All Chapters of Bukan Inginku Menjadi Istri Kedua: Chapter 1 - Chapter 10

23 Chapters

Pertemuan Yang Tak Terduga

tengah rintik-rintik hujan, seorang gadis cantik tengah berlari-lari kecil untuk menghindari hujan. Dia mengedarkan pandangan mencari tempat berteduh. Tapi, dia tak menemukan tempat yang tepat. Dia memutuskan untuk terus berlari, walau hujan turun dengan derasnya. Seluruh pakaian dan hijab nya basah kuyup terkena air hujan.  Seorang Pria tengah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, dia merasa sangat lelah setelah beraktivitas sepanjang hari. Dia ingin segera sampai dirumah dan beristirahat. Karena terburu-buru, tanpa sengaja dia menabrak gadis muda itu.  Pria itu mengerem mendadak mobilnya, dan keluar untuk melihat kondisi gadis itu. Ternyata, gadis itu baik-baik saja. Hanya saja, kakinya terkilir. Pria itu mengulurkan tangannya, namun gadis itu justru meraih depan mobil dan berusaha untuk berdiri sendiri.  "Maaf, Mbak! Saya tidak melihatmu tadi. Pandangan saya terhalangi karena hujan. Apa Mbak terluk
Read more

Permintaan Ara

Setelah dirasa kakinya baik-baik saja. Intan memilih untuk masuk kekamar, sungguh hari sangat melelahkan untuknya, bagaimana tidak? Seharian dia harus keliling untuk mencari pekerjaan. Intan seorang lulusan sarjana Akuntansi justru sulit mendapatkan pekerjaan dikota kelahirannya. Sedangkan dikota lain, Intan bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan itu.  "Ya, Allah. Mengapa sesulit ini mencari pekerjaan disini," lirih Intan dalam hatinya.  Intan menyesal. Seandainya saja dia tak pernah menuruti egonya, maka saat ini dia masih bekerja di kota dengan gaji yang tetap.  "Aku tidak boleh lemah, aku harus kuat! Demi Ayah dan Bunda, aku harus kuat! Ini semua belum berakhir," ujar Intan mantap meyakinkan dirinya sendiri.  Dia mengambil ponselnya dan mulai mencari info lowongan kerja disana, tapi sampai tengah malam belum ada satupun lowongan yang menarik minatnya. Dia meletakkan gawai nya
Read more

Dilema Ihsan

"Apa maksudmu, Ara? Kau ingin Kakakmu ini bercerai? Bagaimana bisa kau memberikan saran seperti itu?" tanya Ihsan dengan nafas memburu. Sungguh, Ara telah membuatnya sedikit kesal. "Apa yang salah dari saran yang aku berikan, Mas? Apa yang ingin Mas pertahankan dari Mbak Aida? Dia sudah tidak pernah menghormati Mama, buktinya dia tidak pernah sekalipun menemui Mama, atau sekedar menelpon untuk menanyakan keadaan Mama. Baiklah, mungkin saja Mbak Aida sedang sibuk. Jika, Mbak Aida tak ingin menemui Mama, seharusnya dia tak menghalangi Mas untuk menemui Mama. Mbak Aida juga tak mau punya anak, kan Mas?" tanya Ara. Ihsan hanya terdiam. Karena, apa yang dikatakan Ara benar adanya. Berapa kali Ihsan mengutarakan keinginannya untuk punya anak, tapi Aida selalu menolak dengan alasan kalau dia hamil dia tak akan bisa jadi model lagi. "Aida adalah seorang model. Kalau dia hamil, dia dikeluarkan dari dunia model," jawab Ihsan. Sementara Ara,
Read more

Keinginan Ihsan

"Om Ridwan!" Pekik Intan.  Dia langsung mendekati mereka, tak lupa Intan juga menyalami Om nya itu. Ridwan-- merupakan adik kandung dari ayahnya Intan. Pak Ridho juga mendekati Ridwan, mereka berpelukan untuk melepas rindu. Karena memang sudah hampir 5 tahun mereka tak bertemu.  "Kemana saja kau selama ini? Mengapa baru sekarang menemui kakakmu ini? Apa kau masih marah pada kakak?" tanya Pak Ridho.  "Aku malu padamu, Kak. Dulu aku sangat keras kepala, dan tak pernah mau mendengarkan nasehatmu. Uang investasi yang aku berikan pada temanku, dibawa lari olehnya. Dan sekarang, aku tidak punya apa-apa," ujar Ridwan dengan penuh penyesalan.  Intan menyajikan minuman dan camilan untuk Om-nya itu, sementara Bu Irma hanya duduk dan menyimak saja. Setelah itu, Intan duduk disebelah Ibunya itu.  "Kita ini saudara, Wan. Jika bukan padaku, kemana lagi kau akan pergi?
Read more

Kekesalan Aida

"Apa yang terjadi?" tanya Mbok Darmi.  Sari hanya bisa meringis kesakitan, niatnya untuk membunuh tikus yang ada dikamarnya, justru malah melukai tangan nya sendiri. Mbok Darmi mengambil air putih untuk Sari. Setelah merasa cukup tenang, Sari menceritakan segalanya pada Mbok Darmi.  "Tadi, ada tikus di kamar Sari, Mbok. Niatnya, tadi mau membunuh tikus itu. Tapi, malah tangan Sari yang terkena pisaunya," papar Sari.  "Sari, Sari. Lain kali, kalau ada apa-apa panggil Mbok, biar Mbok yang bantu. Kalau seperti ini, kau akan susah bekerja nanti. Kau tau sendiri, Nyonya Aida itu seperti apa? Dia tidak akan pernah suka, jika melihat seorang pembantu lelet dalam bekerja, kan?" Sari hanya diam, karena apa yang Mbok Darmi katakan itu memang benar adanya. Jika Aida melihatnya bekerja dengan lelet, dia pasti terkena omelan nya.  "Sari, kan tidak tahu kalau semuanya akan
Read more

Pertengkaran Aida dan Ihsan

Ihsan Pov ...  Pernikahan ku dengan Aida tak pernah terasa bahagia, bagaimana tidak? Setiap hari, kami sibuk dengan aktivitas kami masing-masing. Kami hanya bertemu di waktu malam saja, itupun kalau Aida tak sibuk dengan pemotretan nya. Terkadang, dia harus pulang menjelang subuh, aku tak bisa menghalangi nya, karena memang itu semua menjadi kesepakatan kami.  Tapi, setiap kali aku membahas perihal anak, Aida selalu mengatakan bahwa ia belum siap.  'Jika aku sampai hamil, maka aku akan dikeluarkan dari dunia model, Mas. Dan, aku belum siap untuk keluar. Aku harap Mas Ihsan akan mengerti,' Mengalah!  Hanya mengalah lah yang selalu aku lakukan. Hingga 4 tahun pernikahan, tapi Aida tetap tak berubah. Aku juga tak bisa melepaskan Aida begitu saja, karena aku menginginkan pernikahan satu kali dalam hidupku.  Ara-- adik perempuan ku selalu
Read more

Kematian Ika

"Kenapa cuma segini, Mas? Biasanya kau memberiku lebih dari 10 juta setiap bulannya, kenapa sekarang hanya tinggal 5 juta. Oh, aku tau. Pasti kau memberikan nya pada Mama dan adik mu itu. Iya, hah?! Jawab aku mas!" Aida menatap Ihsan dengan tatapan nyalang.  "Kalau memang iya, kau mau apa? Bersyukurlah, karena aku masih memberikan mu nafkah bulan ini. Mengingat, perlakuanmu pada keluarga ku, jangankan untuk memberimu nafkah. Melihat wajahmu saja aku tak sudi," ujar Ihsan. Sungguh, ia tak mampu menahan kekesalannya pada Aida hari ini.  "Oh, melihat wajahku kau tak sudi. Jika begitu ceraikan aku!" ucap Aida lantang.  Ihsan terdiam beberapa saat, kemudian dia menghela napas, "Aku tidak akan pernah menceraikan mu, karena bagiku pernikahan hanyalah satu kali dalam seumur hidup. Entah bagimu," Ihsan memilih pergi, karena tak ingin memperpanjang masalah. Ihsan masuk ke ruang kerjanya, dia mem
Read more

Kesedihan Ara

Ara melangkahkan kakinya masuk kedalam minimarket, tangannya yang lincah mulai memasukkan beberapa bahan kebutuhan untuk sebulan. Saat akan membayar, Ara berpapasan dengan seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya. Ara tak ingin berlama-lama, dia segera membayar barang belanjaan nya dan pergi.  "Ara, tunggu!" lelaki itu berlari mengejar Ara.  Ara dengan secepatnya naik ke mobil, lelaki itu mengetuk kaca mobil, dia terus memohon agar Ara mau mendengarkan nya.  Didalam mobil, Ara memukul stir mobil dengan geram. Airmata lolos begitu saja di pipinya, ingatan masa lalu benar-benar menyakitkan hatinya.  'Maafkan aku, Ara. Aku tak bisa melanjutkan pernikahan ini, aku tak mungkin menikahi wanita malam seperti mu,' ucap lelaki itu.  "Kenapa dia kembali? Disaat aku sudah melupakan nya, dia kembali lagi. Apa belum puas dia mengacaukan hidupku?!" teriak Ara dengan
Read more

Kedatangan Aida

Intan melangkahkan kaki masuk kedalam perusahaan itu, sebenarnya dia masih ingin mengambil cuti, karena dia merasa kasihan dengan Riska yang masih saja menangisi Ibunya. Tapi, Intan sadar. Dia tak bisa mengambil cuti terlalu lama, mengingat dia masih anak baru.Intan menekan tombol lift, bersamaan dengan seorang pria yang juga menekan. Intan menoleh, dia sekilas memperhatikan orang tersebut. Dia merasa seperti pernah melihat orang itu. "Bapak yang nabrak saya malam itu, kan?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Intan. "Eh," Intan langsung menutup mulutnya. Dia tau, tak seharusnya dia berkata seperti itu, karena bisa aja dia salah orang. Pria itu yang ternyata bernama Ihsan, mengamati gadis itu sebelum akhirnya mengangguk. "Iya. Bagaimana dengan kakimu? Apa masih sakit?" tanya Ihsan dingin. "Iya, tapi kalau dibawa jalan masih agak sedikit sakit," ujar Intan. "Mau kerumah sakit?" tanya Ihsan,
Read more

Perdebatan Aida dan Ara

"Kenapa, Mbak? Kenapa wajahmu itu berubah pucat? Tenang saja, karena Saya tak akan melakukan apapun kepadamu. Saya tidak ingin tangan saya yang indah ini ternodai karena menyentuh kulit mu Mbak. Silahkan Mbak pergi dari rumah saya!" ucap Ara dengan senyum mengejek. Ara menuntun mamanya masuk ke dalam rumah, setelah memastikan mamanya aman, Ara keluar menghampiri Aida yang masih mematung di tempat. "Saya rasa selain pelit, Mbak juga tuli!" celetuk Ara. "Ara!" Aida menatap tajam ke arah Ara. Tapi, yang ditatap hanya menampilkan senyuman mengejek. "Tidak usah berteriak-teriak, Mbak! Atau suara Mbak akan habis nanti. Sudahlah, silahkan pergi dari rumah saya." usir Ara pada Aida seraya menarik tangan Aida kasar dan menghempaskan nya keluar pagar. "Sudah aku katakan, aku tidak akan pernah pergi sebelum kau memberikan apa yang aku mau." Aida berkacak pinggang. "Kau ini tuli atau apa Mbak?! Sudah saya katakan, uan
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status