Semua Bab Air Mata dan Doa Seorang istri: Bab 11 - Bab 20

69 Bab

BAB 11 : Kedatangan wanita penggoda

Baru saja Diana menikmati indahnya kebahagiaan menjalani bahtera pernikahan, tiba-tiba hadirlah seorang perempuan lain yang menumpang di rumahnya. Wanita geulis berdarah Sunda, yang berambut ikal berwajah tirus dengan face wajah yang manis. Bertingkah sedikit genit dan nakal, paling suka menggoda Herman dengan kerlngan mata yang manja.Bu Eneng sangat senang dengan kehadiran Dita, apalagi wanita yang masih kerabat ibunya Herman ini memiliki perasaan tersendiri kepada Herman. Ibunya Herman sangat mendukung keinginan Dita agar dapat merebutnya dari Diana untuk dijadikan suaminya. Dita minta dukungan dari Bu Eneng untuk melunakkan hati Herman agar mau menerimanya sebagai istri dan mencampakkan Diana.“Ibu harus membuat rencana yang jitu untuk memisahkan mereka,” kata Dita membujuk Bu Eneng untuk menyusun siasat memisahkan Herman dan Diana.“Iya, tapi kamu juga harus mencari ide juga, jangan Ibu saya  yang kamu suruh mencari jalan memutuskan h
Baca selengkapnya

BAB 12 : Percikan Asmara Terlarang

Dita semakin sering mencuri waktu mendekati Herman di sela-sela waktu yang ada, apalagi secara diam-diam ibu mertuanya mendukung rencana Dita bermain api asmara terlarang.            “Ibu harus mendukung aku, pokoknya,” kata Dita kepada Bu Eneng meminta dukungan dengan penuh semangat.            “Ibu mendukungmu dari belakang, bahaya kalau ketahuan Herman,” ucap Bu Eneng            “Iya, Bu. Jangan sampai ketahuan. Ibu mesti bermain cantik,” ucap Dita menekankan agar Bu Eneng berhati-hati dalam menjalankan siasat mereka.            “Sip,” kata Bu Eneng menimbali.            Dita begitu bersemangat untuk memisahkan Diana dari H
Baca selengkapnya

BAB 13 : Asmara Terlarang

Sejak saat itu Dita tak canggung lagi berduaan dengan Herman sekalipun ada Diana diantara mereka. Suasana terwujudnya cinta segitiga ini hanya menunggu waktu saja terjadi, sebab kepandaian Dita dalam mengambil hati Herman yang selalu disupport oleh Ibunya membuat dirinya tak bisa menolak jika Ibunya ingin dirinya mengantarkan atau menemani dan ditemani oleh Dita jika pergi ke suatu tempat termasuk ke sawah.            Keakraban antara suaminya dan Dita memjadi buah bibir orang di kampungnya. Banyak orang yang mencibir, banyak pula yang merasa kasihan dengan Diana yang harus termakan oleh isu poligami. Tak sedikit orang yang berusaha menunjukkan empatinya dengan terus memberikan dukungan kepada Diana agar bersabar dan tetap mempertahankan rumah tangganya yang saat ini berada di ujung tanduk.            “Sabar, Diana. Ini  ujian dari Yang Kuasa, insy
Baca selengkapnya

BAB 14 : Merelakan pernikahan siri suami

                Ketika Herman sedang ke sawah, sementara Diana tidak ikut karena dia merasa kurang enak badan. Badannya terasa lemah dan menimbulkan rasa mual yang luar biasa menyerang dirinya, sehingga dia seperti ingin muntah tapi tidak ada yang dimuntahkan hanya air liur saja yang keluar dari dalam perut.                Diana mengingat-ingat jika dirinya sudah terlambat beberapa bulan, terlintas di benaknya bayangan sedang berbadan dua. Segera dibelinya testpack untuk memastikan benar tidaknya dirinya yang terlambat bulan sedang mengandung benih yang selama ini sangat mereka nantikan. Diana berharap dirinya memang benar sedang hamil, sehingga dia mempunyai kekuatan untuk menjauhkan hubungan suaminya dengan Dita yang semakin mesra saja saat ini.                ‘Walaupun ka
Baca selengkapnya

BAB 15 : Merana ditinggal bulan madu!

Mata Diana sembab, semalaman  dia tak berhenti menangis, meratapi nasibnya yang kini sudah dimadu oleh suaminya. Menyesali keputusannya kembali rujuk setelah berpisah sewaktu Ibu mertua mengusirnya dulu, serta  menyumpahi dirinya yang tak mendengar nasehat ibunya sendiri saat tidak menyetujui rencananya kembali lagi hidup rukun bersama Herman, lelaki yang dicap Ibunya sebagai bunglon.            “Ibu!” panggilnya dalam hati ingin mencurahkan segala kisah pilunya kepada Ibunya, meminta maaf karena tak menuruti nasehat Ibunya. Perasaan penyesalan itu baru datang sekarang saat semua sudah terlanjur terjadi, jika saat waktu bisa ditarik mundur dan dia setuju dulu untuk kembali rujuk bersama Herman tentulah saat ini luka yang menyanyat kalbunya tak akan terjadi.            Tak pamit! Diam-diam Diana menyelinap pergi menuju rumah oran
Baca selengkapnya

BAB 16 : Nikmat membawa sengsara

Kehamilan Diana yang bertepatan dengan pernikahan siri Herman dan Dita,membuatnya semakin menderita saja sebab Herman sedikitpun tak memperhatikan dirinya. Semua perhatian dan kasih sayang hanya tercurahkan untuk Dita seorang yang dianggapnya lebih menggairahkan dan memabukkan jika dibanding dengan Diana yang sekarang sedang berbadan dua dan sakit-sakitan.            Nikmat membawa sengsara, seolah kiasan yang pas untuk menggambarkan keadaan Diana saat ini, nikmat didapatkan tengah mengandung seorang jabang bayi yang sekaligus membawanya sengsara karena ditelantarkan oleh suaminya calon ayah dari janin yang dikandungnya. Seharusnya seorang wanita hamil itu dimanja-manja dan disayang-sayang dengan sepenuh hati sehingga gembira dan sehat serta lincah bayi yang berada di dalam perutnya. Sayang sekali dirinya saat ini menjalani situasi kebalikan dari  wanita hamil umumnya, jika seharusnya dimanja dan disayang dengan dip
Baca selengkapnya

BAB 17 : Melewati masa kehamilan di rumah ibu

Setibanya di rumah Ibunya, Diana mengambil ponsel miliknya lalu mengirimkan pesan lewat WhatApps kepada suaminya,”Kak, maaf aku pamit tinggal di rumah Ibuku sementara waktu setelah tadi terjatuh di dapur akibat ulah Dita ketika kamu dan Ibu tidak berada di rumah,”            Hanya sebuah pesan singkat saja yang diketiknya sebagai permintaan maaf karena telah meninggalkan rumah suaminya tanpa izin. Sebagai seorang istri yang patuh kepada suaminya berat rasanya meninggalkan rumah tanpa seizing suaminya sekalipun keadaan yang memaksanya harus melakukannya.            “Nanti, Ibu yang akan mengizinkanmu kepada Herman dan mertuamu,” ucap Ibunya menenangkan dirinya agar tidak terlalu memikirkan kesalahannya.            “Iya, Bu. Pamitkan dengan mereka dengan sopan, jangan s
Baca selengkapnya

BAB 18 : Melahirkan

Sembilan bulan telah berlalu, masa berat mengandung buah hati tercinta memasuki bulan penghujung. Perasaan kian bercampur aduk mendekati hari persalinan, apalagi Diana akan menghadapi persalinan tanpa sang suami yang makin sibuk mengurusi istri mudanya. Tak ada harapan lagi baginya untuk ditunggui oleh suaminya ketika melahirkan nanti. Tak sekalipun selama kehamilannya di rumah Ibunya, Herman menjenguknya hanya beberapa kali bertukar sapa itupun lewat pesan wa yang disampaikannya.            Betapa rindunya Diana kepada Herman, suaminya yang begitu dinanti kehadirannya untuk menguatkan dirinya menghadapi persalinan ini. Begitu sedihnya perasaan hati Diana, dirinya merasa tidak bersuami padahal mempunyai suami sah, hanya saja sudah beristri lagi. Kejam sekali Herman sebagai suami yang bisa melupakan istrinya yang sedang berjuang untuk melahirkan anak kesayangan mereka nanti.      &nbs
Baca selengkapnya

BAB 19 : Kindonan Maya

Empat puluh hari setelah masa kelahiran, ketika jabang bayi sudah sehat dan kuat begitu juga ibundanya.  Maka bersiap diadakannya acara syukuran menyambut kehadiran sang bayi di dunia. Sesuai dengan adat masyarakat di kampung, bagi bayi yang baru lahir akan dilakukan beberapa acara penyambutan sebagai ungkapan rasa syukur, mulai dari acara mandi kembang pertanda bayi sudah boleh dibawa keluar dari rumah.                Kedua acara aqiqah sekaligus kindoan si bayi, dimana acara ini  dilakukan dengan menyembelih seekor kambing untuk bayi perempuan dan dua ekor kambing untuk bayi laki-laki yang akan diaqiqah, sekaligus di marhabankan dengan membuat kembang telor yang dicampuri permen dan uang dua ribu yang ditancapkan di batang pisang yang sudah dihias kertas minyak. Banyaknya kembang telor uang ini tergantung kemampuan orangtua bayi, semakin mampu orangtuanya maka semakin banyak jumlah kembang
Baca selengkapnya

BAB 20 : Jawaban Menggantung Herman

Tidak hadirnya Herman dan Ibunya di acara marhaban Maya, menjadi gosip terhangat yang banyak dibicarakan oleh orang di kampungnya terutama kaum hawa penggemar gosip. Banyak beredar kabar yang tak sedap mengenai pernikahan Diana dengan Herman, yang menimbulkan tanda tanya besar bagi orang awam.                Pasangan menikah yang berpisah rumah seperti Herman dan Diana belum lumrah terjadi di kampung, wajar jika orang menganggapnya seperti certita sandiwara di televisi. Banyak yang menyalahkan Herman sebagai suami tidak bermoral dan bertanggungjawab tetapi masih ada yang menyalahkan Diana karena dianggap tidak pandai menyenangkan suami sehingga suami berpindah ke lain hati.                Persoalan menjadi rumit, manakala adat memandangnya sebagai hal yang biasa bila lelaki beristri dua dan tidak ada istilah perceraian,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status