tidak nyaman dengan taburan bedak yang menempel diwajahnya. Mexsi membuka matanya secara perlahan menengok ke sampingnya, menatap gadis itu seraya berkata. "Kenapa gadis ini ada di sini?""Maafkan saya, dia adalah model utama wanitanya," kata mis En bicara tergesa-gesa. Mexsi membuang muka dengan tatapan sinis, lalu pergi menuju tempat pemotretan. "Tolong maafkan sikapnya ya, saya izin mau ke belakang.""Iya, Mis." Jawab Keyla. 'Dia bahkan tidak menginginkan keberadaanku di sini.' Keyla bangkit, Dito memegang lengannya. Ia sedikit terkejut dengan tingkah lelaki itu. "Dito," ucap Keyla menatap dan memanggilnya."Keyla, ada yang harus aku sampaikan padamu." "Apa itu?""Setelah pemotretan selesai, aku harap kita bisa bertemu di lantai atap," kata Dito bicara dengan cepat."Baiklah." Mereka berdua pergi bersama menyusul Mexsi dan yang lainnya, terlihat Mexsi begitu tampan dari kejauhan. Lelaki itu begi
Read more

113#Tertembus Peluru

Kedua bola mata Dito membulat, ia tak mampu mendengarkan ucapan Keyla. "Apa katamu barusan?" tanya Dito masih belum mengerti ucapannya."Aku, adalah penyebab Mexsi terluka." Keyla mengatakannya dengan bibir bergetar."Berhentilah bicara omong kosong begitu. Aku tahu kau tidak mungkin melakukanya, jangan mempersulit keadaan," kata Dito mencoba mengelak dengan ucapannya, karena masih belum percaya."Kau tahu aku lebih dari siapa pun Dito, kau juga tahu. Bahwa selama ini, hubunganku dengan Mexsi. Gak pernah berjalan baik, kami selalu bertengkar, saling membenci, saling mengejek, bahkan berkelahi. Aku membencinya, sangat membencinya ....""Maafkan aku ....""Kenapa kau meminta maaf padaku? Bukankah aku yang sudah membuat sahabatmu hampir terbunuh.""Seharusnya kau ucapkan kata-kata itu pada Mexsi. Kau berbohong Keyla, kau sama sekali tidak membencinya. Kau sangat mencintainya.""Apa maksudmu dengan bicara seperti ini padaku, kau tahu lebih dari pada siapa pun.""Tentu aku tahu, aku tahu K
Read more

114#Lupakan Aku!

Keyla memesan ojeg online. Ia sampai di taman lebih dahulu, ia mulai mencari keberadaan Wino. Hari sudah semakin gelap, orang yang sedang gadis itu tunggu kini berdiri dihadapannya. Tidak tapi lelaki itu sedikit jalan membungkuk sambil memegang dadanya, terdengar napasnya seakan-akan tercekat, terengah-engah mendekatinya."Wino, dari mana saja kamu? Apa kau baik-baik saja. Coba lihat keadaanmu, kenapa babak belur begini," kata Keyla sambil terus saja bertanya padanya.Inilah yang membuat Wino tak bisa lepas dari keinginannya, supaya dapat terus membantu Keyla. Gadis itu tak pernah pandang buluh terhadap siapapun, jelas-jelas ia sudah melukai gadis itu. Namun, gadis itu tetap mengkhawatirkan keadaannya. Bagaimana mungkin perhatian seorang gadis enggan membuat perasaannya melemah, pada akhirnya ia jatuh padanya.Wino tak berharap apapun untuk saat ini. Ia hanya perlu membantu Keyla sampai titik darah penghabisan, hanya inilah satu-satunya cara agar ia bisa membantu gadis yang disukainya
Read more

115#Jangan Tanya Mengapa

Dito meraih daun pintu mobilnya, lalu menyuruh Mexsi masuk ke dalam. Ia langsung tancap gas, ditengah perjalanan menancap rem sampai tubuh Mexsi sedikit terpental ke depan. Lelaki itu menatapnya sinis, sedangkan Dito menoleh ke belakang dengan mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanya Mexsi sedikit kesal dibuatnya."Gue baru inget Mexsi," selorohnya dengan nada sombongnya."Inget apaan?" Kembali bertanya dengan menaikan sebelah alisnya."Mau pergi ke mana?""Ck," Mexsi berdecak heran. "Mangkannya tanya dulu, cari aja di Maps. Makam terdekat taman indah buana," katanya melipat kedua tangannya di atas dada."Oke!" Mereka kembali melanjutkan perjalanannya.Sesampainya mereka di tempat tujuan. Dito turun dari balik pintu mobil, ia mulai sigap membukakan pintu mobil untuk Mexsi. Kenapa demikian? Mexsi berpikir jika Dito tak membukakannya pintu nanti akan disuruh masuk kembali. Seperti kejadian di waktu yang lalu, saat mereka berada di Singapura. Ingatan Mexsi tajam mengenai hal itu, tapi ia
Read more

116#Jangan Jauhi Aku

"Iya Keyla, maksudku kanker itu kantong kering," jawab Dito sedikit membekap mulutnya sendiri. Terdengar cekikikan kecil di sana. Keyla mengerutkan keningnya. "Aku mau beli bunga buat dimakam, masalahnya aku gak bawa uang. Gimana ya?" lanjutnya kembali melirik Keyla dengan penuh harap.Tanpa berpikir panjang Keyla langsung mengambil dompetnya dari dalam tas selempangnya. Ia mengeluarkan beberapa sejumlah uang dari sana, memberikannya pada lelaki itu tentu saja sudah mengerti Dito tak mau mengambilnya. "Apa lagi, masalahnya?" tanya Keyla sedikit geram.Dito malah melangkah dengan cepat memegang tangan Keyla. Entah kenapa Mexsi merasa kesal setengah mati, ketika melihat Dito memegang tangan gadis itu. "Bisa tolong pilihkan, aku gak paham caranya memilih bunga yang bagus. Aku mohon banget sama kamu. Bantu aku untuk kali ini aja ya, ya." Dito mengatakannya dengan penuh harap. Dengan amat sangat terpaksa Keyla mengangguk. "Emang kamu mau ziarah ke makam siapa?""Kak Morgan, terus aku sam
Read more

117#Seperti Aku Mengenalimu Dahulu

Para pelayan itu kembali setelah beberapa saat, Mexsi mulai bingung dengan dirinya sendiri. Terkejut dengan apa yang baru saja ia pesan, ternyata makanan itu sama dengan apa yang dipesan gadis itu. Tapi makanan itu sangat familiar untuknya, rasanya ia sudah pernah memberikan makanan itu pada seseorang tetapi siapa?Keyla bukan tanpa sebab memilih berada di lestoran itu, ia merindukan sahabatnya yaitu Ino berada di sana. Tanpa gadis itu sadari Ino telah berada dihadapannya, duduk di sana sembari terus memperhatikannya.Mexsi sedang mengunyah makanannya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ia menoleh dengan santai, setelah mengetahui siapa orang itu ia tetap melanjutkan makan. "Gue cari lo kemana-mana ternyata lo ada di sini, lagi enak makan lagi. Bla, bla." Dito ngedumel dengan seribu bahasanya.Dirasa cukup lelah membacot sendirian, akhirnya ia memilih duduk memesan minum. Kembali menatap wajah Mexsi. "Udah makannya kan?" tanya Dito sambil menyeruput segelas kopi hangat."Iya,"
Read more

118#Rumah Tak Terhuni

"Biar gue tarik kata-kata gue waktu itu, beres kan?" jawab Keyla lalu bertanya padanya."Bisa gak, jangan egois. Ambil keputusan secara sepihak begitu, kita.""Kenapa, kenapa, nyawa kalian bisa dalam bahaya jika terus bareng gue. Kalian tahu sendiri kan, ayah gue udah jadi korban. Dan gue gak mau kehilangan lagi, gue mohon sama kalian jangan pedulikan untuk kali ini saja, jangan menoleh. Cukup berpaling aja," ungkap Keyla yang bersungguh-sungguh takut kehilangan lagi.Tina dan Ino terdiam sesaat, lalu Tina maju selangkah menujunya. "Terus lo pikir kita juga mau gitu kehilangan sahabat kita lagi?""Kenapa kalian sampai segitunya, harusnya kalian gak usah melakukan hal ini.""Karena kita ini sahabat," jawab Ino dengan tersenyum sambil menutup matanya."Huaaaa!" Keyla menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Tina dan Ino kembali saling pandang, mereka memeluk Keyla bersamaan. Mereka menumpahkan kesedihan, kerinduan, serta persahabatan menangis bersama di sana. Beberapa saat Ino menghapus a
Read more

119#Terlihat Mencurigakan

Puk. Sekotak kecil menimpa kepalanya, sampai Mexsi mengelus kepalanya beberapa kali tanpa bersuara. Kotak kecil itu patah, sehingga terlihat isinya sedikit. Ia memegang kotak itu lalu memperhatikannya dengan seksama, nampak tidak asing baginya. Ia mengambil buku diary ingin membuka selembar kertas. "Mexsi!" Jerit ibunya dari luar kamar. Mexsi sampai menjatuhkan buku diary milik kakaknya, ia jongkok mengambil buku diary itu. Ibunya langsung merebut buku itu darinya, ia mengangkat kedua alisnya."Bunda kembalikan, buku diary itu milikku." Pinta Mexsi merengek dengan sedikit bergurau."Nggak, mulai detik ini, buku diary ini. Milik Bunda," jawab ibunya tersenyum masam."Kenapa begitu?" Mexsi menaikan sebelah alisnya karena tak terima buku itu tiba-tiba diambil ibunya."Gak usah banyak tanya, kalau kamu mau buku diary ini. Maka kembalilah ke Singapura, Bunda pasti memberikannya padamu." Ibunya melangkah pergi dari sana setelah mengatakannya.Mexsi hanya terdiam sambil memikirkan segala ke
Read more

120#Keputusan Yang Tepat

Ibunya mendongak ke atas menatap wajah putranya. "Aku tahu betul, jika tangan Bunda bergetar seperti ini. Artinya Bunda berbohong, apakah sangat sulit bagi Bunda memberitahuku yang sebenarnya?" tanya Mexsi masih tetap memegang tangan ibunya."Bunda sudah memesan tiketnya, lebih baik kita bergegas. Nanti ketinggalan pesawat.""Cukup Bunda!" Mexsi sedikit meninggikan suaranya, tapi masih dalam batas wajar. Ia melangkah pergi ke depan pintu."Mau kemana?" tanya ayahnya yang baru saja sampai di depan pintu."Ayah, cegah dia Yah. Mexsi kita mau pergi, dia tidak ingin ikut bersama kita kembali ke Singapura. Ayo Ayah cegah dia," kata istrinya merasa ketakutan yang amat sangat dalam.Suaminya menggeleng. "Biarkan saja.""Apa maksud Ayah?""Biarkan saja Mexsi tinggal dan melanjutkan studynya di sini."Mexsi berhenti melangkah, membulatkan matanya, menengok ke arah ayahnya sedang bicara. Ternyata ayahnya malah memilih membela dirinya ketimbang ibunya sendiri. Selama ini, ayahnya selalu tunduk d
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status