Tidak hadirnya Herman dan Ibunya di acara marhaban Maya, menjadi gosip terhangat yang banyak dibicarakan oleh orang di kampungnya terutama kaum hawa penggemar gosip. Banyak beredar kabar yang tak sedap mengenai pernikahan Diana dengan Herman, yang menimbulkan tanda tanya besar bagi orang awam.
Pasangan menikah yang berpisah rumah seperti Herman dan Diana belum lumrah terjadi di kampung, wajar jika orang menganggapnya seperti certita sandiwara di televisi. Banyak yang menyalahkan Herman sebagai suami tidak bermoral dan bertanggungjawab tetapi masih ada yang menyalahkan Diana karena dianggap tidak pandai menyenangkan suami sehingga suami berpindah ke lain hati.
Persoalan menjadi rumit, manakala adat memandangnya sebagai hal yang biasa bila lelaki beristri dua dan tidak ada istilah perceraian,
Mengingat tidak ada niat baik yang ditunjukkan oleh Herman untuk mengurus anaknya, membuat Diana meradang dibuatnya sehingga dia meminta pendapat orangtua dan Bik Ros mengenai rencananya untuk mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Setelah menimbang dengan seksama serta meminta restu dari orangtuanya apalagi setelah mendapatkan jawaban dari Herman melalui Bik Ros, maka Diana memantapkan dirinya untuk memasukkan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama yang berada di ibukota Kabupaten. Setibanya disana, berkas diterima oleh seorang panitera yang mencatat berkasnya sambil menanyakan keseriusannya memasukkan gugatan tersebut. “Ibu, sudah berpikir matang dan yakin mau memasukkan gugatan ini?” tanya perempuan berbaju seragam memandang Diana meminta keyakinannya.&nb
Apa yang ditakutkan oleh Diana, akhirnya terkuak juga. Sepucuk surat yang dilayangkan oleh ketua tetua adat kampungnya ,meminta kehadiran keluarganya dan dirinya ke rumah ketua adat dalam rangka menindaklajuti pelanggaran yang telah Diana lakukan. Sudah pasti sangsi yang akan diterima oleh Diana dan keluarganya. “Maaf, Pak Wardi! Saya mengantarkan surat dari ketua adat kita,” ucap seorang pemuda suruhan Pak ketua adat menyampaikan sepucuk surat panggilan untuk Diana dan keluarganya. “Baik, terima kasih!” ucap Pak Wardi kepada pemuda tadi. “Surat apa, Pak?” tanya Ibu kepada Bapaknya Diana penasaran ingin tahu.&
Diana hanya meminta waktu seminggu kepada kaum tetua adat untuk meninggalkan kampung halamannya. Waktu sepekan tersebut akan digunakan untuk mengurusi semua surat menyurat keperluannya untuk pergi merantau ke luar negeri, sekaligus untuk mencurahkan waktu sepuasnya mengasuh Maya anaknya. Kepergiannya akan memakan waktu yang lama, sehingga tidak mungkin ketika dipertemukan dengan anaknya, Maya sudah menjadi gadis remaja. “Ibu, sini Maya biar kubawa bermain dulu sampai puas, bukankah nanti lama aku bisa bertemu Maya lagi. Bukan tidak mungkin Maya sudah besar ketika aku pulang!” pinta Diana lirih sambil menggendong anaknya. Waktu akan terasa sangat lama untuk dapat bertemu dengan anaknya, sebab Diana harus menabung guna membeli pekarangan dan membangun rumah ke kampung sebela
Suasana penampungan yang berada di tengah kota metropolitan memudahkan akses tele komunikasi dan transportasi dari dan menuju lokasi penampungan Tenaga Kerja Wanita, tempat Diana di karantina selama beberapa bulan lamanya. Diana termasuk salah satu peserta pelatihan praktik kerja yang mudah menangkap dan memahami instruksi yang diberikan oleh trainer dengan cepat. Kecerdasan yang dimiliki oleh Diana mungkin berada di atas rata-rata kemampuan banyak wanita lainnya, sehingga dia termasuk salah seorang peserta terbaik yang menjad primadona disana. Kecakapan dan kegesitan Diana dalam menjalankan instruksi dari pelatih menyebabkannya mendapat persaingan dari teman se karantinanya yang merasa cemburu dengan kelebihan yang dimiliki Diana dalam menangkap setiap perintah yang diberikan dalam p
Diana menangis histeris diujung ranjang, dia meratapi dirinya yang telah dinodai oleh seorang pria yang tak dikenalnya. Pria biadab dengan kasar merenggut mahkota berharga miliknya begitu saja tanpa dihalal terlebih dahulu, satu kesalahan terbesar telah menodai kehidupannya yaitu dosa zina. Tapi dirinya dalam keadaan tidak berdaya, bukan dilakukan atas dasar suka sama suka melainkan dilakukan dalam keterpaksaan atau pemerkosaan lebih tepatnya. “Sudah, janganlah kamu menyesalinya. Toh, kamu juga bukan lagi seorang perawan!” ucap pria tadi menyindir kesedihan Diana yang masih terus menangisi keadaan dirinya. “Bapak bisa berkata seperti itu. Dasar bejat! Tidak punya perasaan sedikitpun
Diana sudah mandi, sarapan dan membantu Mbah Paniyem membersihkan rumahnya saat seorang pemuda terhuyung berjalan memasuki rumah hingga menyenggol benda-benda yang berada di dekat kakinya. Dari mulut tercium aroma sendawa minuman yang mengandung alkohol. “Tono!” teriak ibunya memaki ketika tak sengaja kakinya menumpahkan ember yang berisi air untuk mengepel lantai rumah.“Ini anak kerjanya cuma mabuk saja!” Seorang pria muda dengan tubuh atletis memasuki rumah dalam keadaan teller sehabis menenggak minuman keras, seperti bir atau lainnya. Pria muda yang dipanggil Tono oleh Mbah Paniyem ini masih berumur sekitar dua puluh lima tahun dengan tubuh kekar dan berotot serta bertato naga di lengan kirinya. Sepertinya pria ini menyandang masalah social yang memerlukan pertolo
Suasana pagi yang cerah, cahaya mentari tampak garang menyinari alam semesta. Panasnya mulai terasa mengenai kulit wajah yang terkena pancaran cahayanya. Terlihat keramaian mulai tampak di lokasi penampungannya Diana. Hiruk pikuk serta riuh rendah suara para penghuninya membuat kesibukan masing-masing. “Hai, Diana. Apa kabar?” tanya Mbak Minayah menemuinya di aula menebar senyum seakan tak terjadi apa-apa diantara mereka. “Baik, Mbak!” jawab Diana tenang membalas senyum Mbak Minayah. “Ceritain ya bagaimana cara kamu bisa keluar penyekapan?” kata Mbak MInayah menyeledik. 
Sore harinya, terlihat Mbak MInayah menemui Diana di kamarnya. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikannya sehingga harus bertemu langsung tanpa diketahui oleh orang lain. “Ada apa, Mbak?” ucap Diana menanyai Mbak MInayah ada keperluan apa dirinya sengaja bertamu ke kamarnya. “Boleh, Mbak masuk?” tanyanya memohon. “Boleh!” jawab Diana mempersilahkan mbak minayah masuk. “Tutup pintunya, Diana!” pintanya agar Diana menutup pintunya. Diana masih ter
Dua tahun kemudian! Hujan badai tengah melanda negeri padang pasir ini, suasana rumah begitu senyap karena ditinggal oleh tuan rumahnya menunaikan ibadah haji. Hanya dirinya dan Tuan Muda yang tinggal, sebenarnya Nyonya Aminah hendak mengajak Diana juga menunaikan ibadahhaji mumpung sedang berada di kota suci ini, sayangnya dia merasa belum tepat waktunya untuk menghadap ke baitul maqdis karena disadarinya bahwa dia sedang terbalut oleh dosa. Bukankah jika ingin menunaikan ibadah haji sebaiknya diri dalam keadaan suci sedangkan dia dalam keadaan sebagai pendosa yang selama ini dilakukannya. Dia tidak mau mengotori tempat suci itu dengan segala dosa yang telah diperbuatnya selama menjadi pembantu di rumah majikannya. Kalau ingin, siapa sih yang tidak ingin da
Untuk membuktikan kebenaran cerita Bu Jumin tentang kelakuan Bik Ros dan keluarganya, Diana sengaja menunda pengiriman uang ke rekening Risa untuk mengetahui reaksi yang akan diberikan oleh Bik Ros jika dia terlambat mengirimkan uang. Diana membiarkan saja tanggal muda berlalu di bulan ini dengan harapan akan mendapatkan pesan dari Bik Ros atau Risa mengapa dia belum berkirim uang ke kampung. Sudah hampir tanggal tujuh di awal bulan, Diana belum juga berkirim uang kepada Bik Ros dan anehnya dia belum juga mendapat pertanyaan dari kampung tentang belum dikirimnya uang ke rekening miliknya Risa. Sebenarnya di kampung, Risa sudah sangat gelisah sekali sebab di rekeningnya tidak ada saldo lagi, terakhir saldonya dia belikan sebuah HP Vivo terbaru yang lumayan ke
Diana mendapat pesan baru dari nomor yang tidak dikenalnya, itu yang membuatnya agak enggan cepat-cepat membawa pesan tersebut. Dibiarkannya dulu pesan itu mengendap di layar monitor ponsel sampai selesai pekerjaannya hari ini, barulah dia membukanya sebab rasa penasaran aka nisi pesan dan siapa pengirim pesan tersebut. Dalam hati Diana bertanya-tanya, siapakah lagi orang yang tahu nomornya kecuali Bik Ros dan keluarganya serta beberapa orang TKW yang bekerja di kota ini, yang diizinkan oleh majikannya untuk menyimpan HP di kamarnya. Kebanyak Tenaga Kerja Wanita dikota ini tidak dibolehkan menyimpan HP sebab ditakutkan melakukan suatu hal yang akan merugikan majikan, alasan itulah yang membuat banyaklah majikan di kota ini tidak mengizinkan para pembantunya memegang HP.
Keberhasilan Risa membeli motor baru, menjadikan dirinya mendapat julukan baru dari teman-teman sekelasnya yaitu the new rising star girl. Risa sangat senang dijuluki oleh rekan-rekan sekelas sebagai gadis bintang baru di sekolahnya, suatu julukan yang membuat gadis manapun menerimanya akan sangat senang. Entah criteria apa yang menobatkannya sebagai rising star di sekolahnya yang setiap tahun rutin diadakan oleh OSIS sekolah ini. “Selamat, ya Ris! Dapat juluk baru nih, gadis bintang baru di sekolah!” ucap Aisyah dan teman-teman sekelasnya memberikan ucapan selaman kepadanya. “Makasih!” sahut Risa senang, kawan-kawannya mengapresiasi julukan yang sangat ingin dida
Tak terasa hari bergenti hari, siang dan malam berputar sesuai sumbunya, demikian teratur. Itulah hukum jagat raya, berputar pada sumbunya, sehingga ada siang dan malam yang membuat kita bisa merasakan gelap dan terang. Gelap di malam hari kala waktu untuk istirahat total dari seluruh kegiatan sedangkan di siang hari saat terang, waktunya kita beraktifitas mencari nafkah dan kehidupan di muka bumi ini. Kesabaran Risa menunggu pergantian perputaran hari membawanya pada sebuah kebahagiaan sebab ditanggal muda yang sudah dijanjikan, Diana mentransfer uang sebanyak yang diperlukannya untuk membeli motor baru. Amboi, senangnya perasaan Risa ketika mengetahui di dalam rekeningnya sudah masuk uang dua belas juta rupiah.&nbs
Saat senggang, Diana mencoba memikirkan kembali permintaan Risa yang ingin membeli sepda motor dengan meminjam uang darinya. Dalam hati Diana berpikir keras, uang yang dipinjam oleh Risa takkan mungkin dikembalikan oleh Bibiknya sebab dia tahu persis penghasilan sang Paman. Paman hanya seorang penderes karet yang penghasilan setiap minggunya cukup untuk untuk membeli beras dan lauk pauk serta sedikit lebihnya jatah uang jajan dan bensin untuk Risa sekolah. Kok, aku pusing sendiri memikirkan Bibik, biarlah kuanggap dia meminjam uang tersebut dan aku tak akan menagihnya! Diana bergumam dalam hatinya berusaha menyelami keadaan ekonomi Bibiknya saat ini. Menimbang keadaan perekonomian sang Bibik membuat hatinya tambah cemas saja membayangkan kehidupan anaknya ji
Beberapa hari terakhir ini Risa menjadi bahan omongan teman-temannya di sekolah, semua karena motor butut miliknya. Roda dua miliknya dinilai sudah model lama yang ketinggalan jaman, dibandingkan dengan motor keren dan kece milik teman-temannya. Terkadang Risa merasa malu karena sering diejek oleh teman-temannya perihal motor butut yang masih dipakainya sampai sekarang. Beberapa kali Risa menyampaikan kepada orang tuanya bahwa dia ingin dibelikan motor baru yang tidak ketinggalan jaman modelnya sehingga tidak diejek lagi oleh teman-teman se kelasnya. Sayangnya permintaannya selalu ditolak oleh Bik Ros dan suaminya sebab keuangan mereka tidak cukup untuk menukar motor butut dengan yang baru sebab harga motor sekarang mahal. Risa tak kehilangan akal, berkat id
Kehadiran sebuah lemari pendingin dua pintu yang dibeli oleh Bik Ros di Toko Amta mendapatkan gunjingan dari tetangga mereka begitu kulkas tersebut tiba di rumahnya. Banyak yang bertanya dari mana Bik Ros dan keluarganya bisa mendapatkan uang untuk membeli kulkas tersebut, bukankah beban hidup mereka saat ini sedang terpuruk karena ketambahan beban membeli susunya Maya setiap minggu hasil dari menjual deresan karet di kebun milik mereka. Tetangga berusaha menyelidik asal muasal uang yang mereka dapatkan untuk membeli barang tersebut, banyak yang menebak jika Bik Ros mendapatkan kiriman uang dari kerabat atau jangan-jangan dari Pak Wardi dan istri atau Diana yang sekarang menjadi TKW di luar negeri. Tapi yang paling memungkin mengirim uang dalam keadaan seperti ini menurut warga hanya Diana, karena dia bekerja di luar negeri yang g
Melihat wajah istri yang berseri senang memunculkan petanyaan tersendiri bagi suami Bik Ros, apakah gerangan yang membuat istrinya teramat gembira, selama ini jarang sekali baginya dapat melihat senyum manis sang istri. Beban yang besar dipikulnya sejak kepergian Diana dan orang tuanya membawa perubahan sifat pada diri Bik Ros, yang dulu periang menjadii pendiam dan sensitive. “Aduh, gembiranya istriku!” goda suaminya mendekati istrinya yang tersenyum-senyum sendiri kegirangan entah apa sebabnya. “Iya, Pa. Mama sedang senang!” timbalnya kepada sang suami. “Lagi ketiban duren jatuh masak, apa?” tanya sang suami menyelidik.&nb